"A-apa ini?" lirih An Yue menatap sendu sosok pria di depannya.
Demi membuat kekasihnya menjadi seorang Kaisar An Yue, Ratu lblis di Dunia bawah dengan suka rela turun dari tahtanya lalu memberikannya pada kekasihnya.
Namun, apa yang dia dapatkan setelah
melakukan banyaknya pengorbanan untuk pria itu?Hanya sebuah pengkhianatan yang tak pernah An Yue duga dan tak akan pernah An Yue lupa.
Di hari pernikahannya bukannya mendapatkan sebuah kehidupan yang indah An Yue harus merenggang nyawa di tangan calon suaminya sendiri.
"Di kehidupan ini aku kalah tapi di kehidupan
selanjutnya aku akan menjadi Dewi Kehancuran untuk kalian semua!"
************
"Aku kembali, tunggu akan kedatanganku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CancerGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Di Tahan Di Depan Gerbang Paviliun
Dua anak laki-laki berjalan dengan cepat dan langkah lebar mereka menuju akan Paviliun
tinggal dimana disana adalah tempat tinggal AN Yue kecil.
sampai disana mereka langsung di tahan oleh penjaga yang menjaga gerbang Paviliun itu.
" Biarkan Kami Masuk Kami Ini Adalah Saudara Dari An Yue," kesal Putra Mahkota bukan main karena di tahan oleh penjaga.
" Maaf Yang Mulia, Tapi Kami Tidak Bisa Membiarkan Kalian Masuk Jika Belum Ada Izin Dari Nona An Yue Apalagi Keadaan Nona Saat Ini Tidak Baik-baik Saja," terang penjaga itu yang membuat Putra Mahkota meradang.
" Berani Kau Menolak Perintahku Ha? Kau Tidak Tahu Kalau Aku Adalah Putra Mahkota? Apa Kau Mau Aku Penggal Kepalamu." hardik Putra Mahkota pada penjaga itu.
" Panggil Tang San Kemari!" Pangeran Kedua langsung menyuruh penjaga itu untuk memanggil Tang San karena memang hanya dia yang memiliki wewenang selain An Yue di kediaman ini.
" Baik, Tunggu Sebentar" pria itu langsung berbalik pergi menuju Paviliun dalam membuat Putra Mahkota menjatuhkan rahangnya karena kaget mereka benar-benar tidak di izinkan masuk ke dalam Paviliun itu.
" Itu..."
" Kau Memang Putra
Mahkota Atau Aku Memang Pangeran Namun Di Tempat Ini Khususnya Di Paviliun Tulip Semua Orang Hanya Mendengar Perintah Dua Orang, Pertama Adalah An Yue Dan Kedua Adalah Tang San, Tang San Akan Memberikan Izin Atau Tidak Ketika Ada Yang Bertamu Di
Paviliun An Yue Tergantung Situasi, Jika An Yue Baik-baik Saja Maka Dia Akan Menjadi Satu-satunya Orang Yang Di Turuti Perintahnya, Akan Tetapi Jika Itu An Yue Sakit Maka Tang San Akan Mengambil Alih Tanggung Jawab Di Paviliun Ini," terang
Pangeran Kedua yang membuat Putra Mahkota menganga lebar.
" Apakah Bisa Seperti Itu?" Putra Mahkota menggelengkan kepala tidak percaya dengan
apa yang barusan dia dengar.
namun saat mendengar kalimat selanjutnya dari Pangeran Kedua membuatnya yakin jika
itu benar-benar terjadi.
" Mereka Hanya Akan Tunduk Pada Satu Perintah Mereka Tidak Akan Mendengarkan Perintah Darimu Bahkan Jika Itu Adalah Kaisar Zhu Sendiri, Kau Ingin Memenggal Kepala Mereka? Itu Percuma Karena Bagi Mereka Mati Untuk An Yue Adalah Kewajiban," tegas Pangeran Kedua.
awalnya ia juga tidak percaya namun setelah kejadian beberapa hari lalu membuat Pangeran Kedua mempercayai nya.
ternyata kepergiannya selama 2 tahun membawa dampak yang cukup besar pada Paviliun Tulip dan orang-orang di dalamnnya.
di mulai dengan penjaga yang mulai banyak, di susul dengan semua penghuninya sekarang sudah mahir ilmu beladiri.
bahkan seperti apa yang dia katakan mereka hanya tunduk pada satu perintah yaitu An Yue
adik kecilnya.
