NovelToon NovelToon
MALAM TELAH TIBA

MALAM TELAH TIBA

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Bullying dan Balas Dendam / Game
Popularitas:372
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Sekelompok siswa SMA dipaksa memainkan permainan Mafia yang mematikan di sebuah pusat retret. Siswa kelas 11 dari SMA Bunga Bangsa melakukan karyawisata. Saat malam tiba, semua siswa di gedung tersebut menerima pesan yang menunjukkan permainan mafia akan segera dimulai. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan menyingkirkan teman sekelas dan menemukan Mafia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Silahkan Tuduh Mafia

Bima

Hei, pecundang, ayo bermain.

"Dia ini?" Khalil menghela nafasnya, semakin yakin dengan tebakannya sendiri namun juga cukup membuatnya sesekali ragu.

Bima

Apa Sinta Mafia nya?

"Nah! Omongan lo benar! Dia pasti bikin game ini, habis itu masang ke HP kita, dasar" Endru berujar.

"Gue bakal cari si Bima gila itu dan nanyain tentang ini” Khalil beranjak, hendak meninggalkan kamar untuk mencari keberadaan Bima.

"Tunggu, perlu gue ikut?"

"Enggak, lo tunggu disini aja. Lagipula Sinta sama Ditto juga bakal balik” Endru mengangguk dengan jawaban Khalil. Membiarkan pria itu meninggalkannya dengan keyakinan konyol jika Bima lah yang membuat game gila ini.

Khalil…

Khalil hampir melangkah menuruni tangga, namun seseorang yang memanggil namanya membuat tubuh tegap itu menghentikan langkah kaki, lantas menoleh kebelakang.

"Dion? Ada apa?" Khalil tercengang, namun berusaha mengontrol ekspresinya saat Dion tiba-tiba sudah ada di hadapan.

"Ah, enggak. Gue baru aja ngecek telepon yang ada disini sama Arsya sama Merah. Lo mau kemana?" Sahut Dion. Sebelum akhirnya berdampingan menuruni tangga dengan beraturan.

"Gue mau cari Bima sih, wait? Tadi lo hilang mau periksa telepon kan? Emangnya buat apa?”

"Ah, gue mau telepon Pak Cipto, tapi nggak kehubung. Terus kenapa nyariin Bima?”

"Lo udah coba— Hei! Rizal!" Khalil mengalihkan ujaran nya.

"Khal? Ketua?" Rizal bergumam, pandangan nya beralih pada Khalil dan Dion yang mendekat sambil menuruni anak tangga. Menghampirinya yang tampak gugup.

"Lo mau kemana?" Khalil dan Dion menunggu jawaban dari pertanyaan yang sempat Dion lontarkan untuk Rizal.

"Oh—gini—" Rizal tampak menjeda ucapannya, wajahnya terlihat ketakutan "mereka mau ketemu sama gue"

Khalil dan Dion saling memandang satu sama lain. Mereka mengerti maksud dari ucapan Rizal, maksud dari ucapan ‘mereka’ yang Rizal sampaikan itu siapa.

"Kalau begitu ayo" Khalil berujar terlebih dulu sebelum melangkah kedepan.

"Tunggu, tapi ..."

"Udah nggak papa, ayo” Ujar Khalil lagi. Rizal menatap kearah Dion yang juga mengisyaratkan padanya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Tepat pada lapangan basket. Khalil bersama Dion dan Rizal mendapati perundungan yang dilakukan kelompok milik Hagian terhadap Farhan.

Jihan melemparkan bola basket nya pada ring, namun tidak masuk. Disusul Hagian yang mendapati bola terlempar ke arahnya, justru menyeringai.

"Ini giliran gue” pria itu melemparkan bola pada ring. Tepat sasaran, bukan hanya masuk ke dalam ring namun juga mengenai tubuh Farhan yang ada di bawahnya.

Gelak tawa menggema dilapangan saat Farhan meringis kesakitan. Tak jauh dari kelompok brandalan, title ‘tukang bully’ sepertinya juga tepat untuk Hagian dan kedua temannya.

