Awalnya kupikir Roni adalah tipikal suami yang baik, romantis, lembut, dan bertanggung jawab, namun di hari pertama pernikahan kami, aku melihat ada yang aneh dari diri Suamiku itu, tapi aku sendiri tidak berani untuk menduga-duga sebenarnya apa yang tersembunyi di balik semua keromantisan suamiku itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Edi
Aku benar-benar kaget saat melihat orang yang baru saja memarkirkan motornya tepat di depan rumah, orang itu adalah Edi, Ada apa dia datang?
Sepertinya Edi datang sendirian tanpa membawa istrinya, Diah.
Aku kemudian langsung membuka pintu depan, Edi nampak tersenyum ke arahku sambil meletakkan helmnya di kaca spion motornya.
“Selamat sore Mbak Fani, bang Roni nya ada?“ tanya Edi.
“Ada, dia lagi istirahat di kamar, masuk yuk! Kenapa tidak mengajak Diah?“ sahutku yang kemudian langsung berjalan masuk ke dalam rumah, Edi mengikutiku, kemudian setelah masuk dia langsung duduk di sofa ruang tamu.
Sepertinya Mas Roni sedang tertidur di kamar, Rafi juga belum nampak keluar lagi, mungkin dia juga sedang istirahat karena lelah bekerja.
“Sebentar ya Edi, sepertinya Mas Roni ketiduran deh, biar aku panggilkan dulu!“ kataku sambil melangkah menuju ke kamar, benar dugaanku, Mas Roni sedang tertidur di atas tempat tidur, perlahan aku mengguncang tubuhnya untuk membangunkannya.
“Mas, bangun mas! Tuh di depan ada Edi, dia datang mencarimu, temuilah! Aku mau bikin minum buat kalian!“ seruku sambil terus mengguncangkan tubuh Mas Roni.
Mas Roni nampak mengerjapkan Matanya, matanya terlihat merah, kelihatannya dia sangat ngantuk berat, kemudian dia pun mengucek matanya dan perlahan mulai bangkit dari posisi berbaringnya.
"Edi? Mau apa dia ke sini? Tumben banget!” gumam Mas Roni.
"Sudah temui saja dulu Mas! Siapa tahu ada hal penting yang ingin disampaikan!“ ujarku.
Mas Roni menganggukan kepalanya, setelah itu dia bangun dan berjalan keluar dari kamar, aku mengikutinya dari belakang, aku bermaksud ingin membuatkan minuman buat Edi dan juga Mas Roni.
Mas Roni langsung duduk di samping Edi, aku pun langsung melangkah ke dapur untuk membuatkan mereka minuman, Aku sengaja membuat es teh manis supaya segar karena sepertinya seharian ini cuaca sangat panas sekali.
Kulihat Edi dan Mas Roni nampak berbicara serius, setelah selesai membuat es teh manis aku pun melangkah pelan-pelan menuju ke ruang tamu.
“Bang, aku sudah pusing memikirkan urusanmu! Ngapain juga si Eva datang-datang ke bengkel untuk menanyakanmu! Makanya aku datang ke sini untuk memberitahumu, belum lama dia datang ke bengkel untuk mencari tahu Keberadaanmu!“ kata Edi.
Aku langsung menghentikan langkahku saat mendengar pembicaraan Edi yang sangat nampak jelas karena mereka juga tidak tahu kalau aku sudah selesai membuatkan minuman.
“Ssst! Kecilkan suaramu Di! Aku tidak ingin lagi Fani tahu soal kedatangan Eva ke tempatmu!“ sahut Mas Roni setengah berbisik tapi aku masih bisa dengan jelas mendengar suaranya, aku berdiri di balik tembok yang menghubungkan antara dapur dan ruang tamu, aku mengurungkan niatku untuk mengantarkan minuman dingin, karena sepertinya aku harus Mendengar pembicaraan mereka.
“Mbak Fani sudah tahu kan masalah Eva?" Tanya Edi yang kini suaranya terdengar pelan namun masih terdengar olehku.
"Dia sudah tahu Di, panjang ceritanya, pokoknya kalau Eva datang lagi, cepat beritahu aku, aku memang salah sebelumnya tidak pernah pamit padanya, nantilah aku akan selesaikan urusanku sendiri!“ jawab Mas Roni.
Ya Tuhan, apa yang baru saja aku dengar?
Mas Roni ingin menyelesaikan urusannya dengan Eva?
Itu berarti kemungkinan mereka akan bertemu lagi, apa yang harus aku lakukan supaya mereka tidak bertemu?
Ternyata Dokter Eva itu gigih juga orangnya, Dia tidak menemukan Mas Roni di rumah, tidak menemukan Mas Roni di toko, kemudian dia pergi ke rumah Edi untuk menanyakan Mas Roni.