" Lalu Apa Yang Harus Kita Lakukan Disini?" tanya Putra Mahkota dengan bingung.
" Apa Lagi? Tentu Saja Menunggu Sampai Tang San Datang." tegas Pangeran Kedua
yang membuat Putra Mahkota terdiam membatu.
selama hidupnya ia tak pernah menunggu lalu ini apa? untuk pertama kalinya dia harus
menunggu dan sialnya dia menunggu hanya karena An Yue, memikirkan hal itu membuat Putra Mahkota mendesah kasar.
" Jika Tidak Mau, Kau Bisa Pergi, Aku Akan Tetap Disini," kata Pangeran Kedua dengan
tegas.
mendengar hal itu Putra Mahkota hanya terdiam membisu, ia ingin pergi namun kakinya enggan untuk bergerak.
ingatannya kembali pada peristiwa yang terjadi pada beberapa saat lalu dimana An
Yue hanya akan selalu menyebut Pangeran Kedua di setiap pilihannya tidak ada namanya
sama sekali, memikirkan hal itu sudah membuat Putra Mahkota merasakan cemburu.
" Aku Tidak Akan Pergi,"' kata Putra Mahkota dengan tegas.
mendengar akan penuturan sang putra Mahkota diam-diam membuat Pangeran Kedua tersenyum tipis sangat tipis, ia tak menduga jika penyesalan dari saudaranya itu akan datang di waktu yang dekat.
" Aku Harap Setelah Ini Ayahanda Juga Akan Segera Sadar Agar An Yue Bisa Menjadi Putri Yang Sesungguhnya Dan Dia Juga Bisa Merasakan Kasih Sayang Ayah Walau Tidak Dengan Ibunda," Pangeran Kedua berdoa
dalam hati agar pintu hati ayahnya mau terbuka untuk An Yue kecil.
beberapa saat kemudian Jing Sheng sampai di depan Putra Mahkota dan Pangeran Kedua dengan Tabib di sampingnya.
" Yang Mulia, Pangeran Kedua Saya Sudah Membawa Tabibnya, Ayo Kita Masuk," Jing
Shen segera berjalan mendekati gerbang tapi di hentikan penjaga.
" Tunggu! Kalian Tidak Bisa Masuk Silahkan Tunggu Tuan Tang San Datang Untuk Memberikan Kalian Izin Untuk Masuk Jika Tuan Tang San Mengatakan Tidak Bisa Masuk Maka Kalian Semua Lebih Baik Pergi," kata penjaga itu dengan tegas.
" Kau ... Apa Kau Tidak Tahu Kalau Mereka Adalah Putra Mahkota Dan Juga Pangeran
Kedua? Berani Kau Menolak Perintah?" sentak Jing Sheng.
" Maafkan Saya Tuan Tapi Saya Hanya Menjalankan Tugas Saya Sebagaimana Apa Yang Diperintahkan Oleh Nona An Yue, Nona An Yue Berpesan Untuk Tidak Mengizinkan Siapa Pun Masuk Ke Dalam Paviliunnya Walau Itu Adalah Yang Mulia Kaisar Sendiri,"
terang penjaga itu dengan nada tegas tapi terdengar sopan.
" Tapi ..."
" Jing Shen Hentikan!" Putra Mahkota langsung mencegah Jing Sheng untuk membuka suara lagi.
" Tapi Yang Mulia ..."
" Mundur Dan Tunggu Tang San Datang, Jangan Membuat Ulah," tegas Putra Mahkota pada Jing Sheng.
mendengar nada tegas dari sang Putra Mahkota membuat Jing Sheng tak punya
pilihan lain selain mundur dan menunggu sosok yang akan datang.
tak lama mereka menunggu akhirnya Tang San datang dengan wajah dinginnya bersama dengan penjaga yang tadi mencarinya.
" Tuan Mereka Ingin Menjenguk Nona," penjaga itu langsung menundukkan kepalanya sedikit ke arah Tang San.
