NovelToon NovelToon
Life After Marriage: My Annoying Husband

Life After Marriage: My Annoying Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers / Cintapertama
Popularitas:46
Nilai: 5
Nama Author: Aluina_

Keira Anindya memiliki rencana hidup yang sempurna. Lulus kuliah, kerja, lalu menikah dengan pria dewasa yang matang dan berwibawa. Namun rencana itu hancur lebur saat ayahnya memaksanya menikah dengan anak rekan bisnisnya demi menyelamatkan perusahaan.
Masalahnya calon suaminya adalah Arkan Zayden. Pria seumuran yang kelakuannya minus, tengil, hobi tebar pesona, dan mulutnya setajam silet. Arkan adalah musuh bebuyutan Keira sejak SMA.

"Heh Singa Betina! Jangan geer ya. Gue nikahin lo cuma biar kartu kredit gue gak dibekukan Papa!"

"Siapa juga yang mau nikah sama Buaya Darat kayak lo!"

Pernikahan yang diawali dengan 'perang dunia' dan kontrak konyol. Namun bagaimana jika di balik sikap usil dan tengil Arkan, ternyata pria itu menyimpan rahasia manis? Akankah Keira luluh atau justru darah tingginya makin kumat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aluina_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20

Arkan Zayden sedang mengalami krisis eksistensi di dalam kamar mandi. Dia duduk di atas kloset tertutup sambil menatap layar ponselnya dengan kening berkerut dalam. Pesan misterius semalam yang mengatakan bahwa masa lalunya sedang dalam perjalanan benar-benar mengganggu ketenangan jiwanya.

Otak Arkan bekerja keras memutar memori masa mudanya. Siapa lagi mantan pacarnya yang berpotensi jadi teroris rumah tangga setelah Clara? Arkan mencoba mengabsen satu per satu.

Ada Sinta, mantan pacar waktu SMP, tapi dia sudah nikah dan punya anak kembar tiga. Mustahil dia punya waktu buat meneror.

Ada Bella, mantan pacar waktu SMA, tapi dia sekarang jadi biarawati di Lembang. Sangat tidak mungkin.

Ada Citra, gebetan waktu kuliah, tapi Arkan ingat betul Citra memblokir nomornya karena Arkan pernah tidak sengaja menumpahkan kopi ke tugas skripsinya.

"Siapa dong? Jangan bilang hantu masa lalu beneran," gumam Arkan frustrasi.

Pintu kamar mandi digedor keras dari luar. Arkan nyaris melempar ponselnya ke bak mandi saking kagetnya.

"Arkan. Lo lagi bertapa ya? Cepetan keluar. Gue mau mandi. Kebelet nih," teriak Keira dari luar.

Arkan buru-buru menyiram kloset (biar dikira ada aktivitas) dan mencuci muka. Dia membuka pintu dan mendapati Keira sedang berkacak pinggang dengan wajah bantal yang masih terlihat cantik meski rambutnya mirip singa.

"Lama banget sih. Lo ngapain aja? Latihan pidato kenegaraan?" sindir Keira sambil menerobos masuk.

"Sabar dong, Ra. Orang ganteng butuh waktu buat maintenance wajah. Biar lo enggak bosen liat gue," elak Arkan sambil menyugar rambutnya yang basah.

"Minggir. Gue enggak butuh orang ganteng. Gue butuh kloset," Keira mendorong Arkan keluar dan membanting pintu tepat di depan hidung mancungnya.

Arkan mengelus dadanya. Setidaknya Keira tidak curiga dengan kegelisahannya. Arkan berjalan menuruni tangga menuju dapur. Aroma masakan yang sangat harum langsung menyambut indra penciumannya.

Di dapur, Mama Rina sedang sibuk luar biasa. Ada tiga kompor menyala sekaligus. Asap mengepul di mana-mana. Papa Wijaya duduk di meja makan sambil mengupas bawang merah dengan kacamata renang agar tidak pedih. Pemandangan yang sangat absurd.

"Pagi Ma, Pa. Wah, masak besar nih. Ada acara apa? Tumben rajin banget," sapa Arkan sambil mencomot tempe goreng yang baru matang.

Mama Rina menepis tangan Arkan dengan spatula. "Jangan dicomot dulu. Ini buat jamuan makan siang. Nanti siang ada tamu spesial mau datang."

Jantung Arkan berhenti berdetak sedetik. Tamu spesial? Jangan-jangan...

"Siapa Ma? Tamu siapa?" tanya Arkan waspada.

