Clara Adelin, seorang gadis bar bar yang tidak bisa tunduk begitu saja terhadap siapapun kecuali kedua orangtuanya, harus menerima pinangan dari rekan kerja papanya.
Bastian putra Wijaya nama anak dari rekan sang papa, yang tak lain adalah musuh bebuyutannya sewaktu sama sama masih kuliah dulu.
akankah Clara dan Bastian bisa bersatu dalam satu atap? yuk simak alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Martha ayunda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
gelisah.
Clara meremas jari jemarinya yang lentik, sesekali wajah cantik itu menoleh kearah harum jam di kamarnya, Mira dengan setia menemani sahabatnya itu sambil sesekali membetulkan gaun yang membalut tubuh Clara.
"anak papa sudah siap?." Edy masuk ke kamar anaknya sambil tersenyum bahagia, pria itu sudah rapi dengan setelan jas resmi.
"pa, kayak main undian gak sih kita ini!." ucap Clara sarapan bangkit berdiri lalu menghampiri papanya.
"ha? Main undian bagaimana?." Edy mengernyitkan keningnya, begitu juga dengan Mira yang dari tadi menemani Clara.
"ya tentang pertunangan ini pa, aku sama sekali belum tahu wajah pria yang akan papa jodohnya sama aku itu, bagaimana kalau ternyata dia itu jelek, dekil, tonggos dan bau keringat?." ucap Clara dengan nada cemas.
"hahahaha... kamu pikir papa Setega itu sama anak papa yang cantik ini? Papa juga nggak mau dong merusak keturunan, iya gak mir?." ujar Edy sambil menoleh ke Mira.
"Eeh... Ya aku nggak tau juga om, kan aku juga gak tau calon tunangannya Clara."
"haisshh! Kalian berdua itu sama saja."
"ya kalau gak ada kesamaan mana mungkin kita bisa bisa sahabatan om." jawab Mira sembari terkekeh kecil.
"tau lah pusing om sama kamu dan Clara! Ya sudah ayo berangkat, gak lucu kalau yang punya hajat datang terlambat." ajak Edy seraya berjalan keluar kamar Clara.
"yuk cla, jangan terlalu di pikirkan, biar nanti aku yang mikir."
"stres kamu ya?." Clara melotot ke sahabatnya.
"hehehehe... Santai cla, aku bakal ngedukung kamu kok, apapun nanti hasilnya." ujar Mira Sembari berjalan beriringan menuruni anak tangga.
"mir, enak ya kamu ngomong kayak gitu, bagaimana kalau kamu di posisi aku ha?."
"ya aku jelas nggak mau lah cla!." sergah Mira buru buru lalu tertawa kencang.
"dasar sahabat gak ada akhlak!." umpat Clara.
Keduanya melenggang menuju pintu utama karena Edy sudah menunggunya di dalam mobil, Clara masih murung meskipun Mira berusaha menghibur dalam perjalanan menuju hotel tempat acara pertunangan akan berlangsung.
"mir." Clara menyentuh punggung tangan Mira.
"apa?." Mira langsung menoleh lalu menatap wajah sahabatnya yang makin terlihat tegang.
"bagaimana kalau dia jelek, aku bisa jadi bahan olok olokkan teman teman kantor. belum lagi kalau sampai giginya tonggos."
"yaampun Clara! Apa sih yang kamu pikirkan? kamu kan sudah pernah ketemu sama calon mertuamu, ya tinggal kamu bayangkan saja, jika papa dan mamanya sempurna, pasti anaknya juga tampan." ujar Mira gemas dengan sahabatnya itu.
"tapi mamang penjual nasi uduk di ujung gang sana orangnya lumayan ganteng, istrinya juga cantik, tapi kenapa anaknya kok jelek?." balas Clara makin galau saja ekspresinya.
"hahahaha.... Ya mungkin saja itu anak pungut si memangnya cla, kamu ini ada ada saja." Mira justru terpingkal pingkal mendengar dan melihat ekspresi Clara saat ini.
"Clara Clara... Kalau papa bilang ganteng ya ganteng, nanti papa jamin kamu bakal langsung jatuh cinta deh!." ujar Edy menimpali.
"iihh... Papa bikin sebal deh!." Clara langsung membuang muka.
Perjalanan mendadak sunyi karena Clara berhenti merengek dan menduga duga akan jodohnya nanti.