" Buka Gerbangnya Dan Biarkan Mereka Masuk!" Tang San memberikan perintah pada
penjaga yang menjadi pintu gerbang.
pintu gerbang di buka dengan lebar membuat
Pangeran Kedua dan Putra Mahkota bernapas lega sebelum berjalan masuk ke dalam Paviliun itu dengan langkah lebar.
" Bagaimana Keadaan Yue'er?" tanya Pangeran Kedua kepada Tang San.
" Nona Belum Sadarkan Diri, Mungkin Dia Kelelahan." jawab Tang San.
" Saya Membawa Tabib Istana, Bagaimana Jika Kita Memeriksa Keadaan Gadis Itu?" Putra Mahkota membuka suara namun masih enggan untuk menyebut nama An Yue sebagai gantinya dia hanya mengatakan sebagai gadis itu.
" Boleh, Kebetulan Kami Belum Mencari Tabib." balas Tang San yang langsung memimpin jalan menuju kamar utama yang di huni oleh An Yue.
Krietttt...
pintu kamar terbuka membuat Jingmi yang memang berada di dalam langsung saja
mendongak menatap ke arah pintu.
melihat kedatangan Putra Mahkota dan Pangeran Kedua membuat Jingmi dengan gerakan cepat langsung saja berdiri lalu membungkukkan badannya.
" Salam Yang Mulia Putra Mahkota!"
" Salam Pangeran Kedua!"
Jingmi langsung membungkukkan badannya
setengah kepada Putra Mahkota dan juga kepada Pangeran Kedua.
" Bagaimana Keadaannya?" Pangeran Kedua bertanya sembari mendekati An Yue yang
masih senantiasa menutup matanya.
" Tuan Putri Belum Sadarkan Diri Pangeran, Namun Tidak Ada Yang Perlu Di Khawatirkan Ia Hanya Kelelahan Saja Jadi Dia Butuh Istirahat." terang Jingmi.
" Aku Tidak Percaya, Tabib Periksa Gadis Kecil Itu Pastikan Dia Baik-baik Saja!" perintah
Putra Mahkota yang membuat Tabib yang berada di belakang tubuh Jing Sheng langsung bergerak mendekati An Yue guna untuk memeriksa gadis kecil yang tengah terbaring lemah itu.
sang Tabib dengan lihai dan teliti mulai meletakan tangannya di dahi An Yue lalu nadi dan juga mata An Yue dia buka sedikit sebelum menghela napas lega seakan-akan
nyawanya baru saja terselamatkan.
" Tuan Putri Tidak Apa-apa Yang Mulia, Tuan Putri Hanya Kelelahan Karena Memaksakan
Diri Untuk Terus Bertarung Jadi Energi Spiritualnya Hampir Habis Dan Juga Fisiknya Belum Sembuh Total Membuatnya Pingsan Namun Yang mulia Dan Pangeran Kedua Tak Perlu Khawatir Tuan Putri Akan Segera Sadar," terang sang Tabib.
" Kau Yakin Dia Akan Sadar Dalam Waktu Dekat?" tanya Putra Mahkota dnegan datar.
" Tentu Saja Yang Mulia, Paling Lambat Besok Pagi Tapi Paling Cepat Sebentar Malam Dia
Pasti Akan Bangun." kata Tabib itu dengan tegas.
" Baiklah Kau Boleh Pergi, Jika Nanti Gadis Kecil Itu Tidak Bangun Maka Kepalamu Yang
Akan Jadi Taruhannya." tekan Putra Mahkota menatap nyalang ke arah Tabib itu.
sang Tabib yang mendengar ancaman dari Putra Mahkota langsung saja menganggukkan kepalanya sebelum dirinya berlari keluar dengan napas yang memburu
dan wajah pucat pasi.
" Siapa Yang Mengatakan Jika Tuan Putri Adalah Putri Buangan? Tuan Putri Bahkan Sangat Di Sayang Oleh Pangeran Kedua Dan Sekarang Putra Mahkota, Jika Tuan Putri Tidak Bangun Sebentar Malam Maka Bisa Saja Besok Pagi Kepalaku Sudah Berpisah Dari Badanku," gumam Tabib itu yang bergidik ngeri membayangkan bagaimana kejamnya Putra Mahkota.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...