"Itu loh, anak temen Mama yang baru pulang dari Amerika. Dulu kan kalian tetanggaan waktu kecil. Sering main dokter-dokteran bareng. Namanya Sasha. Ingat kan?" jawab Mama Rina santai sambil mengaduk rendang.

Arkan memucat. Sasha. Sasha Monica.

Ingatan Arkan langsung melayang ke masa kecilnya. Sasha adalah tetangga yang super obsesif. Dulu Sasha pernah memaksa Arkan menikahinya di bawah pohon mangga dengan mas kawin permen karet. Sasha juga yang sering mencubit pipi Arkan sampai biru karena gemas. Dan yang paling parah, Sasha adalah tipe cewek yang sangat clingy alias nempel terus kayak lintah.

Jadi pesan misterius itu dari Sasha? Arkan merasa lututnya lemas. Sasha jauh lebih merepotkan daripada Clara karena Sasha punya dukungan orang dalam, yaitu Mama Rina.

"Ma, ngapain sih undang Sasha? Dia kan berisik. Nanti gendang telinga Papa pecah," hasut Arkan berusaha membatalkan rencana.

"Sembarangan kamu. Sasha itu anaknya manis dan manja. Mama kangen sama dia. Lagian dia mau kasih oleh-oleh buat kita. Kamu harus sambut dia dengan baik. Awas kalau jutek," ancam Mama Rina.

Keira turun dari tangga, sudah mandi dan segar. Dia melihat wajah suaminya yang pucat seperti mayat.

"Kenapa lo? Dikejar debt collector?" tanya Keira heran.

"Lebih parah Ra. Dikejar Sasha collector," gumam Arkan lemas.

Pukul dua belas siang, bel rumah berbunyi nyaring. Tamu kehormatan telah tiba.

Mama Rina dengan semangat 45 berlari membuka pintu. Arkan berdiri di belakang sofa ruang tamu, menggunakan tubuh Keira sebagai tameng hidup.

"Kenapa sih lo sembunyi di belakang gue? Berat tau badan lo," protes Keira risih.

"Sstt. Lindungi gue Ra. Gue alergi sama tamu ini," bisik Arkan.

Pintu terbuka. Suara teriakan cempreng langsung memenuhi ruangan.

"Tante Rinaaa! Kangen banget!"

Seorang wanita muda dengan gaun pink cerah dan sepatu hak tinggi masuk sambil memeluk Mama Rina heboh. Dandanannya tebal, bulu matanya anti badai, dan parfumnya wangi vanila yang menyengat.

Setelah sesi pelukan dengan Mama, mata wanita itu memindai ruangan. Matanya berbinar saat menemukan sosok Arkan yang sedang mengintip di balik bahu Keira.

"ARKAAAN! My Honey Bunny Sweety!" jerit Sasha histeris.

Tanpa permisi, Sasha berlari kecil dan langsung menerjang Arkan. Dia mendorong Keira ke samping (secara harfiah mendorong bahu Keira) lalu memeluk Arkan erat-erat.

Keira yang hampir terjungkal menatap tak percaya. Siapa perempuan ini? Datang-datang main seruduk suami orang dan mendorong istri sahnya?

"Sasha! Lepas! Sesak woy!" Arkan berusaha melepaskan pelukan Sasha yang seperti ular piton.

"Ih Arkan makin ganteng deh. Badannya makin jadi. Enak dipeluk," kata Sasha genit sambil mencubit dada bidang Arkan. Dia melepaskan pelukan tapi tangannya masih menggelayut manja di lengan Arkan.

Sasha menoleh ke arah Keira dengan tatapan polos yang dibuat-buat.

"Eh, ini siapa? Pembantu baru ya Tante? Cantik juga, tapi bajunya kok sederhana banget," tanya Sasha tanpa dosa.

Keira merasa ada gunung berapi meletus di kepalanya. Pembantu? Dia dibilang pembantu di rumahnya sendiri?

Arkan melotot. Dia langsung menepis tangan Sasha dan merangkul Keira posesif.

"Heh, jaga mulut lo Sha. Ini istri gue. Keira. Nyonya rumah ini. Lo harus hormat sama dia," tegas Arkan.

Sasha menutup mulutnya dengan gaya kaget yang lebay. "Oups. Sorry. Aku kira asisten rumah tangga. Soalnya kamu enggak ada aura nyonya-nya sih. Halo Keira, aku Sasha. Sahabat masa kecil Arkan sekaligus cinta pertamanya Arkan," Sasha mengulurkan tangan dengan senyum miring.

Keira tidak menyambut uluran tangan itu. Dia melipat tangan di dada dan tersenyum sinis.

