Ini adalah kisah Si pemeran antagonis di dalam sebuah novel. Wanita dengan sifat keras hati, kejam, dan tidak pernah peduli pada apapun selama itu bukan tentang dirinya sendiri.
Seperti pemeran antagonis dalam sebuah cerita pada umumnya, dia ada hanya untuk mengganggu Si protagonis.
Tujuan hidupnya hanya untuk mengambil semua yang dimiliki Si protagonis wanita, harta, karir, kasih sayang keluarganya, bahkan cinta dari protagonis pria pun, ingin ia rebut demi misi balas dendamnya.
"Aku akan mengambil semua yang Karina dan Ibunya miliki. Aku akan membuat mereka menanggung karma atas dosa yang meraka perbuat pada Ibuku!" ~ Roselina ~
"Apa yang kau lakukan itu, justru membuat mu mengulang kisah Ibu mu sendiri!" ~ Arsen ~
"Ternyata, laki-laki yang katanya pintar akan menjadi bodoh kalau sudah berpikir menggunakan perasaannya, bukan otaknya!" ~ Roselina ~
Akankah Roselina Si wanita yang tak percaya dengan yang namanya cinta itu akan berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gundik dan anak haramnya
"Cara curang apa yang kau gunakan sampai Mr. Grey lebih memilihmu?!"
Rose tak menyangka jika Arsen menunggunya di depan toilet. Pria itu seperti menunggu hal yang sangat penting sampai membuang-buang waktu untuk berdiri di sana.
"Kau langsung menuduhku begitu, berarti otakmu itu yang kotor!" Balas Rose dengan tenang.
"Semua akan berpikiran kotor kalau menyangkut dirimu. Semua orang sudah tau kalau kau sering berbuat curang!" Arsen masih belum terima kalau Karin kalah dari Rose.
"Jadi kau sampai repot-repot menungguku di sini karena begitu penasaran denganku?"
"Sama sekali tidak!" Bantah Arsen.
"Kalau begitu kenapa harus bertanya?" Rose masih mempertahankan wajah angkuhnya. Dia memang tak pernah peduli pada apapun dan siapapun.
"Aku hanya penasaran saja, kenapa Mr. Grey lebih memilihmu?"
"Itu karena aku menggunakan seratus persen otakku. Bukan seperti dirimu yang dungu karena dibutakan oleh cinta!"
Ucapan Rose mampu menyentil Arsen. Hatinya yang sudah berselimut benci tentu saja semakin membenci Rose. Di mata Arsen, Rose adalah wanita jahat dan angkuh yang tak pantas mendapatkan cinta dari siapapun.
"Kau pikir aku tidak tau kalau kau meminta putra Mr.Grey untuk membujuk Ayahnya?"
Wajah Arsen terlihat menegang, Rose langsung tersenyum tipis karena berhasil membuat Arsen terkejut seperti itu.
"Bukankah itu cara yang sama? Jangan berteriak kotor kalau dirimu sendiri kotor, dasar munafik!" Kata pedas yang muncul dari bibir berwarna merah itu benar-benar berhasil menyentil hati Arsen.
Rose melenggang begitu saja saat melihat Arsen teriak dengan wajah masamnya. Puas sekali rasanya bisa membuat wajah Arsen menjadi merah padam seperti itu.
"Jangan sedih!" Arsen menghibur kekasihnya setelah mereka meninggalkan perusahaan Mr.Grey.
"Tidak, aku sudah biasa!" Karin menggeleng dan memberikan senyum tipisnya.
Tentu saja ada rasa kecewa di dalam hatinya karena lagi-lagi dia kalah dari Kakaknya. Tapi karena sudah terlalu sering dan Karin tau sendiri kenapa Rose selalu merebut apapun darinya, Karin mencoba untuk berlapang dada.
Bukannya takut untuk melawan Rose, tapi dia sadar jika posisi Ibunya salah. Kehadirannya ke dalam keluarga Martinez memang salah sehingga membuat Rose menjadi seperti itu.
Karin menganggap, apa yang Rose lakukan kepadanya sebagai hukuman atas apa yang Ibunya lakukan. Karin juga menganggap itu semua sebagai penebusan dosa dari Karin kepada Rose.
"Kenapa ada wanita sebaik dirimu di dunia ini?" Arsen semakin dibuat jatuh cinta pada sifat Karin yang lembut dan penuh pengertian. Karin juga tidak mudah tersulut amarah, begitu tenang dan bukan wanita pendendam.
"Aku hanya sadar diri. Aku dan Ibu adalah orang yang menyebabkan Tante Melisa meninggal. Jadi untuk melawan Kakak, sepertinya itu adalah hal yang justru memalukan karena posisi ku itu salah!"
"Semua bukan salah kamu!"
