Metha Safira Maharani, wanita cantik dan memiliki kesempurnaan fisik, nyatanya tak mampu menahan suaminya untuk tak mendua, Ryan Dewantara, suami yang begitu dia cintai nyatanya selingkuh dan menikahi dengan wanita lain. Jika banyak istri sah yang melabrak dan mempertahankan suaminya yang tak setia. Tidak dengan Metha, dia memilih mengalah dan mengiklaskan suaminya bahagia dengan perempuan lain. Melepaskan adalah jalan yang dia pilih untuk meraih kebahagiannya sendiri. Untuk apa bertahan jika sudah tak ada yang bisa dipertahankan. Tapi sebelum itu, dia memberi suami dan selingkuhannya itu pelajaran.
Metha diam diam menceraikan suaminya dan menikah lagi dengan sahabat lamanya, Evan Anggika, pria tampan dan mapan yang mau menerima dia apa adanya. Saat dia sudah bahagia dengan rumah tangganya bersama Evan, mantan suaminya kembali dan memohon untuk hidup bersama lagi. Dia tak terima Metha menceraikannya secara sepihak. Apa yang akan dilakukan Metha?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman Ternikmat
Metha baru tiba dirumahnya, dia segera memasuki kamar karena lelah. Saat hendak kekamar mandi, sebuah tangan melingkar diperutnya. Dia hafal aroma itu, aroma maskulin milik suaminya, Evan.
"sayang, kau sudah pulang, tapi kenapa aku tak melihat mobilmu?" tanya Metha sambil berbalik lalu menatap suaminya
"aku minta supir mengantarku pulang" jawabnya datar, Metha tahu jika suaminya tengah ngambek
"kau sudah mandi?" tanya Metha, Evan hanya mengangguk, "baiklah, aku akan mandi sekarang, lalu menyiapkan makan malam, bukankah mama dan papa akan kemari malam ini?"
Ya, Evan ingat akan telepon dari mamanya kemarin, perihal persiapan resepsi pernikahan mereka. Namun Evan masih bergeming, dia semakin mengeratkan pelukannya pada Metha.
"mas, aku tahu kamu kenapa"
Evan tak menjawab, akhirnya Metha berinisiatif membuat ngambek Evan hilang, tentu saja Metha bisa, karena hanya dialah pawang Evan. Dia menarik suaminya masuk kedalam kamar mandi.
"kau harus dihukum" ucap Evan serak, Metha hanya tersenyum, dia suka jika suaminya cemburu. Evan menanggalkan semua pakaian mereka. Keduanya berada dibawah guyuran air shower, bibir mereka saling memagut. Memberikan kecupan manis yang memabukkan. Sungguh, Evan terlalu mencintai wanita ini, dia tak mau Metha berhubungan dengan pria lain termasuk mantan suaminya itu.
"seharusnya aku ikut denganmu tadi, harusnya aku memberinya bogem mentah, beraninya dia memintamu kembali, akan kuhajar dia besok" ucap Evan, dia terus menhujam istrinya dengan cepat
"sayang, kau kasar sekali"
"ini hukuman untukmu, harusnya kau mendengarkanku untuk tak memberinya waktu, hingga aku harus mendengar semua permintaan gilanya"
"emh...baiklah sayang, silahkan hukum aku, aku suka hukuman darimu" jawab Metha, dia menikmati sentuhan dari suaminya
"kau selalu membuatku gila honey, aku tak akan membiarkan pria pecundang itu mengganggumu lagi" Evan terus menghentak lebih cepat dan cepat
"ohhhh Metha...." akhirnya Evan sampai, tubuh keduanya mengejang, Metha tahu suaminya tak akan berhenti,
"sayang, berapa lama lagi hukumanku?"
"sampai kau tak berdaya" Evan mengangkat tubuh indah istrinya dan membawanya ke ranjang, tentu saja untuk melanjutkan cinta mereka.
******
Metha tertidur pulas, dia sangat lelah karena hukuman dari suaminya. Hukuman ternikmat yang Metha sukai. Evan memandang wajah cantik istrinya, sahabatnya sejak kecil, wanita yang memiliki sikap lembut, perhatian dan penuh kasih sayang, dia adalah istrinya. Wanita yang dia cintai sejak masa remaja. Sayangnya, karena sikap tak beraninya, dia sempat kehilangan Metha. Dan itu adalah penyesalan terbesar Evan. Dia bahkan sempat terpuruk karena Metha menikah dengan pria lain. Tapi akhirnya Allah berbaik hati padanya, saat dia memutuskan kembali ke tanah air, dia memberanikan diri menemui sang sahabat dan siapa sangka takdir membawa keduanya bersama. Evan bahagia, sungguh bahagia. Dan dia berharap akan segera hadir malaikat kecil dalam rumah tangga mereka.
Cup
"aku mencintaimu sayang, tetaplah bersamaku hingga maut memisahkan kita" Evan memejamkan mata sambil memeluk Metha.
*****
Dua insan ini hanya menyengir tak enak, keduanya terlelap begitu lama, saat mereka turun, Airin dan Danu sudah tiba, bahkan mama mertuanya itu sudah memasak makan malam. Danu hanya geleng geleng kepala, apalagi melihat banyak tanda merah di leher menantunya. Bahkan dileher Evan juga ada, anak dan menantunya rupanya sama sama ganas, pikir Danu.
"mau sampai kapan kalian hanya diam, apa kalian tidak lapar?" tanya Airin sebal, dia paham jika anak dan menantunya masih hangat hangatnya dan dia bersyukur akhirnya Evan bisa bersatu dengan wanita yang dia cintai, Airin berharap semoga segera diberikan cucu
"ma, aku minta maaf karena belum sempat masak, maaf jika harus mama yang masak" cicit Metha tak enak hati
"sudahlah, mama juga tak masalah, duduklah kita makan"
Mereka akhirnya makan bersama
"persiapan sudah 95%, kalian hanya tinggal melihat pakaian ke butik, sebenarnya kemarin mama ke kantor, tapi ya....sudahlah. Mama sampai lumutan tapi kalian tak kunjung selesai" Metha terbatuk, berarti kemarin mertuanya mendengar suara erotis mereka, astaga Metha malu sekali
"ini sayang" Evan menyodorkan air kepada istrinya,
"seharusnya mama menghubungiku dulu, maaf telah membuat mama menunggu lama" jawab Evan santai
"huft, mama paham apa yang kalian rasakan, tapi tahu tempat juga dong, kalau tiba tiba ada tamu penting bagaimana?"
"salahkan saja menantu mama yang selalu membuatku tak tahan" Metha melotot pada Evan, dia masih tak enak hati pada mertuanya
"maaf ma....." ulang Metha
"sudahlah ma, dari tadi Metha terus minta maaf, wajar mereka semangat, mungkin kejar setoran, kayak mama ga pernah muda aja" Airin langsung memukul paha suaminya, membuat Danu meringis,
"kalian sama saja, kan aku hanya mengingatkan" jawab Airin,
"ma, katanya mama pengen cepat punya cucu, aku lagi berusaha loh ma" ucap Evan yang lagi lagi membuat Metha malu
"iya, mama doakan semoga lekas jadi Evan Junior"
"amin" jawab semuanya,
Metha begitu bahagia memiliki mertua yang sangat baik padanya. Ditambah suami yang sangat menyayanginya. Sungguh hidup Metha begitu indah.