Alana harus menerima takdirnya yang menjadi istri secara mendadak. Alana menikah dengan Raymond, pria dingin yang tidak mempunyai pilihan untuk menjaga nama baik keluarganya yang harus menikah dengan Alana karena calon pengantinnya yang lari di hari pernikahan itu.
Posisi Alana benar-benar sangat sulit. Apalagi posisinya di kaitkan dengan hutang Budi pada keluarga calon istri Raymond. Mau tidak mau Alana menerima takdirnya.
Masuk kedalam keluarga Raymond bukanlah hal yang mudah dan apalagi Alana adalah gadis sederhana. Raymond juga menolaknya dan menekankan tidak menginginkannya sebagai istri.
Alana berusaha untuk berdamai dengan keadaan dan ternyata banyak rahasia yang dia ketahui dalam keluarga Raymond yang memiliki latar belakang baik-baik saja yang bertolak belakang pada kenyataannya.
Bagaimana Alana menjalani pernikahannya?
"Apakah simpatik Alana akan tumbuh menjadi cinta?"
"Lalu bagaimana Raymond menghadapi pernikahannya dengan wanita yang tidak dia cintai?"
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4 Protes Alana
Raymond yang langsung menuju kamar mandi sementara Alana terus memperhatikan Raymond.
"Tadi aku jelas-jelas melihat Om Anthony? apa itu benar-benar dia?" Alana masih kepikiran dengan pria yang baru saja dia lihat. Tetapi tidak bisa memastikan bahwa pria itu adalah Ayah mertuanya.
Tetapi suaminya yang bersikap seperti itu sepertinya dugaan Alana memang benar.
Tinnong.
Suara bel kamar yang membuat Alana menoleh ke belakang. Alana menghela nafas dan menghampiri pintu kemudian membukanya.
Seorang pelayan pria membawakan troli makanan dengan menundukkan kepala.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Alana.
"Saya ingin mengantarkan pesanan untuk kamar ini," jawab pria itu. Alana mengerutkan dahi.
"Ini Nona!" pria itu memberikan botol minuman pada Alana.
"Apa ini?" tanya Alana saat mengambil botol tersebut lumayan sangat berat.
"Ini Wine," jawab pelayan itu.
"Wi-wine? Apa itu?" tanyanya lagi yang sepertinya memang sangat asing dengan nama minuman itu.
Alana melihatnya dengan serius dan sangat bertepatan sekali matanya membaca komposisi pada minuman itu.
"Ini alkohol!" ucap Alana yang langsung meletakkan kembali di atas troli tersebut.
"Kamu sepertinya salah kamar. Saya tidak memesan apapun," ucap Alana.
"Tapi ini nomor 207, sesuai dengan pemesanan kepada kami," ucap pelayan itu.
"Tapi tetap saja saya tidak memesan apapun dan lagi pula itu minuman haram. Kalian ini bagaimana sih! Kenapa menjual minuman haram seperti itu, apa tidak takut dosa? apa minuman seperti itu sudah legal?" Alana malah ceramah yang membuat pelayan pria itu garuk-garuk kepala.
"Sudah-sudah sana! Saya sama sekali tidak memesan apapun!" tegas Alana mengusir laki-laki itu yang membuatnya menghela nafas.
"Aku yang memesannya!" Raymond tiba-tiba muncul dari belakang Alana dan mengambil minuman itu.
"Kamu memesan minuman beralkohol seperti ini?" tanya Alana memastikan.
"Lalu kenapa?" tanya Raymond.
"Itu haram, jangankan diminum dilihat dan disentuh saja tidak boleh," ucap Alana.
"Benarkah! lalu apa urusannya denganmu," ucap Raymond.
Pelayan itu semakin bingung dengan matanya bergantian melihat Alana dan Raymond yang malah bertengkar.
"Saya permisi!" ucap pelayan itu pamit daripada urusan semakin panjang.
"Tunggu!" Raymond memanggil pelayan itu yang membuat langkahnya terhenti dengan matanya terpejam yang sepertinya sangat takut berurusan dengan pasangan suami istri itu.
Mau tidak mau pelayan itu langsung menghampiri Raymond.
"A-ada apa tuan?" tanyanya dengan gugup.
"Ini tips untukmu," Raymond memberikan uang yang dilipat dan pelayan itu langsung mengambil dengan mengucapkan terima kasih dan kemudian pergi.
Raymond juga tidak mengatakan apapun lagi di depan Alana yang langsung memasuki kamar.
"Jadi kamu ternyata adalah seorang peminum?" tanya Alana yang membuat Raymond melihat kearahnya.
"Lalu kenapa?"
"Dosa?"
"Haram?"
"Jika kamu mengetahui minuman itu haram dan dosa? Lalu kenapa meminumnya?" tanya Alana.
"Aku tidak harus memberikan alasan apapun kepadamu? Ingat Alana kita menikah hanya karena terpaksa dan aku juga tidak perlu mengurus dirimu dan begitu juga dengan kau. Jangan ikut campur dan banyak tanya dengan apapun yang aku lakukan!" tegas Raymond.
"Kita tidak saling menganggap karena seperti apa yang kamu katakan jika kita berdua adalah orang yang tidak saling mengenal dan disatukan dalam pernikahan. Tetapi jika aku sangat tidak menyukai alkohol dan aku mengetahui itu adalah dosa dan haram dan kemudian kamu meminumnya secara terang-terangan di depanku dan itu sangat tidak adil untukku," ucap Alana.
"Begitu! Kalau begitu jangan di kamar ini! Pergilah!" ucap Raymond mengusir dengan santai.