"Halo Sasha. Saya Keira. Istri Arkan sekaligus cinta terakhirnya Arkan. Dan koreksi sedikit, Arkan enggak punya selera rendahan buat jadiin lo cinta pertama," balas Keira telak.

Suasana langsung memanas. Mama Rina tertawa canggung.

"Sudah, sudah. Jangan ribut di pintu. Ayo kita makan siang. Mama sudah masak rendang spesial," lerai Mama Rina.

Mereka menuju meja makan. Perang sesungguhnya baru saja dimulai.

Sasha dengan cepat mengambil kursi di sebelah kanan Arkan. Kursi yang seharusnya diduduki Keira.

"Aku duduk sini ya Arkan. Biar gampang ngambilin kamu makan. Dulu kan aku sering suapin kamu," kata Sasha manja.

Keira tidak mau kalah. Dia duduk di sebelah kiri Arkan. Jadi Arkan terjepit di antara dua wanita dengan aura yang bertolak belakang. Satu aura pink norak, satu lagi aura api neraka.

"Ayo dimakan rendangnya. Sasha, kamu pasti kangen masakan Indonesia kan?" tanya Papa Wijaya basa-basi.

"Banget Om. Di Amerika makannya burger mulu. Aku kangen disuapin Arkan pakai tangan," kata Sasha sambil melirik Arkan.

Arkan fokus menatap piringnya, takut salah bicara. Dia merasa seperti sedang duduk di kursi listrik.

"Arkan, ini aku ambilin rendang yang banyak dagingnya. Kamu harus makan banyak biar kuat," Sasha menaruh potongan rendang besar ke piring Arkan.

"Makasih Sha. Tapi gue bisa ambil sendiri," tolak Arkan halus.

"Enggak apa-apa. Istri kamu kan kelihatannya sibuk makan sendiri. Biar aku yang urus suami kamu," sindir Sasha sambil melirik piring Keira.

Keira tersenyum manis. Sangat manis sampai Arkan merinding. Keira mengambil mangkok sambal terasi yang super pedas.

"Oh, Mbak Sasha baik banget ya mau bantuin. Tapi Arkan itu punya selera makan yang unik kalau di rumah. Dia suka banget kalau makanannya dicampur sambal terasi yang banyak. Katanya biar hidupnya berwarna," kata Keira.

Tanpa ragu, Keira menuangkan tiga sendok besar sambal terasi ke atas nasi dan rendang di piring Arkan. Warna merah cabai mendominasi piring itu.

Mata Arkan mau keluar. Tiga sendok? Itu dosis mematikan. Dia baru saja sembuh dari trauma sate taichan.

"Beneran Arkan? Kamu suka pedas sekarang? Dulu kamu makan cabe sebiji aja nangis," tanya Sasha heran.

Arkan menatap Keira. Keira menatapnya balik dengan tatapan Makan atau lo tidur di luar malam ini.

"I-iya Sha. Selera gue berubah sejak nikah. Istri gue mengajarkan gue arti ketangguhan lewat cabai," jawab Arkan dengan suara bergetar.

Arkan menyuapkan nasi bercampur sambal jahanam itu ke mulutnya.

Detik pertama, biasa saja.

Detik kelima, lidahnya mulai kesemutan.

Detik kesepuluh, ledakan nuklir terjadi di mulutnya.

Muka Arkan memerah padam. Keringat langsung bercucuran. Telinganya berdenging.

"Wah hebat! Laki banget!" puji Sasha kagum, tidak tahu kalau Arkan sedang meregang nyawa.

Keira dengan sigap mengambilkan segelas air putih.

"Minum dulu Sayang. Jangan keselek. Pelan-pelan nikmatinnya," ucap Keira lembut sambil mengelus punggung Arkan.

Arkan meminum air itu rakus. "Makasih Istriku. Kamu memang pengertian."

Sasha terlihat panas melihat kemesraan itu. Dia mencoba taktik lain.

"Arkan, ingat enggak waktu kita mandi hujan bareng pas SD? Terus celana kamu melorot? Itu lucu banget ya. Aku masih simpan fotonya loh," cerita Sasha sambil tertawa genit.

Arkan tersedak lagi. "Uhuk! Itu aib Sha! Jangan dibahas!"

"Ih enggak apa-apa kali. Kan lucu. Keira pasti belum pernah liat 'adik kecil' kamu waktu kecil kan?" Sasha mengedipkan mata.

Keira meletakkan sendoknya dengan keras. Cukup sudah. Perempuan ini benar-benar minta disantet.