"Memang benar, tapi itu semua karena keegoisan Ayah dan Ibu. Tapi aku anak Ibu, kalau aku tidak ada di dunia ini, pasti Tante Melisa tidak akan sampai mengakhiri hidupnya!"
Karin mengingat dengan jelas bagaimana tatapan tajam Rose begitu melihat kedatangannya ke rumah keluarga Martinez satu minggu setelah kepergian Melisa.
Mulai saat itu, Rose selalu membencinya sampai saat ini. Dia yang begitu menyayangi Rose pun, tidak pernah mendapat perlakuan yang baik dari Rose sama sekali.
"Sudah, jangan pikirkan dia lagi!" Arsen menarik Karin untuk mendekat dan bersandar pada bahunya.
Arsen tak tega melihat Karin selalu saja kalah dari Rose, sehingga kemarin dia mencoba untuk membantu Karin karena kebetulan anak dari Mr. Grey adalah teman sekolahnya. Tapi entah apa yang Rose lakukan sehingga Mr. Grey tetap saja memilih Rose.
"Halo?" Arsen mengangkat panggilan dari Gerry, putra dari Mr. Grey.
"Maaf aku tidak bisa membantumu. Rose mengancam Ayahku dengan bukti perselingkuhannya!"
Arsen hanya bisa membuang nafasnya dengan berat. Jelas dia kalah telak kalau Rose menggunakan cara seperti itu.
"Baiklah tidak masalah. Terima kasih sudah berusaha untuk membantuku!"
"Hmm, sekali lagi aku minta maaf!"
"Tidak papa. Lagipula orang juga sudah tau bagaimana sifat wanita itu. Dia menghalalkan segala cara untuk menang!"
"Tapi itu sangat menarik. Wanita seperinya cukup menarik perhatian!"
"Coba saja dekati kalau begitu!" Canda Arsen.
"Akan ku coba!"
"Hmm, baiklah!"
Arsen segera menutup panggilannya. Dia melirik Karin yang ternyata telah terlelap di bahunya.
Arsen kini mulai tau bagaimana cara main Rose. Dia sendiri berada di dalam kalangan bisnis. Namun dia tidak pernah menggunakan cara kotor seperti yang Rose lakukan, kecuali ada kliennya yang sengaja berbuat curang atau mencoba untuk mengusik Arsen.
Di sisi lain, Rose dan Boy sudah sampai ke perusahaan. Dia langsung menuju ke ruangan Ayahnya untuk menyombongkan tender yang telah ia menangkan.
Sebenarnya itu tidak perlu juga karena Rose yakin Ayahnya sudah tau. Tapi Rose menyukai ekspresi wajah Leo yang tidak menyukainya ketika dia berhasil merebut sesuatu dari anak kesayangannya.
Brak..
Seperti biasa, Rose bahkan tidak pernah mengetuk pintu ruangan Ayahnya. Tak peduli jika di dalamnya ada tamu atau siapapun.
Leo melirik putrinya dari balik kaca mata yang ia kenakan. Tidak ada raut bahagia menyambut putri pertamanya itu.
"Ayah pasti sudah tau kenapa aku datang ke sini!" Rose terlihat begitu sombong dengan senyum tipisnya yang menunjukkan sebuah keangkuhan yang sudah mendarah daging.
"Apa yang kau berikan pada Mr. Grey sampai kau kembali mengalahkan adikmu?"
"Aku tidak memberinya apapun. Tapi ternyata, Mr. Grey itu mirip sekali dengan mu Ayah. Dia menyembunyikan sesuatu yang besar dari Istri dan anaknya. Tapi karena Mr.Grey takut Istrinya akan memgakhiri hidupnya seperti Ibu, makanya Mr.Grey memilih aku dari pada anak haram mu itu!"
"Jaga ucapan mu itu Rose!"
Rose tersenyum dengan penuh, dia suka melihat wajah Ayahnya merah padam seperti itu. Dia suka melihat ego Ayahnya yang berhasil ia tekan setiap kali Rose mengungkit noda yang Leo berikan pada keluarganya.
"Kenapa Ayah harus marah? Ayah tidak terima karena aku menyamakan Ayah dengan Mr. Grey?"
Leo masih menatap putrinya dengab tajam. Putrinya yang dulu begitu manis dan periang, kini berubah menjadi wanita pendendam dan penuh ambisi.
"Tenang saja Yah, aku hanya menyebutmu mirip dengannya. Kalian bukan sama karena masih ada bedanya. Karena kalau Mr. Grey lebih takut istrinya marah dan kehilangan anaknya, daripada kehilangan gundik dan anak haramnya. Tidak seperti Ayah yang lebih memilih gundik dan naak haramnya dari pada anak dan istri sahnya!"
"ROSEE!!!"
Tak ada ketakutan sama sekali dari wajah Rose ketika Leo membentuknya. Rose justru terasa terbahak-bahak melihat kemarahan Ayahnya itu.
kog tumben Waras