Ayesha seorang gadis muda yang harus merawat bayi kembar yang ditinggalkan ibu kandungnya begitu saja pasca melahirkan.
Luma tahun kemudian satu persatu identitas dari bayi kembar itu mulai terungkap dengan sendirinya saat ia bertemu langsung ayah kandung si kembar.
Ironisnya ayah kandung si kembar mengira Ayesha adalah seorang janda dan dia jatuh cinta dengan gadis yang telah merawat anak kandungnya selama ini.
"Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?
" Apakah ibu kandung si kembar meminta kembali anaknya dari Ayesha ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Salah Paham..!
Dokter Eca tersenyum menatap wajah Alea. Walaupun dia sudah salah bicara, namun ia ingin menciptakan suasana sewajarnya.
"Aku hanya bertanya nona Alea, apakah ada yang salah dengan pertanyaan ku?"
Ucap Eca menekan perasaan gugupnya namun pandangannya tetap fokus menatap hasil CT scan milik Alea dilayar monitor diruang CT-scan.
"Oh sorry! Ku pikir dokter Eca mengenal saudara kembarku Alin."
Ucap Alea mencairkan suasana tegang antara mereka.
"Nama kalian cukup unik. Alea dan Alin. Tapi aku tidak melihat saudara kembarmu, Alin. Apakah dia tidak menemanimu saat berobat?"
Dokter Eca sengaja
memancing Alea dengan pertanyaan pada Alea untuk mengetahui keberadaan Alin.
"Saudara kembarku masih ada di Australia. Setiap kali pulang ke Indonesia, ia hanya mengigat suatu momen kesedihan lalu kembali lagi dengan perasaan membawa luka yang dalam."
Ucap Alea dengan wajah sendu.
"Apakah saudara kembarmu itu sudah berkeluarga?"
"Sepertinya ia tidak punya impian lagi untuk berumah tangga kecuali menemukan lelaki yang sama yang telah merenggut mimpinya."
"Sampai matipun dia akan membawa luka itu karena sudah melepaskan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya."
Batin Eca.
"Nona Alea! Persiapkan diri anda untuk operasi. Anda bisa bisa melakukan operasi Minggu depan tergantung protokol yang akan di atur oleh pihak rumah sakit untuk penjadwalan operasinya."
Ucap Eca mengakhiri obrolan mereka.
"Terimakasih dokter Eca. Saya harap anda yang akan melakukan operasi pada saya. Saya sangat mempercayai kemampuan anda untuk membuat saya sembuh." Ucap Alea percaya diri.
"Bukan saya yang akan membuat Anda sembuh. Tapi Allah yang menyembuhkan anda dan kapasitas saya sebagai dokter hanya untuk mengobati anda."
Ucap dokter Eca bijak.
"Ternyata sikap dan pembawaan anda sangat bijak dalam menyikapi suatu bentuk pujian, dokter Eca.
"Ini bukan masalah bijak, tapi ini bentuk kesalahan pahaman pasien yang menggantungkan hidup mereka pada alat medis dan dokternya yang dikira mereka sebagai penyelamat hidupnya, mereka berterimakasih jika hasil akhirnya baik tapi mencaci maki dokter yang menyebabkan orang yang mereka cintai meninggal dunia." Tukas Eca.
Alea pamit meninggalkan ruang CT scan dan kembali ke tempat abangnya Dokter Gaes.
Sementara Eca mengambil tasnya di loker pribadi dokter untuk pulang.
"Syukurlah wanita itu ada di Australia dan pulang setahun sekali untuk mengenang kelahiran si kembar.
Apakah dia berharap agar bisa bertemu lagi dengan si kembar?. Ya Allah, jika kedua anak itu di takdir kan untukku, aku harap biarkan mereka berdua menjadi milikku sampai akhir hidupku."
Dokter Eca menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan rumah sakit itu.
Hari ini adalah hari libur anak-anaknya membuat ia bisa langsung istirahat dan tidak perlu mengantar si kembar ke sekolah mereka.
Mereka bisa bersenang-senang sore harinya.
"Bunda...!"
Sambut Ciky yang sedang berolahraga dengan ayah mereka Delvin.
"Putri cantik bunda sedang berolahraga?"
Tanya Eca dengan tubuh sedikit membungkuk saat bicara dengan putrinya.
Jika kita bicara dengan seorang anak perempuan, usahakan untuk melakukan kontak mata agar mereka merasa di dengarkan.
Sementara untuk anak laki-laki mereka hanya mau mendengarkan suara kita tanpa perlu adanya kontak mata.
"Apakah bunda mau ikut olahraga bersama kami?"
"Tidak sayang! Bunda saat ini sangat lelah. Nanti bunda akan usahakan bisa joging pagi bersama kalian."
Ucap Eca mengecup pipi si kembar dan mengecup bibir suaminya.
Delvin membisikkan sesuatu ke telinga istrinya yang membuat Eca bergidik.
"Tolong rias dirimu secantik mungkin dan pakailah lengerie seksi saat kamu tidur. Usai pulang joging dengan si kembar, aku bisa melanjutkan olah raga di atas kasur bersamamu."
Delvin mengecup pipi dan bibir istrinya yang tersenyum kecut padanya dengan bahu bergidik.
Sementara Delvin menyeringai licik menatap wajah lelah istrinya dengan tatapan menggoda.
"Kau seperti maniak yang sedang menantikan mangsanya."
