Super MOM

Maudy penasaran kenapa sampai keponakan nya itu tidak tahu kalau Ia pernah berbuat salah pada wanita lain dan itu berakibat fatal.

" Bagaimana mungkin Dia tidak tahu kalau dia melakukan nya Nak, meskipun di bawah pengaruh alcohol tapi pasti ada sedikit perasaan nggak nyaman atau bayangan apa gitu "

Tari menggeleng, andai saja Pria itu tahu, tapi sayang sekali itu tidak akan mungkin. Tari sudah menyelidiki semua nya selama ini, ada sebuah rahasia besar yang sulit Tari pecahkan dan seperti nya ini memang di sengaja oleh seseorang atau sebuah kelompok tertentu.

Satu yang Tari syukuri saat ini adalah kelompok itu tidak berniat mengganggu dirinya dan yang paling penting adalah kenyamanan Putranya, kalau sampai itu terjadi Tari tidak tahu harus berbuat apa.

" Sudahlah Ma, semua sulit untuk di jelaskan. Yang pasti sebaiknya semua di biarkan seperti ini saja, jangan di paksakan kalau akhirnya yang di dapat hanyalah kekecewaan "

***

Tari sedang memandang dirinya di depan cermin, mengoles wajahnya dengan krim agar wajahnya tetap sehat.

Pintu kamar terbuka, Tari sontak menoleh. Ia melihat wajah sendu Putranya dan itu membuatnya sedih.

" Sayang, ada apa " Tanya Tari yang langsung menghampiri Putra kesayangan nya itu.

Ia jongkok mensejajarkan tingginya dengan tinggi putranya.

" Ma, apa Mama punya nomor telpon Om Dokter "

Akhirnya setelah menunggu lama Arka mulai membuka suara. Namun betapa terkejutnya Tari ketika mendengar pertanyaan Putranya.

" Om Dokter " Tanya Tari mencoba meyakinkan.

Mungkin saja pendengaran nya salah, itulah yang Tari pikirkan saat ini.

" Hm Ma "

" Oh Oke bentar " Antara percaya dan tidak begitulah reaksi Tari.

Ia merogoh tas kecilnya mengambil ponsel miliknya, Ia ingat beberapa hari yang lalu Pria itu sudah iseng padanya.

...----------------...

" Hai Tari, kamu punya nggak paket nelpon "

" Paket nelpon, ada seperti nya. Memangnya kenapa "

" Aku minjam bentar boleh, aku mau menghubungi Mama tapi lupa isi pulsa "

Tari yang niat membantu tanpa pikir panjang langsung menyerahkan ponselnya.

Tidak lama Ia menyerahkan kembali ponsel itu.

" Cepat sekali, kamu nggak jadi nelpon " Tanya Tari.

El cengengesan salah tingkah

" Ah ponselnya tidak aktif, nanti saja aku telponnya " Jawabnya asal.

...----------------...

Tari mengambil ponselnya dan melihat beberapa riwayat panggilan, dengan ragu Ia meng-klik salah satu nomor.

Tari memberikan ponsel nya pada Arka setelah dering pertama.

Terdengar suara di seberang sana namun Arka masih diam.

" Ini Arka Om, bukan Mama "

" ~

" Om kapan lagi mau main ke rumah Arka "

" ~

" Oke baiklah, Arka tunggu ya "

Senyum manis terbit dari bibir Arka, menandakan suasana hatinya yang sedang baik saat ini.

" Sudah Nak " Tari menerima ponselnya dari tangan Arka. Arka mengangguk mendengar pertanyaan Tari.

" Terus apa kata Om Dokternya "

Tari tidak ingin Putranya itu terlalu berharap dan merasa terlalu nyaman bersama Pria yang memang memiliki hak untuk nya.

" Kata Om Dokter besok sore Om baru mampir kemari. "

Tari mendengarkan dengan seksama setiap apa yang di katakan Arka. Senyumnya terus terukir di bibirnya.

" Makasih Mama, Arka ke kamar dulu ya "

Tari mengangguk dan memandangi kepergian Arka.

Sore hari El memenuhi janjinya, Ia langsung menemui Arka sepulang dari dinas. Arka begitu atisias melihat kedatangan El, bahkan langsung merentangkan tangan minta di gendong oleh El, dengan senang hati El pun menggendong nya.

Tari datang terlambat karena harus mampir ke alfamart membeli beberapa keperluan dapur yang habis.

Ia mendengar susana rumah yang nampak ramai dan Ia tahu itu apa. Lama Ia memandangi keduanya yang asyik bermain sampai tidak mengetahui kehadiran Tari.

" Nak, kenapa berdiri disana saja " Tiba-tiba suara Maudy mengejutkan semuanya.

Tari menyunggingkan senyum terindahnya sembari melangkah mendekat.

" Tari ke atas dulu ya Ma, Nak ! Mama ke atas dulu ya, mau ganti baju "

Tari mengelus kepala Arka pelan, apa ini yang akan Ia rasakan nanti kedepan nya. Ketika anaknya lebih memilih orang lain ketimbang dirinya.

Seminggu berlalu El selalu menyempatkan diri bermain bersama Arka, seperti hari ini mereka pergi bertiga ke taman bermain. Arka begitu menikmati kebersamaan mereka, Ia seperti memiliki keluarga yang lengkap.

Tari duduk di sebuah kursi taman memperhatikan Arka yang sedang menikmati wahana dari jauh, anak itu nampak begitu bahagia.

" Boleh aku ikutan duduk " Tanya El.

Tari mempersilahkan El untuk duduk dengan kode matanya, Ia juga memperbaiki duduknya agak sedikit menjauh.

" Dia sangat lucu ya "

Tari menoleh memandang wajah Pria di sampingnya itu.

" Siapa " Tanya Tari.

" Itu " El menunjuk Arka

" Bukan hanya lucu tapi the best, dia kebanggaan ku "

Wajah El nampak murung, teringat beberapa tahun yang lalu saat Ia benar-benar merasa seperti yang Tari rasakan namun semua itu ternyata hanya kebohongan belaka.

***

Di tempat lain

" Sial, jadi seperti ini kelakuannya disana "

Seorang sedang merasa tidak senang ketika mendapat sebuah laporan dari anak buahnya.

" Siapa anak ini dan kenapa Ia begitu dekat dengan Mas Axell " Tanyanya lagi.

Beberapa Pria itu nampak kebingungan harus menjawab apa.

" Kami masih menyelidikinya Bu, tapi anak itu tinggal di rumah Dokter Maudy. Saudara Dokter Bagus yang tinggal di kota S "

Wanita itu nampak berpikir mencoba mengingat ingat sesuatu.

" Dirumah Tante Maudy tapi siapa, apa mungkin keluarga Tante Maudy. Karena kalau anaknya itu tidak mungkin, Sejauh yang aku tahu Tante Maudy tidak punya anak, bagaimana mungkin beliau punya cucu "