"Hei!" Suara seseorang menghentikan aksi Hagian dan teman-temannya. Mereka menatap kearah Dion, Khalil, dan Rizal yang melangkah mendekat ke arah mereka.

Hagian berdecak, "bawa temen ternyata"

"Apa yang kalian lakuin, huh!?" Khalil berujar, ia membantu Farhan untuk berdiri dari posisi berlututnya.

"Hei, Khal. Ini cuman lelucon, bercanda doang" Hagian dan kedua teman nya tertawa saat mengucapkan kata itu. Tentu dengan tatapan dan intonasi yang terkesan tidak kasihan.

"Bukankah becandaan lo itu keterlaluan, Hagian?" Dion menekankan setiap ucapannya.

"Lelucon gue?" Hagian terkekeh. Mendekatkan dirinya pada Dion "Sayangnya, gue serius sekarang"

Dion mendengus, mengalihkan pandangannya dari Hagian kearah Khalil dan Farhan. Bahkan disaat posisi menjadi ketua kelaspun tetap tidak membuat Hagian, Jihan, dan Wora mematuhi perintahnya.

"Lo keterlaluan ngerti nggak!" Sentak Khalil sambil meraih lengan Farhan.

"Oh? Nggak semudah itu" Hagian menyeringai, melangkah lebih dekat ke arah Hagian dan Farhan "lo nggak bisa bawa tawanan gue seenaknya”

Khalil memutar kedua bola matanya kesal "Dia bukan tawanan lo brengsek! Berhentilah bersikap kasar kayak ini!"

"Heh, lo jangan bersikap seenaknya!" Jihan menyela, mendorong tubuh Khalil kasar, sampai mau tak mau melepaskan genggaman pada lengan Farhan.

"Pergi dari sini, muka lo bikin mual!"

Sebuah bola melayang kearah Jihan. Tepat mengenai punggung pria itu bahkan sampai membuatnya meringis. Membuat semua pasang mata mencari sumber terpercaya yang membantu mereka menemukan dalang dibalik terlempatnya bola basket ke arah Jihan.

"Sial! Siapa yang lempar!?" Jihan mendesis kesal, ia membalikkan tubuhnya ke arah seseorang yang berdiri di ambang pintu lapangan.

"Jihan, lo udah gede. Bersikaplah seperti orang waras pada umumnya” Agil melangkah mendekat kearah mereka, bersama temannya.

"Agil! Brengsek!" Jihan berujar dengan suara yang kasar.

"Tch, kenapa kalian malah bikin keributan disini!?" Hagian menyela. Tatapannya jelas kesal kearah Agil. Walaupun dia ketua geng ini, tapi dia tidak begitu mudah tersulut emosi cuman karena masalah sepele.

Ya, bagi Hagian ini cuman masalah sepele.

"Tentu aja, buat berolahraga” Agil menyeringai tipis melihat Hagian "Kenapa? Ada masalah?"

"Cih” Hagian mendekat lantas meludah dengan seenaknya "Lo bahkan nggak bisa jadi atlet nasional, Brengsek! Berolahragalah sesuka kalian" Ujarnya sebelum benar-benar melangkah pergi dari lapangan, diikuti juga dengan Jihan dan Wira yang meninggalkan jejak ludah di lantai lapangan basket.

"Si brengsek itu!" Agil berdecak kesal.

"Udahlah, nggak usah mulai lagi” Dion berujar, menghentikan Agil agar tidak memulai keributan lagi dengan Hagian.

Sementara Khalil menghela napas cukup berat. Tidak habis pikir dengan kelakuan teman sekelasnya yang suka sekali merundung murid lain, yang terlihat lebih lemah darinya.

“Udahkan? Kalau gitu biar gue bawa Farhan ke UKS” ucap Khalil yang dibalas anggukan dari yang lainnya.

"Pria ini, kenapa juga selemah inii!"

Untung hanya bagian wajah dan punggung yang terluka. Jadi Farhan tidak perlu diberikan perawatan intensif.

Khalil menarik nafasnya didalam-dalam, tampal sudah selesai mengobati luka Farhan, walaupun hanya sedikit. Sekiranya, dapat membantu pria itu.

"Mm, makasih, Khal” Ujar Farhan dengan pelan.

