Novi adalah seorang wanita seorang agen mata-mata profesional sekaligus dokter jenius yang sangat ahli pengobatan dan sangat ahli membuat racun.
Meninggal ketika sedang melakukan aktivitas olahraga sambil membaca novel online setelah melakukan misi nya tadi malam. Sayangnya ia malah mati ketika sedang berolahraga.
Tak lama ia terbangun, menjadi seorang wanita bangsawan anak dari jendral di kekaisaran Dongxin, yang dipaksa menikah oleh keluarga nya kepada raja perang Liang Si Wei. Liang sangat membenci keluarga Sun karena merasa mencari dukungan dengan gelar nya sebagai salah satu pangeran sekaligus raja perang yang disayang kaisar.
Tepat setelah menikah, Novi melakukan malam pertama, ia menuliskan surat cerai dan lari. Sayangnya Liang, selalu memburu nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Perjalanan
Di luar gerbang ibu kota, sebelum benar-benar memulai perjalanan, Sun Yu Yuan menepikan langkahnya ke sebuah lapak kecil yang menjual hewan tunggangan. Beberapa kuda berdiri diikat, sebagian tampak lelah, namun ada satu yang menarik perhatian: seekor kuda cokelat gelap, tinggi, dan tampak gesit.
"Berapa harga kuda itu?" tanya Sun Yu Yuan, menunjuk dengan dagu.
"Yang itu? Mahal, Tuan. Cepat dan kuat, hanya untuk pelancong yang serius."
Sun Yu Yuan mengeluarkan beberapa keping perak.
Setelah tawar-menawar singkat, transaksi selesai. Ia menaiki kuda itu dengan lincah, lalu melesat ke arah timur, menuju desa Baihe.
Setelah setengah hari perjalanan, matahari mulai condong ke barat. Hutan di sekelilingnya mulai memadat. Pepohonan tinggi menjulang, cahaya surya menembus dalam garis-garis tipis. Burung berhenti berkicau, dan udara terasa lebih berat.
Tiba-tiba, terdengar suara siulan dari atas pohon. "Berhenti di situ, Tuan muda!"
Sepuluh pria muncul dari balik pepohonan, sebagian bersenjatakan pedang dan golok, sebagian lagi membawa tongkat dan tali.
Sun Yu Yuan menarik tali kekang kudanya hingga berhenti. Pandangannya tetap tenang, meskipun ia segera menganalisis situasi.
"Sepuluh orang. Empat bersenjata tajam. Dua di pohon. Empat lainnya berusaha mengepung. Hmm."
Seorang pria bertubuh besar berkata, "Wah, wah, wah. Lihat apa yang kita punya di sini."
Seorang pria tinggi besar melangkah maju, jelas pemimpin mereka.
"Seorang tuan muda yang tampaknya kaya, sendirian di tengah hutan. Tak punya pengawal, tapi berani melintas di wilayah kami?"
Sun Yu Yuan menatap mereka tanpa emosi. "Aku cuma pelancong. Tak ingin cari masalah."
"Terlambat. Kau sudah jadi masalah sejak kau masuk ke sini."
Bandit lain tertawa. "Tinggalkan semua barangmu, termasuk kudamu, dan mungkin kami biarkan kau hidup!"
Sun Yu Yuan menurunkan kakinya dari pelana perlahan. Ia turun dari kuda tanpa berkata apa pun, tapi tangannya sudah bersiap di balik jubahnya.
"Cepat, kami tak punya waktu!"
Sun Yu Yuan menghela napas. "Sepuluh orang melawan satu? Kalian yakin itu adil?"
"Apa kau takut?"
Sun Yu Yuan tersenyum kecil. "Tidak. Aku hanya kasihan kepada kalian."
Sebelum mereka sempat bereaksi lebih jauh, tangan Sun Yu Yuan bergerak cepat. Sebilah jarum kecil melesat dari lengan bajunya, mengenai leher salah satu bandit yang bersembunyi di pohon. Orang itu jatuh, tubuhnya kejang.
"Apa yang kau lakukan?"
"Bunuh dia!"
Tapi sebelum mereka sempat mendekat, Sun Yu Yuan melompat ke arah bandit terdekat, menggunakan tenaga dalam untuk menghantam dada pria itu dengan siku. Suara retakan tulang terdengar jelas.
Sun Yu Yuan bergerak lincah seperti bayangan. Ia menghindari tebasan pedang, melompat ke batang pohon, lalu menendang salah satu bandit hingga tersungkur.
Ia bergerak cepat, menghindari serangan dari belakang sambil menjatuhkan lawan satu per satu dengan racun, jarum, dan pukulan akurat.
"LARI!!!"
Tapi kepala bandit tidak mau menyerah. Ia maju dengan pedangnya dan mengayun ke arah Sun Yu Yuan.
"Kau kira aku takut pada racunmu?! Aaaaargh!"
