NovelToon NovelToon
Kemelut Lara

Kemelut Lara

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Anak Kembar / Cerai / Keluarga / Angst
Popularitas:851
Nilai: 5
Nama Author: _NM_

Kala gemerlut hati semakin menumpuk dan melarikan diri bukan pilihan yang tepat.

Itulah yang tengah Gia Answara hadapi. Berpikir melarikan diri adalah solusi, namun nyatanya tak akan pernah menjadi solusi terbaik untuknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _NM_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

IV

Jordan mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Degupan jantung berdetak tak karuan. Sang art yang telah ditugaskan menjaga sang istri tiba-tiba saja mengabari Jordan, memberikan info bahwa sang pujaan hati kini tengah berjuang sekuat tenaga untuk melahirkan sang buat hati yang telah dinanti kelahirannya.

Jordan menggeram rendah kala jalan menuju ke rumah sakit tak selancar di pikir. Berkali-kali Jordan membanting setir, menghindari pengendara. Sehingga mau tak mau Jordan harus menekan egonya agar semakin sabar untuk bertemu pujaan hati.

Segala ketidakmulusan jalan yang tengah ia tempuh, puncaknya terjadi pada Jordan tidak dapat mengerem mobilnya kala lampu telah menunjukkan warna merah. Mau tak mau, Jordan membanting setir kembali untuk menghindari pengendara yang tengah melaju. Namun amat seribu sayang, mobil dari arah lain juga melintas ke arahnya dan terjadilah tabrakan yang cukup hebat.

Sesaat semua memori yang telah ia dan sang istri habiskan terputar apik seperti kaset rusak. Suara tangisan, teriakkan, dan kehangatan yang telah ia habiskan bersama sang istri terdengar saling timpa menimpa hingga memekakkan telinga.

Dari balik mobil yang telah hancur dapat Jordan lihat berapa riuhnya keadaan diluar mobilnya itu. Namun, riuh didalam hati membara akan kekhawatiran terhadap sang istri. Tenggorokannya tercekat, dadanya terasa amat sesak hingga tak dapat ditahan.

Istrinya tengah berjuang sekarang, melahirkan buah hati mereka. Tapi apa yang kini ia lakukan? Seperti manusia dungu tidak dapat mengendalikan situasi yang tak berjalan mulus.

Terdapat perasaan menyesal teramat dalam dilubuk hatinya. Hingga buliran air mata tak dapat ia cegah untuk keluar.

" Maaf sayang, maaf. " Lirih, suara Jordan tercekat.

Hingga beberapa saat matanya terpejam erat, kala kesadaran sudah tak dapat diraih.

~|~

Hari berjalan begitu cepat. Gia tengah menatap kosong dinding rumah sakit. Terdapat beribu rasa sesak kala sang suami tak kunjung menampakan diri selama proses melahirkan, dan hingga kini ketika Gia telah dipindahkan menuju kamar rawat inap.

Sebulir air mata kembali keluar dari pelupuk lara. Isakan kecil kembali terdengar menyesakkan. Harapan yang awalnya muncul selama ini, tampak mendung kembali. Asa yang perlahan menampakan diri, kini seolah menghilang meninggalkan lara teramat mendalam.

Dapat Gia lihat sang art yang sedari tadi menemani, kini mendapatkan kabar mengenai keberadaan suaminya sekarang.

Mata sang art tampak bergetar ke arahnya. Terdapat beribu rasa tersirat yang menghiasi mata art itu, membuat degupan jantung Gia berpacu cepat, merasa akan mendapatkan kabar buruk.

Sang art itu menggigit bibirnya sebelum mengatakan kalimat yang akan menjadi guntur bagi sang majikan jika telah disampaikan. " Bapak mengalami kecelakaan hebat, bu. "

Suara isakan seketika semakin keras memenuhi ruangan itu.

" Arghh.. " Gia menjambak rambutnya kuat, berharap segala amarah yang terpupuk hilang dengan jambakannya.

Sang art seketika beranjak menghentikan perbuatan sang majikan. " Nyonya hentikan, nyonya tolong henting! " Teriak sang art berkali-kali.

Gia tak menggubris, Gia semakin terisak dalam tangisannya. Tak berdaya dengan situasi yang selalu membuatnya tak berdaya.