"Nggak masalah, gue juga termasuk petugas kesehatan" Sahut Khalil “Dengerin gue, lain kali lo juga harus lebih tegas sama mereka. Maksudnya, setidaknya lo nolak atau ngehindar, bukan cuman diem kayak tadi” lanjutnya sambil membereskan kotak obat.

"Khal—" Farhan menghembuskan nafasnya cukup berat. Mengalihkan pandangannya kearah lain "gue—pengen, tapi itu nggak akan mudah. Gue nggak bisa nangkis pukulan Hagian”

"Oh— Ayolah. Lo pasti bisa. Gue nggak berharap lo juga harus bales pukulan Hagian sih. Cuman, lo harus bisa ngehindar dari Hagian dan kedua teman nya itu. Lo juga harus belajar bela diri" Ujar Khalil dengan geram namun tetap percuma saja. Karena sekali lagi, Farhan memang lemah dalam urusan seperti ini.

"Gue nggak akan bisa, Khal. Mereka terlalu kuat buat dihindari, gue nggak akan pernah bisa lepas dari bullyan mereka" Kekeh Farhan.

"Astaga!" Khalil menjitak dahi Farhan dengan pelan "Dengar, nggak ada salahnya mencoba kan? Pulang dari liburan ini, gue bakal ngajarin lo bela diri. Tenang aja, gue lumayan jago" Lanjut Khalil.

Ia bangkit dari duduknya dan berdiri disebelah jendela, memasukkan kedua tangannya dalam saku celananya dan menatap kembali kearah Farhan.

"Mm?" Farhan tersentak pelan "Gue nggak yakin"

"Hei! Dasar kepala batu! Nggak usah bantah, gue bakal maksa lo dan ngajarin lo sampe lo berani pukul si brengsek Hagian itu didepan gue” Khalil terkekeh pelan dengan ujaran spontan itu, pikirannya membayangkan jika kejadian itu benar-benar terjadi, pasti akan seru.

"Lo itu sama kayak adek gue” Khalil memelankan ucapannya.

Farhan tertegun saat mendengar ujaran panjang Khalil untuk yang kedua kalinya. Ia pikir, Khalil itu adalah orang yang sama seperti Hagian dan kedua teman Hagian. Dingin dan menyebalkan, namun ternyata Farhan yang belum mengenal Khalil saja.

"Terus, adik lo gimana?"

"Dia," Khalil menjeda ucapannya dan menghembuskan nafasnya pelan "Udah meninggal”

Pupil mata Farhan membesar saat mendengar tiga kata yang diucapkan oleh Khalil.

"Maaf! Gue nggal tahu! Gue bener-bener minta maaf, Khal” Sentak Farhan, cukup dengan penyesalan di hatinya.

"Nggak papa, tenang aja. Lagipula gue yang mulai duluan, lo kan cuman tanya” Ujar Khalil dengan lembut, ia tersenyum kecil.

Tinggg…

Notifikasi terdengar dari ponsel mereka berdua.

Sinta

Bima adalah Mafia nya. Ayo pilih dia.

Sinta memilih Bima...

Endru memilih Bima...

Ditto memilih Bima...

Suara itu berbunyi cukup keras, menggema diseluruh gedung. Memuat mereka menatap sekeliling dengan penuh kebingungan. Mencari sumber suara dengan nada yang konsisten.

"Kalau ini cuman permainan yang dibuat si Bima brengsek itu, kenapa seniat ini ya?"

"Khal? Lo milih siapa?" Farhan bersuara, memulai percakapan kembali.

Hagian memilih Bima...

Jihan memilih Bima...

Wira memilih Bima...

"Hei, apa mereka sepakat buat milih Bima?" Khalil bergumam. Ia menatap kearah Farhan "Entahlah, gue mungkin bakal memilih Bima juga”

Arsya memilih Bima...

Merah memilih Bima...

Dion memilih Bima...

"Ah, oke. Gue bakal milih Bima juga" Putus Farhan sebelum menekan layar di ponselnya.

Farhan memilih Bima...

"Toh ini cuman permainan yang Bima buat kan?"

Khalil memilih Bima...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!