NovelToon NovelToon
Pernikahan Kontrak CEO Dingin

Pernikahan Kontrak CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Romansa
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: lala_syalala

Rania Kirana seorang penjual cilok berprinsip dari kontrakan sederhana, terpaksa menerima tawaran pernikahan kontrak dari Abimana Sanjaya seorang CEO S.T.G. Group yang dingin dan sangat logis.

Syarat Rania hanya satu jaminan perawatan ibunya yang sakit.

Abimana, yang ingin menghindari pernikahan yang diatur keluarganya dan ancaman bisnis, menjadikan Rania 'istri kontrak' dengan batasan ketat, terutama Pasal 7 yaitu tidak ada hubungan fisik atau emosional.

Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!!

FOLLOW ME :
IG : Lala_Syalala13
FB : Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PKCD BAB 8_Menjual Anting

Abimana Sanjaya, Chief Strategy Officer, S.T.G. Group.

Ia bisa saja menelepon Rendra. Ia bisa saja meminta bantuan untuk ibunya, seperti yang ditawarkan Abimana. Itu adalah tawaran yang logis. Itu adalah solusi instan untuk masalah finansial nya.

Namun, setiap kali ia memikirkan hal itu, ia merasa tubuhnya dingin. Mengambil bantuan itu terasa seperti menjual harga diri yang telah ia jaga mati-matian.

Ia tidak mau Abimana Sanjaya memandang rendah dirinya, menganggapnya sama seperti tetangganya, Santi, yang rela menukar kehormatan demi uang.

Rania menutup kembali kartu nama itu dan menyimpannya di bawah lipatan pakaiannya. Tidak, tekadnya. Saya akan mendapatkan uang untuk Ibu dari keringat saya sendiri.

Keesokan harinya, tekad Rania kembali diuji. Saat ia sedang mempersiapkan adonan cilok di dapur, Bu Rahmi tiba-tiba batuk keras dan mengeluh sakit di kakinya hingga tidak bisa digerakkan.

"Rania, kaki Ibu sakit sekali, Nak. Mungkin obatnya habis atau dosisnya kurang," rintih Bu Rahmi.

Rania segera memeriksa kotak obat. Benar saja, obat asam urat Bu Rahmi sudah habis.

Obat itu tergolong mahal, dan harus dibeli di apotek besar dengan resep dokter.

Untuk membeli obat dan biaya konsultasi dokter, Rania membutuhkan setidaknya Rp 250.000,00.

"Ya Tuhan," bisik Rania, wajahnya pucat. Sisa laba kemarin hanya Rp 105.000,00. Ia kekurangan lebih dari setengahnya.

Ia panik. Hari itu ia harus tetap berjualan untuk menambah modal. Tetapi ia tidak mungkin meninggalkan ibunya dalam keadaan sakit parah.

Rania mencoba berpikir jernih. Ia bisa meminjam dari Bang Jaelani, tetapi ia tidak ingin menambah utang.

Ia bisa meminjam dari tetangga, tetapi ia tahu cacian dari Bu Wati akan lebih menyakitkan jika ia berutang.

Di tengah keputusasaannya, mata Rania tanpa sengaja menangkap lipatan kartu nama hitam di sudut lemari. Abimana Sanjaya.

Ia meraihnya, jemarinya gemetar. Ini adalah kartu AS-nya. Sebuah jalan keluar yang mudah, yang ditawarkan langsung oleh sang pemilik "hutang budi".

'Tolonglah, Rania. Ini untuk Ibumu. Ini bukan meminta-minta, ini adalah hutang budi yang dia tawarkan.' suara logis di kepalanya mencoba membenarkan tindakan ini.

Rania menatap kartu nama itu lama sekali. Ia membalik-balik kartu itu. Ia mengingat kembali wajah dingin Abimana.

Ia membayangkan betapa cepatnya Abimana akan menyelesaikan masalahnya hanya dengan satu panggilan telepon.

Namun, ia juga membayangkan dirinya harus menghadapi Abimana lagi, harus menerima tatapan kasihan dari mata dingin itu, harus mengakui bahwa ia tidak sekuat yang ia ucapkan.

Tiba-tiba, ia merasakan kekuatan baru.

"Tidak. Saya harus coba yang lain," bisik Rania pada dirinya sendiri.

Rania mengambil sepasang anting perak kecil, satu-satunya perhiasan peninggalan ibunya, yang selama ini ia simpan rapat-rapat.

Ia tahu, menjual anting ini akan membuat ibunya sedih, tetapi ini adalah jalan yang paling terhormat baginya saat ini.

Ia segera memasak bubur untuk ibunya. "Ibu sarapan dulu ya. Rania akan sebentar ke pegadaian di ujung jalan. Setelah itu, Rania antar Ibu ke dokter," kata Rania, dengan suara yang ia paksa agar terdengar ceria.

Bu Rahmi, yang sedang meringis kesakitan, hanya bisa mengangguk lemah.

Rania keluar dari kontrakan dengan hati hancur. Bukan karena harus menjual anting, tetapi karena harus berhadapan lagi dengan pandangan sinis tetangganya.

Bu Wati, seperti biasa, sudah siaga di terasnya.

"Mau ke mana lagi, Neng? Pagi-pagi sudah dandan rapi begitu. Mau berkunjung ke kantor bos yang kemarin, ya? Jangan lupa bawa ciloknya, siapa tahu dia suka. Daripada cuma janji di kartu nama," Bu Wati menyindir lagi.