" Kenapa tuhan? Kenapa? " Ucapnya penuh kepedihan.

Gia menggeleng gelengkan kepala tak terima dengan keadaannya.

Seandainya saja.. seandainya Gia tak pergi dari rumah orangtuanya dan mencari-cari kedamaian ditempat lain, yang nyatanya Gia tak tau seperti apa damai itu.

Gia jika diminta memilih keadaan hidupnya, Gia akan menjawab lebih memilih untuk berada dibawah naungan kedua orangtuanya. Meski berada di tengah problema rusaknya rumah tangga orang tuanya, Gia merasa akan lebih baik. Karena nyatanya Gia tak tahu damai seperti apakah yang ia inginkan. Gia mencari kedamaian tanpa tau damai seperti apa yang Gia capai.

Terkadang damai, tak selalu menyenangi laranya.

Meski orangtuanya tak akur, paling tidak Gia mendapatkan tempat berpulang. Kini Gia tak tahu harus kemana akan berpulang kala arus kehidupan semakin membuatnya tergeser.

Mengapa kata damai tak pernah jua mengunjungi rungunya yang haus akan kata damai? Gia capek. Sangat capek. Sekali saja Gia ingin mengatakan bahwa dia lelah. Tolong mengertilah.

~|~

Setelah seminggu sudah dirawat di rumah sakit, Gia tengah mengemasi barang-barangnya hendak pergi mengunjungi sang suami yang juga tengah dirawat. Gia selama ini tak dapat mengunjungi, karena keadaannya yang belum mampu untuk mengunjungi.

Namun semua konsentrasinya terbuyar kala sebuah pintu kamar yang ia tempati terbuka. Menampakan sepasang suami-istri lanjut usia di sana.

Gia dan sang art sontak saja menatap bingung menatap orang yang tak mereka kenali itu.

" Kamu Gia? " Ucap tegas seorang wanita yang baru saja masuk itu.

Gia tak menjawab, hanya menatap kedua orang yang berada dihadapannya itu dengan tanda tanya besar. " Siapa kalian? "

Wanita itu berjalan mendekat ke arahnya, menyodorkan sebelah tangannya ke arah Gia. " Saya mamanya Jordan. "

Gia terhenyak ditempatnya. Mama Jordan? Gia tak tahu menahu tentang mertuanya itu.

Tangan wanita itu yang tak kunjung mendapatkan balasan pun mulai wanita itu tarik. Lalu wanita yang mengaku sebagai sang ibu mertua menunjuk pada sang suami. " Dia suami saya, papa dari Jordan. " Ucapnya memberi penjelasan.

Gia tak tahu bagaimana caranya, kini Gia tengah duduk berhadapan di salah satu kursi kamar rawat inapnya, menatap kedua orang yang mengaku menjadi mama dan papa dari sang suami.

" Jadi begini Gia. " Buka sang ibu mertua. " Jordan bukanlah orang biasa, dan saya yakin kamu tahu itu. "

Gia tak menyahut, masih menjadi sosok pendengar setia.

" Kehidupan Jordan telah diatur sedemikian rupa, agar tetap berjalan dijalurnya. Namun keberadaan kamu ini mengganggu jalur yang seharusnya Jordan lewati. " Ucap sang ibu mertua amat pedas.

Gia mengerutkan keningnya bingung. " Apa maksud anda? "

" Kamu merusak masa depan yang telah disiapkan untuk Jordan. Seharusnya dia tidak menikah dengan kamu, seharusnya dia menikah dengan salah satu koleganya. Kehadiran kamu ini merusak semua yang telah tertata. " Cerca sang ibu mertua menjelaskan.

Hal itu membuat mata Gia berkaca-kaca. Lagi-lagi dia diminta untuk mengerti tanpa ada yang mengerti.

" Apa sulitnya sih tinggal menggugurkan bayi yang ada dikandungan mu itu? " Seloroh sang ibu mertua tak punya perasaan.

Gia menatap tak percaya setiap kata yang terjuntai pedih itu.