“Tadinya aku mau memberitahumu lewat Ponsel, tapi aku takut kalau Mbak Fani mendengarnya, makanya aku lebih baik datang langsung untuk bicara padamu Bang!“ lanjut Edi lirih.
“Ya ya aku mengerti, sekarang lebih baik kamu cepat pulang, aku tidak mau Fani mendengar ini, saat ini kondisi sedang aman, Aku tidak mau pusing lagi!“ sahut Mas Roni.
Kulihat Edi menganggukan kepalanya, dan setelah itu dia berdiri dari duduknya, pada saat itulah aku cepat-cepat datang menghampiri mereka, sayang sekali minuman dingin yang telah aku buat ini kalau tidak diminum.
"Lho kok buru-buru? Mau kemana? Ayo minum dulu Di, kamu pasti haus kan dari jauh, Kenapa tidak mengobrol lebih lama dengan Mas Roni?" Tanyaku yang kemudian langsung meletakkan nampan di atas meja tamu.
“Maaf Mbak Fani, aku tidak bisa lama-lama tinggalin bengkel, soalnya tadi sedang rame-ramenya, Lagian urusanku cuma sebentar kok dengan Bang Roni, tapi aku pasti minum dong minuman yang sudah mbak Fani buat!" kata Edi yang kemudian langsung mengambil gelas minuman dingin itu, lalu meneguknya sampai setengah habis.
Setelah itu dia kemudian berjalan menuju ke depan, disusul oleh Mas Roni yang nampaknya memang menginginkan Edi cepat-cepat pergi dari rumah ini, mungkin Mas Roni khawatir kalau aku akan mencurigai kedatangan Edi, padahal secara tidak sengaja aku sudah mendengar apa yang mereka bicarakan.
Aku harus berhati-hati, sepertinya Dokter Eva belum menyerah kalau belum bertemu dengan Mas Roni, dan sepertinya Mas Roni juga ada harapan untuk bisa bertemu kembali dengan Dokter Eva, tidak, aku tidak mau Perselingkuhan itu terjadi lagi, pokoknya besok aku harus cepat-cepat mengajak Mas Roni dipindah rumah, supaya Dokter Eva tidak bisa menemukannya lagi, kalau perlu pindah toko sekalian!
Edi sudah nampak naik motor dan langsung melajukan motornya itu meninggalkan rumah, Mas Roni tidak langsung masuk ke dalam, dia berdiri entah apa yang sedang dipikirkannya, tapi aku yakin dia sedang memikirkan apa yang dikatakan oleh Edi, kalau Dokter Eva datang ke bengkel hanya untuk mencarinya, aku masih tetap berdiri di belakang Mas Roni seolah-olah tidak tahu apapun.
“Mas Roni kok bengong! Lagi mikirin apa sih?" Tanyaku yang sontak membuat Mas Roni kaget, kemudian dia langsung menoleh ke arahku yang sejak tadi berdiri di belakangnya.
"Eh tidak kok Dek, Mas cuma masih kangen aja sama Edi, sudah lama dia tidak main ke sini, eh sekalinya datang dia langsung pulang!“ jawab Mas Roni.
Aku tahu Mas Roni sedang berbohong, dia tidak mungkin kangen sama Edi, apalagi zaman sekarang sudah ada ponsel Kalau kangen ya tinggal telepon, lagi pula Edi kan juga belum lama bertemu dengan Mas Roni di acara pernikahanku benar-benar tak masuk akal, bukankah tadi Mas Roni sendiri yang menyuruh Edi pulang, dasar tukang bohong!
Dalam hal ini Mas Roni tidak jujur padaku, dia berusaha menyembunyikan lagi, tapi aku tidak usah protes dulu, Aku ingin melihat bagaimana alur selanjutnya.
"Mas, semua barang-barang yang akan dibawa ke rumah baru sudah siap, kalau bisa besok pagi kita langsung pindah ya!" Kataku.
"Iya Dek, besok setelah Rafi berangkat kerja kita siap-siap pindah ke rumah baru, malam ini Jangan tidur terlalu larut ya, takutnya kita malah kesiangan, Mas kan juga harus menghubungi mobil angkutan barang untuk membawa barang-barang kita pindah besok!“ ujar Mas Roni.
"Iya Mas, Ya sudah kita masuk yuk, sepertinya Mas Roni masih ngantuk, tadi kan tidurnya baru sebentar!" kataku yang langsung menggandeng tangan Mas Roni untuk masuk ke dalam.
Entah kenapa aku jadi sedikit trauma dengan Dokter Eva, aku harus berjuang untuk mempertahankan keluargaku, apalagi ada calon bayi yang akan lahir nanti, jangan sampai dia menjadi korban.
Bersambung….