"Kaila terpaksa menukar seragam sekolahnya dengan status istri rahasia seorang CEO arogan demi sebuah wasiat. Di dalam menara kaca yang dingin, ia harus bertahan di antara aturan kaku sang suami dan ancaman para musuh bisnis yang siap menghancurkan hidupnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Malam Pertama yang Canggung
Gemetar hebat masih menguasai seluruh sendi tubuh Kaila saat ia berdiri mematung di ambang pintu kamar yang nampak sangat luas.
Penerangan di dalam ruangan itu nampak sangat temaram dengan lampu-lampu yang berpijar hangat namun justru terasa mencekam bagi batinnya.
Ia menatap tempat tidur berukuran besar yang ditutupi oleh kain sutra berwarna perak mengkilap yang nampak sangat asing dan sangat kaku.
"Jangan hanya berdiri di sana seperti patung pajangan yang tidak memiliki nyawa sama sekali," tegur Adnan dari arah belakang.
Kaila tersentak dan segera melangkah masuk ke dalam kamar yang memiliki aroma maskulin yang sangat kuat dan sangat dominan itu.
Ia meremas ujung seragam sekolahnya yang sudah sangat kumal sambil menoleh ke arah Adnan yang mulai melepaskan kancing kemejanya satu demi satu.
Pria itu nampak sangat tenang seolah kehadiran seorang gadis asing di dalam wilayah pribadinya bukanlah sebuah masalah yang besar bagi dirinya.
"Apakah saya akan tidur di tempat yang sama dengan Anda malam ini?" tanya Kaila dengan suara yang sangat lirih dan nyaris hilang.
Adnan menghentikan gerakannya lalu menatap Kaila dengan sebuah seringai tipis yang nampak sangat misterius sekaligus sangat mengintimidasi batin.
Ia melemparkan kemejanya ke atas kursi malas lalu berjalan mendekati Kaila dengan langkah kaki yang nampak sangat mantap dan sangat berwibawa.
Udara di dalam kamar mewah itu tiba-tiba saja terasa sangat menipis hingga Kaila harus berjuang keras hanya untuk menarik napas dalam-dalam.
"Memangnya apa yang kau harapkan dari sebuah malam pertama bagi pasangan yang baru saja mengesahkan hubungan mereka?" tanya Adnan balik dengan nada mengejek.
Wajah Kaila seketika menjadi sangat memerah karena rasa malu yang bercampur dengan rasa takut yang sangat luar biasa di dalam dadanya.
Ia mundur beberapa langkah hingga bagian belakang lututnya menyentuh pinggiran tempat tidur yang terasa sangat empuk namun juga sangat menakutkan baginya.
Kaila memejamkan matanya dengan sangat rapat saat ia merasakan jemari Adnan yang sangat dingin mulai menyentuh dagunya dengan gerakan yang sangat pelan.
"Buka matamu dan lihatlah kenyataan bahwa kau sekarang adalah bagian dari hidupku yang sangat rumit ini," bisik Adnan dengan suara yang sangat rendah.
Gadis itu terpaksa membuka matanya dan langsung beradu pandang dengan sepasang mata elang milik Adnan yang nampak sangat gelap dan penuh rahasia.
Ia bisa melihat pantulan dirinya sendiri yang nampak sangat kecil dan tidak berdaya di dalam bola mata pria yang kini memiliki kendali penuh atas hidupnya.
Namun, secara tidak terduga, Adnan justru melepaskan sentuhannya dan berbalik menuju ke arah sebuah lemari besar yang berada di sudut ruangan yang sunyi.
"Ambil pakaian tidurmu di sana dan segera ganti seragam sekolahmu yang sudah nampak sangat menjijikkan itu," ujar Adnan dengan ketus.
Kaila segera berlari menuju lemari tersebut seolah-olah ia baru saja mendapatkan sebuah kesempatan untuk melarikan diri dari sebuah maut yang sangat mengintai.
Di dalam sana, ia menemukan barisan pakaian tidur berbahan satin yang sangat halus dan nampak sangat mahal namun juga sangat tertutup.
Ia mengambil salah satu pakaian yang berwarna biru tua lalu segera masuk ke dalam kamar mandi yang berdinding marmer putih yang sangat dingin.
"Aku akan tidur di sofa panjang ini, jadi kau tidak perlu memasang wajah ketakutan seperti itu kepadaku," suara Adnan terdengar menembus pintu kayu.
Mendengar hal tersebut, Kaila menyandarkan punggungnya pada pintu kamar mandi sambil mengembuskan napas lega yang nampak sangat panjang dan sangat berat.
Ia merasa sangat bersyukur karena Adnan ternyata masih memiliki sedikit rasa kemanusiaan untuk tidak memaksakan kehendaknya pada malam yang sangat canggung ini.
Gadis itu segera mengganti pakaiannya dengan sangat cepat sambil sesekali mengintip ke arah pintu melalui celah kecil yang nampak sangat sempit sekali.
"Jangan berpikir bahwa aku melakukan ini karena aku merasa kasihan atau peduli dengan perasaanmu yang rapuh itu," tegas Adnan dari luar ruangan.
Kaila keluar dari kamar mandi dan mendapati Adnan sudah berbaring di atas sofa panjang sambil menutupi matanya menggunakan sebelah lengan tangannya yang kekar.
Ia merangkak naik ke atas tempat tidur yang sangat luas itu dengan gerakan yang sangat hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang bisa mengganggu suaminya.
Pikiran Kaila melayang pada kakeknya yang masih terbaring lemah di rumah sakit serta nasib sekolahnya yang kini nampak sangat tidak menentu sekali.
"Besok pagi, pastikan kau sudah siap sebelum matahari terbit untuk memulai kehidupan barumu di atas awan yang sangat dingin ini," perintah Adnan.
Suara pria itu terdengar sangat dingin namun juga mengandung sebuah otoritas yang tidak bisa dibantah oleh siapa pun termasuk oleh Kaila sendiri.
Kaila hanya bisa terdiam sambil menatap langit-langit kamar yang dihiasi oleh lampu kristal yang nampak sangat mewah namun terasa sangat sunyi bagi hatinya.
Malam pertama di menara kaca ini tidak berakhir dengan kemesraan melainkan dengan sebuah kesunyian yang nampak sangat mencekam bagi jiwa yang sedang terluka.