Alana menghela nafas dan terlihat melangkah menuju tempat tidur dan ternyata Alana mengambil tasnya dan kembali melewati Raymond yang benar-benar dia keluar dari kamar itu
"Apah dia benar-benar pergi," pekik Raymond yang tidak menyangka dengan tindakan Alana.
"Apa-apaan ini? Kenapa wanita ini justru semakin menyusahkanku!" umpat Raymond terlihat begitu kesal yang meletakkan botol minuman itu di atas meja dan kemudian dia keluar dari kamar.
"Apa dia ingin membuat hidupku sakit mencium bau alkohol. Aku tidak mungkin menjadi penonton yang melihat dia minum di dalam kamar,"
"Sangat berdosanya diriku melakukan hal itu,"
Oceh Alana dengan kesal yang sudah berdiri di depan lift. Pintu lift itu terbuka yang membuat Alana ingin masuk dan tidak jadi karena tiba-tiba tangannya tertahan dan siapa lagi jika bukan Raymond kaget dengan membalikkan tubuhnya.
Alana tidak biasa disentuh oleh pria lawan jenisnya yang langsung melepaskan dengan cepat.
"Mau kemana kau?" tanya Raymond.
"Aku ingin pergi," jawab Alana dengan ketus.
"Kau ingin mencari masalah denganku? Kau tahu jika kita tidak berada malam ini di hotel ini maka aku akan mendapatkan masalah dari Mama dan juga dari Kakek. Jangan karena kehadiranmu di dalam hidupku yang membuat kepalaku semakin pecah dan dipenuhi masalah. Jadi jangan bertingkah dan kembali masuk ke dalam kamar!" tegas Raymond.
"Jadi dia takut juga dengan ibunya," batin Alana.
"Aku tidak menyuruhmu untuk bengong dan sekarang aku bilang kembali ke kamar!" tegas Raymond.
"Aku akan kembali ke kamar jika di dalam kamar tidak ada minuman itu dan apalagi kamu meminumnya? Bagaimana jika kamu saja yang keluar dari kamar dan mengambil tempat untuk meminumnya," ucap Alana memberikan pilihan.
"Berani sekali kau bernegosiasi denganku," sahut Raymond.
"Aku tidak punya hak untuk melarangku melakukan apapun yang kamu tahu itu dosa atau tidak. Karena seperti yang kamu katakan jika kita bukanlah pasangan suami istri seperti pada umumnya. Tetapi aku tidak ingin berada dalam situasi itu. Jadi aku tidak akan di kamar jika hal yang sudah aku ketahui ada dosa masih berada di sana," ucap Alana.
Raymond menghela menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan ke depan.
Mereka terdiam sesaat.
"Ayo kembali!" ajak Raymond.
"Tidak adanya alkohol di sana?" Alana terus memastikan.
"Iya aku akan membuangnya," jawab Raymond menekan suaranya yang langsung berlalu dari hadapan Alana.
"Apa dia sungguh akan melakukan hal itu? tetapi kenapa nada suaranya terkesan terpaksa," gumam Alana.
"Apa aku harus memaksamu dengan menggendongmu ke dalam kamar?" panggil Raymond membuat Alana tersentak kaget.
"I-iya," sahut Alana buru-buru menyusul Raymond.
Alan dan Raymond yang akhirnya kembali masuk kedalam kamar. Raymond berjalan menuju nakas dan mengambil alkohol tersebut. Kemudian dia melewati Alana yang masih berdiri di depan pintu.
"Kamu mau ke mana?" tanya Alana.
"Ingin membuang alkohol ini," jawab Raymond pergi begitu saja.
"Dia sungguh-sungguh akan melakukan itu? Aku sebaiknya pastikan dia benar-benar ingin membuangnya atau justru mencari tempat untuk meminumnya?" Alana tampak tidak percaya pada suaminya itu dan bisa-bisanya dia mengikuti Raymond dengan langkah yang begitu cepat.
Alana yang lari-lari tiba-tiba saja menghentikan langkahnya, ketika Raymond tiba-tiba saja berdiri dan Alana tidak melanjutkan langkah itu dan malah bersembunyi di balik tembok.
Bagaimana Raymond tidak menghentikan langkahnya ketika orang yang berhadapan dengannya adalah Anthony dan wanita yang dia lihat barusan.
Wanita itu langsung melepaskan tangannya yang sejak tadi memeluk Anthony.
"Kau ada di sini?" tanya Anthony.
"Kebetulan kita bertemu. Aku hanya ingin memberikan hadiah ini!" Raymond tampak tersenyum memberikan botol wine tersebut kepada Anthony.
"Apa yang kau pikirkan? Kau tahu sendiri jika Papa ada urusan pekerjaan di hotel ini!" tegas Antony seolah klarifikasi kepada putranya.
"Aku bukan anak berusia 7 tahun yang harus mendengarkan penjelasan yang konyol itu dan lagi pula aku tidak bertanya apapun," jawab Raymond yang masih tersenyum.
Bersambung.
Harusnya kamu bersyukur punya putra Raymond dan bertemu dr Furman laki2 yg tulus mencintaimu?
Berceraioah dg Anthony dan menikah dg Firman, supaya kamu punya harga diri dan demi kebaikan mental putra Raymond??
jangan sampai dia mengetahui perselingkuhan mu juga?? 🤔😇😇
dan jika suatu hari nanti Raymond mengetahui perselingkuhan ortunya , dia bisa meninggalkan keluarganya dan tinggal bersama Alana 🤔🤔🤔
biar dia mentalnya gak down saat nanti dia harus mengetahui kenyataan pahit tentang kebejatan tingkah laku mereka??🤔😇😇