Sun Yu Yuan menangkis dengan pisau pendek yang tersembunyi di sepatunya, lalu memutar tubuh dan menendang dada si kepala bandit. Dalam satu gerakan cepat, ia menusukkan jarum ke pergelangan lawan.
Beberapa detik kemudian, kepala bandit terhuyung dan jatuh berlutut, wajahnya memucat.
"Racun... apa yang kau pakai?"
"Cukup untuk membuatmu tidak bisa bicara lagi dalam dua menit." Sun Yu Yuan menatap dingin.
Ia melihat, kawan-kawan nya yang masih bisa berjalan, sudah berlarian tunggang langgang, meninggalkan rekan-rekannya yang pingsan atau lumpuh termasuk dirinya.
Sun Yu Yuan menatap ke arah para bandit yang berlari, "Berlarilah yang jauh, tapi kalian tidak akan sempat menyadari racunku sudah mengalir dalam darah kalian. Dalam waktu kurang dari setengah dupa, kalian sudah tergelepar di tempat."
Sun Yu Yuan kembali naik ke atas kudanya. Dengan tenang, ia melanjutkan perjalanan menyusuri hutan.
"Kalau dunia luar seperti ini, sepertinya aku akan banyak bersenang-senang."
Sun Yu Yuan kembali menuntun kudanya melintasi jalan setapak yang semakin menurun. Langit sudah berubah gelap, dan udara malam mulai menggigit. Di kejauhan, ia melihat cahaya lentera yang menyala samar—sebuah penginapan tua berdiri di tepi jalan, tersembunyi sebagian oleh pepohonan lebat.
Sun Yu Yuan menarik nafas lega. Tubuhnya terasa berat, efek dari racun yang perlahan terus menggerogoti kekuatannya. Ia perlu tempat beristirahat. Dan ia harus segera merebus ramuan yang dibelinya tadi siang untuk menetralkan racun.
Ia menghentikan kudanya di halaman depan penginapan. Sebuah papan kayu tergantung di atas pintu, tertulis nama tempat itu dalam huruf tua yang hampir tak terbaca. Ia turun dari kuda, mengelus leher hewan itu dengan lembut sebelum mengikatnya di tiang.
Saat ia membuka pintu penginapan, suara lonceng kecil berbunyi. Seorang wanita paruh baya keluar dari balik tirai kain di belakang meja penerima tamu.
"Selamat malam, Tuan. Mencari tempat menginap?"
Sun Yu Yuan mengangguk. "Satu kamar untuk semalam. Jika memungkinkan, aku butuh air panas dan ruang untuk merebus obat."
Wanita itu mengamati penampilannya sekilas, topi jerami yang menutupi sebagian wajahnya, jubah sederhana tapi bersih, dan cara bicaranya yang tenang. Ia bukan orang biasa, tapi juga tidak terlihat mencurigakan.
"Tentu. Silakan ikut saya."
Sun Yu Yuan mengikuti wanita itu ke lantai dua, menuju sebuah kamar kecil tapi rapi. Di dalamnya ada tempat tidur kayu, meja, dan tungku besi kecil di pojok ruangan. Wanita itu meletakkan kunci di atas meja.
"Ada air di kendi di luar. Jika butuh lebih, katakan saja."
"Terima kasih."
Setelah wanita itu pergi, Sun Yu Yuan mengunci pintu. Ia membuka bungkusan kain yang dibawanya.
Ia keluar mengambil air, lalu kembali dan menyalakan api di tungku. Ia mulai merebus obat, asap harum namun getir memenuhi ruangan.
"Keluarga pemilik tubuh ini sungguh keterlaluan, kakak tiri yang perhatian tapi itu hanya topeng, ayah yang hanya menyukai selir dan anak selir nya. Keluarga Sun ini sungguh tak tahu diri."
Sun Yu Yuan menggertakkan giginya. Ia mengingat kembali momen ketika ia sadar bahwa tubuh ini, tubuh Sun Linlin, telah dipenuhi berbagai racun yang ditumpuk perlahan selama bertahun-tahun. Racun afrosidak hanyalah pemicu terakhir yang membuat tubuh ini kolaps.
"Jika aku tidak bereinkarnasi dalam tubuh ini, mungkin dia sudah di kubur dalam peti mati."
Uap dari panci sudah mulai menebal. Ia memindahkan air rebusan itu ke mangkuk, menunggu suhunya turun sedikit, lalu meneguknya perlahan. Rasa pahit menyengat lidahnya, lalu menjalar ke kerongkongan hingga perut. Ia menutup mata, menenangkan napasnya, membiarkan obat mulai bekerja.
Tiba-tiba, terdengar suara gaduh dari lantai bawah. Suara kursi terbalik, langkah kaki tergesa-gesa, dan jeritan pendek seorang wanita.
Malam mingguan, untuk para readers penikmat novel Lilydekranasda. Jangan lupa like, komen, berikan rating dan vote kalian.
Yang belum follow, follow dulu dong.
Yang mau berikan hadiah, cukup tonton iklan gratis dari NT ya. 🫰