Ini bukanlah tentang idol Kpop yang memerankan sebuah cerita. Bukan juga cerita fiksi yang berakhir dengan idola. Namun cerita ini terus mengalir bak realita. "Kalian yakin kita bisa nonton konser NCT dan ngelanjutin kuliah di Korea?" "Gue yakin kita bisa! Lagipula kita punya banyak waktu. Kita bisa nabung buat nonton konser. Dan belajar buat ajuin beasiswa ke Korea! Gak ada yang gak mungkin kalau kita mau berusaha!" ucap Yerika yang terus yakin akan mimpi mereka. Elina mengangguk. "Lagipula, kita juga gak bego-bego amat." Yerika tersenyum. "Mulai besok, kita harus giat belajar! Dan kita manfaatin untuk nabung dari sekarang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Prepti ayu maharani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14 [2]
Vania menatap dirinya di depan cermin. Meraih sisir dan menyisir rambutnya dengan perlahan, lalu meraih skincare yang biasa ia gunakan, memoleskan bedak secara tipis, meratakan blush on pada pipinya dan mengoleskan lipcream di bibir mungilnya.
Ia bangkit dari meja riasnya lalu berjalan mengambil pakaian yang sudah ia siapkan lalu ia kenakan. Ia sudah terlihat cantik dengan atasan berwarna cream dan dipadukan dengan rok selutut berwarna sage green. Dengan rambut terurai, Vania meraih tasnya dan berjalan keluar meninggalkan apartemennya.
Vania berjalan menuju taman yang tak jauh dari apartemen yang ia tinggali. Ia memang biasa bertemu dengan Nevan di sana. Dan kali ini, Nevan akan menunggunya di sana sebelum keduanya berangkat ke tempat yang sudah Nevan siapkan.
Melihat kehadiran Vania, Nevan pun bangkit dari duduknya dan menunggu Vania sampai di hadapannya. Nevan menatap Vania cukup lama membuat Vania merasa malu dan membuang tatapannya ke arah lain.
"Kenapa gugub gitu?" tanya Nevan membuat Vania menatapnya dengan tatapan sebal. "Yaudah yuk jalan?"
Vania mengangguk dan keduanya berjalan menuju mobil Nevan yang terparkir di ujung sana. Setelah keduanya berada di dalam mobil, Nevan mulai melajukannya dengan santai. Sesekali ia menoleh ke arah Vania dan keduanya tertawa.
"Kita mau bahas program kita dimana sih, Kak?" tanya Vania di sela-sela perjalanan mereka.
Nevan hanya tersenyum tanpa berniat menjawab pertanyaan Vania. Hingga setelah lama perjalanan, Nevan mulai memarkirkan mobilnya. Ya, mereka telah sampai. Nevan mengajak Vania turun dari mobil.
Vania menyapu sekeliling dengan kedua matanya. Ia sedikit melebarkan matanya melihat apa yang ada di hadapannya.
"Danau Seokchonhosu?"
Nevan mengangguk dan meraih tangan Vania dan di genggamnya.
Vania terkejut melihat tangannya di genggam oleh Nevan. Ia ingin melepas, namun Nevan semakin menggeratkan genggamannya.
Nevan tersenyum dan membawa Vania mendekat ke arah Danau.
Hamparan birunya danau, ditambah dengan banyaknya bunga sakura yang sedang mekar menjadi perpaduan yang sempurna dan semakin menampilkan kesan romantis.
Danau Seokchonhosu yang terletak di Songpa-gu, Seoul, menjadi tempat favorit para pasangan pada saat musim semi. Selain tempatnya yang indah, Danau Seokchonhosu juga menjadi tempat berlangsungnya Seokchonhosu Lake Cherry Blossom Festival. Dimana festival tersebut di selenggarakan setiap tahun.
Vania tersenyum dan menoleh pada laki-laki di sampingnya. Ia menyukai tiap detik bersama Nevan.
Begitupun dengan Nevan, sebelum mengenal Vania, hidupnya tampak biasa saja. Bahkan, Empat tahun ia tinggal di sini ia tidak pernah merasa bahagia seperti ini. Ini semua karena Vania. Vania-lah yang membuat hidupnya lebih berwarna.
Setelah lelah berkeliling, Nevan mendekati Vania dan menatap gadis itu.
Vania tersenyum dan menatap lurus ke depan menyaksikan beberapa orang yang berjalan mengelilingi danau.
"Makasih ya Kak, udah bawa aku kesini."
Nevan mengangguk, "Makasih juga karena kamu mau pergi sama aku."
"Kakak seneng bisa dateng kesini sama aku?"
Nevan melipat lengannya di depan dada dan menatap Vania lekat. "Lebih seneng lagi kalau kamu mau jadi pacar aku," ucap Nevan.
Vania menatap Nevan serius berusaha mencari kebohongan di sana. Namun yang ada, Nevan malah tertawa dan mengacak rambut Vania dengan gemas.
"Mau cari kebohongan?" tanya Nevan tertawa membuat Vania merengut sebal.
Nevan terkekeh lalu meraih tangan Vania dan di genggamnya. "Mau seteliti apapun kamu cari kebohongan, aku jamin kamu nggak akan temuin. Aku serius suka sama kamu, Vania."
Vania terdiam. Tiba-tiba ia teringat dengan Ayana. Ia merasa sudah jahat selama ini dengan Ayana. Ia tahu jika sahabatnya menyukai laki-laki di hadapannya ini.
Kini Vania sadar alasan Ayana belum bisa membuka hati untuk Yeon-jin. Dan itu karena Nevan.