Batin Eca melepaskan keluarga kecilnya itu yang sudah menghilang dari balik pintu gerbang mansion.
Eca melanjutkan langkahnya menuju pintu utama. Ia merendam tubuhnya dalam air hangat yang sudah dicampur dengan sabun cair aroma terapi untuk memberikan keharuman pada tubuh moleknya.
Sesuai pesanan sang suami, Eca berdandan secantik mungkin dengan mengenakan lengerie seksi dalam menunaikan tugasnya sebagai istri. Ia pun tidur dalam selimut tebalnya untuk menutupi tubuhnya.
...----------------...
Dua hari menjelang operasi, Alea menemui calon suaminya untuk minta ijin pada calon suaminya untuk melakukan operasi.
Keduanya bertemu di salah satu restoran mewah yang ada di Jakarta.
"Alea, harusnya kita menikah dulu sebelum kamu melakukan operasi." Ucap Dewa.
"Aku tidak tahu apakah nasibku akan berakhir di meja operasi atau akan bertahan dan hidup lagi setelah itu. Aku tidak mau kamu menyandang status duda karena ketidak jelasan ajal ku."
"Apa yang salah dengan status itu sayang?"
"Memang bukan statusnya yang salah tapi jiwamu akan sangat terguncang saat kehilangan aku.
Seorang pria akan terganggu jiwanya jika ditinggal mati isteri mereka dari pada ditinggal mati oleh kekasihnya." Sahut Alea.
"So tahu kamu Alea." Semprot d
Dewa kesal dengar pernyataan Alea.
"Memang seperti itu hukum alamnya sayang. Rosulullah di tinggal istrinya Khadijah begitu terpuruk ditengah ujiannya menghadapi kaum kafir Qurais.
Hingga Allah menghiburnya dengan mengundangnya naik ke langit ke tujuh yang dikenal sebutan isra mi'raj dan memberikannya hadiah berupa sholat.
Yah, dengan sholat Rosulullah baru move dari Khadijah dan bersedia menikahi wanita lain hingga akhirnya mendapat Aisyah yang sangat ia cintai dari sekian banyak istrinya."
"Masya Allah! Berarti selama ini kamu banyak melakukan hipotesis untuk bisa mendapatkan kesimpulan bahwa seorang suami tidak mampu bertahan hidup bila ditinggal mati istrinya?"
Tanya Dewa sambil menggenggam tangan Alea.
"Iya sayang seperti itulah tiap suami yang sangat mencintai istrinya kecuali suami-suami keparat yang menunggu istrinya cepat mati supaya ia bisa kawin lagi."
Tidak lama kemudian keduanya beranjak pergi dari tempat itu. Baru saja melangkah keluar dari restoran itu, pasangan ini bertemu dengan keluarga kecil Delvin yang ingin makan siang di restoran tersebut.
Wajah Delvin sontak pucat saat melihat wajah Alea yang dikiranya Alin. Sementara Alea sendiri bersikap wajar karena ia sama sekali tidak mengenal Delvin.
Delvin seakan mematung di tempatnya berdiri, sementara Alea menyapa Eca dengan ramah.
"Hai dokter Eca!"
"Hai nona Alea!"
Keduanya bersalaman sambil cipika cipiki satu sama lain.
Mata Alea langsung tertuju pada si kembar terutama wajah cantik Ciky lalu beralih ke Chiko.
"Sayang! Kenalkan ini dokter Eca yang akan melakukan operasi kepadaku."
Ucap Alea memperkenalkan tunangannya pada dokter Eca dan keluarganya Eca.
Begitu pula Eca memperkenalkan keluarga kecilnya kepada Alea dan tunangannya.
Delvin termangu saat Alea menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
"Sayang..!"
Tegur Eca yang sedikit risih melihat suaminya menatap lekat wajah Alea.
"A ya! Delvin."
Ujar Delvin bersikap kikuk di depan Alea.
"Apakah ini anak-anakmu, dokter Eca?"
"Iya nona Alea, mereka kembar. Ciky, Chiko Salim Tante Alea dan om Dewa!"
Titah Eca pada si kembar.
Setelah basa-basi sebentar kedua pasangan ini berpisah dan kembali ke tujuan mereka masing-masing.
Delvin yang tiba-tiba murung lagi bingung hanya diam seribu bahasa tenggelam dalam pikirannya yang kalut.
"Sayang! Apakah kamu mengenal nona Alea?"
Tanya Eca sedikit cemburu pada sikap Delvin terhadap Alea.
"Oh tidak! sama sekali aku tidak mengenalnya." Tegas Delvin.
Delvin dengan kebingungannya.
"Apakah kamu naksir nona Alea?"
"Kamu bicara apa Eca? Sudahlah! tidak usah kekanak-kanakan seperti itu Eca."
"Ayah, bunda! Jangan bertengkar di depan kami." Tegur Chiko kesal.
"Maafkan ayah dan bunda sayang!" Ucap Delvin menenangkan si kembar.
Keluarga itu menikmati makan siang mereka. Delvin masih saja merasa tidak percaya pada sikap Alea yang pura-pura tidak kenal padanya.
"Apakah kamu sedang bersandiwara padaku karena ada tunanganmu dan keluargaku, Alea? Akhirnya kamu menemukan lelaki yang pantas untukmu dan aku bisa mengambil anak-anakku darimu." Batin Delvin.
aku rindu.
eh mlah tamat /Angry/