Kali ini, Rania tidak hanya menunduk. Ia berhenti. Ia menatap Bu Wati dengan mata yang basah, tetapi penuh api.

"Ibu saya sedang sakit keras, Bu Wati. Saya mau ke pegadaian, lalu ke dokter. Saya tidak pernah mencari jalan pintas, dan saya tidak pernah mengharapkan belas kasihan siapa pun. Termasuk dari ibu," ucap Rania, suaranya bergetar karena menahan amarah dan kesedihan.

"Saya minta maaf kalau kejujuran dan kerja keras saya mengganggu kenyamanan hidup Ibu. Tapi, tolong, berhentilah menghakimi. Ada Tuhan yang tahu persis niat dan perjuangan saya." seru Rania dengan berani.

Rania tidak menunggu jawaban Bu Wati. Ia berbalik dan berjalan cepat meninggalkan gang, meninggalkan Bu Wati yang kali ini terdiam, terkejut oleh luapan emosi Rania yang selama ini terpendam.

Ia berjalan di bawah matahari pagi yang terik. Air matanya kembali mengalir, bercampur dengan keringat.

Ia meremas anting perak di tangannya. Ia telah memilih jalan yang paling sulit jalan yang berliku, penuh caci maki, dan pengorbanan, hanya demi mempertahankan sehelai integritasnya.

Di saat yang sama, di dalam mobil mewahnya yang melaju menuju kantor, Abimana Sanjaya sedang membaca laporan keuangan di tabletnya.

Ia telah memutuskan, ia akan segera bergerak. Ia akan menggunakan Rania Kirana sebagai pion catur terpentingnya.

Ia tidak tahu, ia baru saja menganggap remeh seorang wanita yang memilih menjual perhiasan terakhirnya daripada menelepon dirinya, si pemberi janji hutang budi.

Dan takdir, dalam alur lambatnya yang misterius, sedang menempatkan mereka pada titik pertemuan yang akan mengubah segalanya.

Rania berhasil. Ia berhasil menggadaikan anting perak ibunya. Uang hasil gadai itu, ditambah dengan sisa laba jualannya, cukup untuk membayar biaya dokter dan membeli obat yang dibutuhkan Bu Rahmi.

Sore itu, ia duduk di kursi kayu yang keras di ruang tunggu klinik dokter umum, menemani ibunya yang sedang diperiksa.

Meskipun lega karena ibunya sudah tertangani, hati Rania terasa berat. Ia memandang langit-langit yang kusam, menyadari betapa rentannya hidup mereka.

Hari ini anting yang dijual. Besok? Ia tidak tahu lagi harus menjual apa. Tekanan finansial seakan mencekiknya perlahan.

Saat ia sedang tenggelam dalam pikirannya, ponsel bututnya yang berlayar retak berdering. Nomor asing, dengan kode area Jakarta Pusat. Rania ragu mengangkatnya.

"Halo?"

"Selamat sore, ini dengan Mbak Rania Kirana?" Suara di ujung telepon itu formal, cepat, dan sangat familiar.

"Ya, saya Rania. Ini siapa ya?"

"Saya Rendra, asisten Tuan Abimana Sanjaya dari S.T.G. Group. Saya menelepon mengenai janji Tuan Abimana tempo hari. Beliau ingin bertemu dengan Anda sebentar. Ada hal sangat penting yang ingin beliau sampaikan terkait hutang budi yang beliau tawarkan." ucap Rendra.

Jantung Rania mencelos. Mengapa sekarang? Mengapa di saat ia sedang merasa paling rentan dan paling membutuhkan bantuan?

"Maaf, Tuan Rendra. Saat ini saya sedang di klinik menemani ibu saya berobat. Mungkin lain kali," jawab Rania, berusaha menolak sehalus mungkin.

.

.

Cerita Belum Selesai.....

1
In
ngapain ngomong soal jaminan kesehatan ibumu Rania... hedeh... 🤦
Sweet Girl
kamu belajar kehidupan sama Rania, Abi...
dia guru terbaik dalam kehidupan.
Sweet Girl
Naaaah, bahagia Ndak...???
Sweet Girl
Bukannya di lantai 45 ya...🤔
Sweet Girl
Emang kenapa...???
Sweet Girl
Taktik apa tiktok...
Sweet Girl
Emang njaluk di cabut gigine, Bu Wati ini ya...
Sweet Girl
Bwahahaha sing gak betah itu saat jadi tetangga mu, Bu Wati...
ayak ayak wae...
Sweet Girl
👏👏👏👏👏👏👏
Ariany Sudjana
puji Tuhan, Rania dan Abimana sudah bisa saling menerima, tetap jadi pribadi yang jujur dan berintegritas Rania
Sweet Girl
Meyakinkan dengan pelanggaran Pasal 7.
Sweet Girl
Lho lho lho ... Pelanggan Pasal 7 ini...🤪
Sweet Girl
Formal banget deh...
Lusi Hariyani
nah gitu dong adem...sm2 cinta tp gengsi
Sweet Girl
Good job...
Sweet Girl
Menggigil 🤣
Sweet Girl
Aamiin
Sweet Girl
Good, harus ada perlindungan
Sweet Girl
Demi Ibu, kendurkan sedikit idealisme mu Ran...
Mar lina
akhirnya Abi mencurahkan isi Hatinya ke Rania, cinta Rania tidak bertepuk sebelah tangan... lanjut Thor ceritanya
di tunggu updatenya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!