"Mbak Sasha. Masa lalu biarlah masa lalu. Saya enggak perlu liat foto masa kecil Arkan. Karena saya punya akses eksklusif buat liat Arkan yang sekarang setiap malam. Tanpa sensor. Jadi saya rasa, kenangan Mbak tentang celana melorot itu enggak ada apa-apanya dibanding pengalaman saya," balas Keira dengan nada tenang namun mematikan.

Papa Wijaya tersedak kopinya. Mama Rina melongo. Arkan menunduk malu sampai dahinya menyentuh meja. Istrinya terlalu frontal.

Wajah Sasha berubah pucat. Dia kalah telak. Dia tidak bisa melawan argumen 'akses eksklusif malam hari'.

"Ehm. Saya ... saya ke toilet sebentar," pamit Sasha dengan suara mencicit lalu kabur dari meja makan.

Setelah Sasha pergi, Arkan mengangkat wajahnya. Dia menatap Keira dengan tatapan takjub bercampur ngeri.

"Ra, lo barusan ngomong apa? 'Akses eksklusif'? Di depan Papa Mama?" bisik Arkan histeris.

Keira mengangkat bahu santai sambil memakan kerupuk. "Biar dia diem. Berisik banget dari tadi pamer masa lalu. Emangnya dia pikir dia siapa? Sejarah nasional?"

Papa Wijaya tertawa terbahak-bahak. "Mantap Keira. Papa suka gaya kamu. Tegas dan lugas. Sasha itu memang perlu dikasih pelajaran biar enggak manja."

Mama Rina juga tersenyum. "Mama tadinya mau belain Arkan, tapi kayaknya Arkan sudah punya bodyguard yang handal. Mama bangga sama kamu Ra."

Sasha kembali dari toilet dengan wajah yang sudah di-touch up, tapi semangatnya sudah hilang. Dia menghabiskan makan siangnya dengan diam, tidak berani lagi menggoda Arkan. Setiap kali dia mau membuka mulut, Keira hanya perlu melirik tajam sambil memegang sendok sambal, dan Sasha langsung kicep.

Selesai makan siang, Sasha pamit pulang dengan alasan ada janji lain. Padahal jelas dia tidak betah karena terus-terusan di-skakmat oleh Keira.

"Arkan, aku pulang dulu ya. Kapan-kapan kita main lagi," pamit Sasha tapi kali ini dia menjaga jarak aman, tidak berani peluk-peluk.

"Iya Sha. Hati-hati di jalan. Jangan lupa remnya dicek, takut blong kayak mulut lo tadi," jawab Arkan sarkas.

Begitu mobil Sasha pergi, Arkan langsung merosot di sofa ruang tamu. Dia mengelus perutnya yang panas.

"Gila. Perut gue mules banget Ra. Sambal lo itu racun apa makanan sih?" keluh Arkan.

Keira duduk di sebelahnya dan memberikan segelas susu dingin yang sudah dia siapkan.

"Minum ini buat menetralisir. Maaf ya gue kebanyakan kasih sambalnya. Gue emosi liat dia nempel-nempel lo kayak cicak," aku Keira jujur.

Arkan meminum susu itu, lalu tersenyum lebar. Rasa sakit di perutnya seolah hilang mendengar pengakuan Keira.

"Cie, cemburu beneran nih? Mengaku saja lah, Nyonya Zayden. Lo cinta mati kan sama gue?" goda Arkan.

"Pede. Gue cuma menjaga aset. Kalau lo diambil orang, siapa yang bayar tagihan belanja gue?" elak Keira gengsi.

"Halah, alasan. Bilang aja lo enggak rela kehilangan suami seganteng gue. Tapi makasih ya Ra. Tadi lo keren banget pas ngomong soal 'akses eksklusif'. Gue jadi berimajinasi liar nih," Arkan menaik-turunkan alisnya.

Keira memukul lengan Arkan. "Mesum! Itu cuma taktik perang! Jangan geer!"

"Tapi beneran kan lo punya akses eksklusif? Nanti malam boleh dong aksesnya dibuka lagi?"

"Tergantung. Kalau lo masih mules gara-gara sambal, akses ditutup sementara. Perbaikan sistem," jawab Keira sambil tertawa dan berlari naik ke lantai dua.

Arkan tertawa lepas. Dia merasa sangat beruntung. Tamu tak diundang hari ini justru membuat hubungannya dengan Keira semakin erat. Dan yang lebih penting, Arkan tahu sekarang bahwa Keira benar-benar akan berjuang untuknya.

Namun Arkan harus segera lari ke kamar mandi. Efek sambal terasi buatan istrinya memang tidak main-main. Perjuangan cinta memang butuh pengorbanan, dan kali ini pengorbanannya adalah sistem pencernaan Arkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!