Sementara di tempat lain Bastian tak kalah deg deg gan, pria itu berjalan mondar mandir di dalam kamar hotel, Arga yang menemani dari tadi hanya bisa menatapnya dengan gemas.
"Stop Napa kau itu, duduk manis gitu gak bisa ya?." tegur Romy sambil melempar bungkus rokok kearah sepupunya itu.
"he bro! aku ini lagi panik, bagaimana kalau ternyata cewek itu gendut?." Bastian menyugar rambutnya.
"ahahahaha.... Terima nasib aja, lagian siapa suruh ho'o saja di jodohkan dengan wanita yang belum pernah kamu jumpai." ledek Romy yang langsung ngakak.
"sialan Lo!." umpat Bastian.
"Romy, kamu ngetawain apa?." Ratih yang baru saja masuk langsung menegur keponakannya yang sedang tertawa sampai guling guling diatas ranjang hotel.
"eh Tante, itu si Tian, katanya takut nanti kalau ternyata tunangannya itu wanita gendut, hahahaha...." Romy kembali tertawa.
"hiss! kalian ini ngomong apa, ayo lekas keluar, papa sudah nungguin kita." ajak Ratih.
"awas hati hati, entar kamu di peluk sama wanita gendut, udah gitu jelek lagi." ledek Romy yang makin membuat Bastian tidak tenang.
(huufff! Untung kau gak ngundang anak anak kantor, kalau sampai mereka tahu, bisa jadi bahan gibah aku nanti, apalagi di cempreng Clara itu, dia paling antusias kalau menguliti aibku.) batin Bastian seraya ikut keluar dari dalam kamar hotel.
Sementara di dalam ruangan yang megah itu sudah di penuhi oleh para tamu undangan yang terdiri dari sanak saudara kedua belah pihak, Clara meminta ijin ke toilet terlebih dahulu karena saking gugupnya dia sampai pengen pipis sedari tadi.
"jangan lama lama nak, acara akan segera di mulai, Mira, kamu antar dia gih." ucap Edy.
"iya om." Mira berjalan terburu buru mengejar Clara yang berjalan seperti orang di kejar setan.
"bruukk!." di belakang panggung Clara menabrak tubuh seseorang.
"cla-clara!." Bastian terperanjat kaget.
"kamu! Bisa minggir gak sih, sudah tau ada orang buru buru." omel Clara seraya menaikkan gaunnya agar tidak menghalangi langkahnya.
"ngapain kamu disini? siapa yang ngundang?." Bastian langsung terlihat pucat.
(mati aku! Bagaimana kalau sampai dia tahu calon istriku nanti gendut!.) batinnya.
"harusnya aku yang tanya, ngapain kamu datang ke gedung ini?." mata Clara melotot tajam.
"udah cla ayo." ajak mira seraya menyeret tangan Clara.
"mir, bagaimana nanti kalau ternyata calon suamiku jelek, pasti si tiang listrik itu akan menertawakan aku sepanjang masa." bisik Clara.
"udah ah! Dari tadi itu terus yang kamu katakan, coba berdoa supaya dapat yang ganteng dan tajir gitu!." balas Mira seraya membawa Clara ke arah toilet.
"duduk disini dulu sambil menunggu acara dimulai." sambut Burhan menahan anaknya agar tidak ke depan terlebih dahulu.
"kenapa gak langsung masuk saja sih pa, apa jangan jangan dugaanku benar?." tanya Bastian yang terpaksa menuruti perintah papanya.
(bagaimana ini, mana disini ada gadis tengil itu, bisa hancur reputasiku nanti di kantor!.) Bastian makin tegang menghadapi acara pertunangan yang sebentar lagi akan berlangsung.
"lagian siapa sih yang ngundang dia! Bukankah kata papa dan mama cuma dihadiri oleh saudara dekat saja?!." gerutu Bastian sembari duduk dengan gelisah, kedua tangannya meremas lutut, sesekali ia mencoba mengintip kearah dalam yang terhalang oleh dekorasi ruangan.
matanya menyipit saat melihat ada gadis tambun masuk ke dalam sambil menggandeng tangan seorang wanita paruh baya, dada Bastian makin berdetak kencang. Karena gadis berbadan subur itu memakai gaun pesta yang sangat mencolok.
(jangan jangan dia orangnya!.) batin Bastian yang semakin tidak bisa duduk dengan tenang.