" Uang? Kamu bisa meminta pada saya. Saya akan kasih. Tolong sadar diri jangan meminta lebih. Keadaan begini sudah sering terjadi. Tolong kamu jangan membesar-besarkan. Cukup sadar diri, bahwa kamu tak sebanding dengan Jordan, anak kami. Mengapa kamu begitu jahat pada kami? Apa salah kami? Mengapa kamu begitu teganya memanfaatkan putra kamu yang terlalu naif itu? Mengapa? " Tanya sang ibu mertua beruntut dengan isakan kecil keluar dari bibirnya.

Tangan sang ibu mertua hendak meraih tubuh Gia merasa amat sangat kesal. Namun belum juga mengenai Gia, sang ibu mertua telah direngkuh oleh sang suami. " Tenanglah, tenanglah. " Bisik sang suami menenangkan.

" Apa maksud anda mengatakan semua hal itu? Apakah dimata anda perbuatan bejat seperti memperkosa itu baik? Apakah perbuatan yang diterima korban atas semua ketidakberdayaan masih menjadi salah sang korban? " Ucap Gia tak berdaya, air matanya menitik keluar dengan berbondong-bondong.

" Kamu ini wanita bodoh atau dungu sih? Tentu hal seperti itu sudah biasa dikalangan kami, mengapa kamu masih saja tak tahu diri? " Sentak sang ibu mertua. " Pernikahan kalian bukanlah solusi yang baik untuk masalah ini. Solusi yang kalian pilih itu sangat ceroboh, tanpa memikirkan masa depan. "

Yah, Gia tau. Hamil diluar nikah yang dialami seorang kalangan atas itu sudah menjadi hal lumrah terjadi. Cara mereka menangani masalah ini pun turut tak berperikemanusiaan. Mereka condong memikirkan masa depan tanpa memikirkan apa yang tengah terjadi saat ini. Dan cara yang diambil Jordan bukanlah cara yang baik Dimata mereka.

Tetapi apa mereka pantas mengatakan hal itu pada seseorang yang baru saja berjuang sekuat tenaga untuk melahirkan keturunan dari keluarga mereka? Bagaimanapun darah bayi-bayi yang telah Gia lahirkan terkandung darah yang juga mengalir dinadi mereka.

Bagaimana bisa mereka tega menyakiti hati seorang wanita yang telah menjadi korban dari kebiadaban sang putra? Tak peduli dengan pola pikir yang telah tertanam pada pemikiran mereka, namun nyatanya pola pikiran itu sama sekali tidak sepaham dengan pola pikir Gia

Bagaimana bisa mereka memandangi hal bejat menjadi kata 'sudah biasa' bagi mereka? Apakah keburukan akan menjadi indah jika disebuah kalangan telah berkali-kali terjadi?

Tentu Gia tak sepaham dengan itu. Hal yang telah Gia alami tentu salah. Sangat salah. Dan menurutnya semua hal yang telah Jordan ambil sudah seharusnya ia dapatkan untuk menebus perbuatannya. Meski tak akan berefek apapun padanya. Laranya masih ada. Namun paling tidak Jordan telah berusaha bertanggungjawab dan itulah yang Gia nilai.

" Jikalau dikalangan kalian terbiasa melihat pembunuhan pada orang tua, apakah kalian masih bisa menganggap itu biasa jikalau saya melakukannya? " Lirih Gia.

" Tutup mulut omong kosong mu itu. " Kini sang ayah mertua lah yang berbicara.

Dapat Gia lihat sang ibu mertua masih terisak dalam dekapan sang ayah mertua. Tentu hal itu membuat batin Gia tergores. Seharusnya itu yang Gia dapatkan dari sang suami. Dirinyalah yang tak diadili disini, tapi dirinyalah yang diminta untuk mengerti.

" Saya mau mengatakan keintinya saja. Jangan pernah temui anak saya apapun yang terjadi. Dan untuk masalah anak kalian, biar kami yang merawat. " Ucap sang ayah mertua tegas.

Seolah guntur yang kemarin-kemarin tak cukup untuk menggoyahkan diri Gia. Kini guntur semakin dengan kejamnya menyakiti Gia dengan keadaan yang selalu membuatnya tak berdaya.

1
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir yaa /Hey/
Jeremiah Jade Bertos Baldon
Aku ngerasa masuk ke dalam cerita, coba cepetan lanjutin thor!
Dzakwan Dzakwan
Wuih, nggak sabar lanjutin!
Harry
Ngebayangin jadi karakternya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!