Vania mencintai Nevan, tapi ia tak mungkin melukai hati sahabatnya. Ia menyayangi sahabatnya, namun ia tak mungkin membohongi perasaannya sendiri.
"Maaf kak, tapi--"
'Cup!'
Nevan mencium bibir Vania membuat gadis itu melotot.
Vania sangat terkejut ketika Nevan menempelkan bibir Nevan ke bibirnya. Tanpa sadar, Nevan mulai melumat bibir Vania perlahan.
Vania memejamkan matanya. Ia sadar ini salah. Namun, ia tak bisa membohongi perasaannya sendiri. Ia menyukai Nevan. Ia menyukai hari-hari bersama Nevan. Baginya, Nevan telah mengisi sebagian hatinya. Ia tak bisa menutupi semua ini.
Dengan sangat lama, Nevan pun melepas ciuman itu dan menatap mata Vania dengan tatapan teduh. Keduanya saling menatap, lalu Nevan kembali mendekatkan bibirnya pada bibir gadis itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Nggak nyangka," ucap Ayana membuat Elina menoleh. "Kenapa bisa semurah ini?" lanjutnya seraya mengangkat beberapa barang-barang kpop yang sudah ia beli.
Elina tertawa. "Berasa lagi di surga ya, Ay."
"Bener, El. Gak nyesel sih capek-capek kesini walaupun gak bisa ketemu mereka secara langsung, seenggaknya kita bisa beli kertas-kertas ganteng yang akhirnya bakal nyampah juga di kamar. Ahh, masa bodoh! Ini hobi gue! Ingat kata Renjun, lakukanlah hal yang disukai oleh hatimu sendiri!"
Elina mengangguk. "That's right! Kita memang kpopers. Tapi gak semua kehaluan kita, kita anggep serius. Kita cuma berusaha mengalihkan beban hidup ke hal yang kita suka. Kita sebut, tempat healing-lah. Lagipula, kita juga sadar kok kalau kita gak mungkin berjodoh sama mereka."
Ayana mengangguk. "So, hidup cuma sekali, apa salahnya kita suka Kpop?"
Elina tersenyum lebar dan mengangguk.
"Ahhh, sayang NCT pokoknya!" seru Ayana lalu memeluk kertas tampan yang ia pegang. "Eh, gue mau beliin Vania stuff-stuff Jaemin deh. Gue mau ngeracunin dia pake Jaemin. Biar dia gak kesepian kelamaan jomblo."
Elina terkekeh. Ia memandang sahabatnya tersebut dengan senyuman tulus. "Gue tahu lo sayang banget sama Vania, Ay."
Ayana terkekeh dan menoleh pada wanita paruh baya yang menjual dagangannya. Sepertinya wanita itu menjual sebuah pernak-pernik.
"Samperin yuk," lirih Ayana.
Elina mengangguk dan keduanya pun berjalan mendekat. "Annyeonghaseyo!"
Wanita paruh baya itu tersenyum dan menatap kedua gadis di depannya dengan sangat lama. "Jangan ke Hongdae," ucap wanita paruh baya itu.
Elina dan Ayana tak mengerti. Ia menatap wanita itu bingung.
"Siapa yang mau ke Hongdae?" bisik Ayana membuat Elina menggeleng.
"Jangan pergi sebelum pulang, jika kalian tidak ingin sesuatu terjadi."
Ayana mengerutkan dahinya dan menatap wanita itu bingung. "Maaf Ahjumma, kami tidak mengerti."
"Tidak sekarang, tapi nanti," ucap wanita itu lagi.
Ayana mengerutkan dahinya dan mengajak Elina pergi. "Takut, El."
"Gue juga takut, ngomongnya ngawur pula," ucap Elina.
"Serem ahhh!" ucap Ayana berjalan menjauh.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Vania terdiam dan menatap lurus hamparan danau di depannya. Jantung gadis itu berdegub kencang. Ia kini malu untuk menatap mata Nevan. Ciumannya dengan Nevan tadi, benar-benar diluar dugaannya.
Dan kali ini, gadis itu benar-benar merutuki kebodohannya.
Nevan meraih tangan Vania dan meminta gadis itu menatapnya. "Aku tahu perasaan kamu ke aku gimana. Kamu punya perasaan yang sama kaya aku 'kan? Jadi aku mohon, terima aku, Van."
Vania diam. Gadis itu menunduk.
Nevan menyentuh pipi Vania dan mendekatkan wajahnya ke wajah Vania, lalu menatap gadis itu lekat. Jarak antara keduanya nyaris tak ada. Namun, Vania sedikit menjauhkannya.
"Aku nggak maksain kamu buat jawab sekarang kok, Van. Aku bisa nunggu kapan pun," ujar Nevan membuat Vania semakin dilema.
"Apapun itu jawabannya?"
Nevan mengangguk, "Apapun jawaban yang kamu beri, aku bakal terima. Tapi, satu yang pengen aku pastiin lagi, kamu juga punya rasa yang sama kaya aku 'kan?"
Vania menggigit bibir bawahnya. Jantungnya berdegup sangat kencang. Bahkan ia sudah tidak bisa lagi menutupi perasaannya jika ia memang mencintai Nevan.
Nevan tersenyum simpul, "Nggak perlu di jawab, aku udah tahu jawabannya."
Nevan mengepalkan tangannya dan bersorak dalam hati. Ia senang setelah mengetahui jika sepertinya Vania memiliki rasa yang sama terhadapnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
a/n :
*Fansign, sebuah acara dimana bisa berhadapan langsung dan punya kesempatan bersalaman dengan idola. Fansign sama dengan showcase, fansign diadakan untuk promosi album terbaru mereka, tapi acara fokus pada penandatanganan album oleh masing-masing personelnya.