pernahkah kau membayangkan terjebak dalam novel favorit, hanya untuk menyadari bahwa kau adalah tokoh antagonis yang paling tidak berguna, tetapi Thanzi bukan tipe yang pasrah pada takdir apalagi dengan takdir yang di tulis oleh manusia, takdir yang di berikan oleh tuhan saja dia tidak pasrah begitu saja. sebuah kecelakaan konyol yang membuatnya terlempar ke dunia fantasi, dan setelah di pikir-pikir, Thanz memiliki kesempatan untuk mengubah plot cerita dimana para tokoh utama yang terlalu operfower sehingga membawa bencana besar. dia akan memastikan semuanya seimbang meskipun dirinya harus jadi penggangu paling menyebalkan. bisakah satu penjahat figuran ini mengubah jalannya takdir dunia fantasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemunculan shir: pelarian dalam kegelapan
"Thanzi Aerion," desis Kael, suaranya rendah dan mematikan. "Hidupmu berakhir di sini. Marquess Aerion ingin kau mati dengan tenang. Ini perintah terakhirnya."
Pedang Thanzi sudah di tangannya, terhunus dalam sekejap mata, kilatan baja memantulkan cahaya samar hutan. Marquess Aerion... Ayahku, pikir Thanzi, rasa pahit bercampur dengan seringai kecil. Tentu saja. Dia takkan pernah membiarkanku hidup nyaman jika aku menyimpang dari jalurnya. Dia lebih suka aku mati daripada menjadi sesuatu yang tak bisa ia kontrol.
Ia tahu ini bukan sembarang lawan. Ini adalah Shadow Syndicate, kelompok pembunuh elit paling berbahaya di kerajaan, yang pasti disewa dengan harga sangat mahal. Sebuah jebakan yang dirancang untuk membungkamnya selamanya, tanpa jejak. Misi yang seharusnya menjadi langkah menuju kekuasaan, kini berubah menjadi pertarungan mematikan untuk bertahan hidup.
Aku dikhianati. Dan sekarang, aku adalah mangsa. Thanzi menatap mereka, matanya berkilat tajam, penuh tekad dingin. Tapi aku tidak akan mati di sini. Belum.
Pertempuran Sengit: Overwhelmed by Elites
Pertarungan pecah dalam sekejap. Kael melesat pertama, belati beracunnya berkilat di antara akar-akar pohon. Silas mengangkat busurnya, anak panah berujung racun melesat tanpa suara. Brennan mengangkat tangannya, dan udara di sekitar Thanzi tiba-tiba menjadi sangat dingin, kristal es mulai terbentuk di tanah. Zara, yang menghilang, mulai melancarkan ilusi samar di sekitar Thanzi, mencoba mengganggu pandangannya.
Thanzi tidak panik, tetapi ia segera menyadari betapa kuatnya lawan-lawannya. Ia memang terlatih, tetapi ini adalah pembunuh elit berpengalaman. Ia menangkis belati Kael dengan pedangnya, suara dentingan logam memecah keheningan hutan. Namun, serangan Kael terlalu cepat, terlalu terkoordinasi. Thanzi nyaris tidak bisa menangkis, merasakan getaran kuat di lengannya. Sebuah sabetan nyaris menggores lengannya, meninggalkan goresan tipis yang mulai terasa perih.
Pada saat yang sama, ia meliuk menghindari panah Silas yang melesat tepat ke arah matanya. Panah itu mengenai pohon di belakangnya dengan bunyi thwack yang mematikan. Thanzi merasakan bulu kuduknya berdiri. Ini bukan sekadar bidikan, ini adalah akurasi yang mematikan.
"Rasakan ini!" raung Brennan, melontarkan serangkaian proyektil es yang tajam, jauh lebih banyak dan lebih cepat dari yang bisa ditangkis Thanzi.
Thanzi melompat mundur, pedangnya berputar cepat, hanya berhasil menangkis beberapa proyektil. Satu proyektil es menghantam bahunya, dan Thanzi merasakan rasa sakit menusuk serta kebas akibat suhu ekstrem. Ia terhuyung. Ia juga merasakan sensasi aneh. Di tengah panasnya pertarungan, ia merasakan gelombang mana yang dilepaskan oleh para pembunuh ini—gelombang-gelombang energi sihir yang kuat. Dan, alih-alih hanya merasakannya, Thanzi merasakan sesuatu yang luar biasa: mana itu mulai tertarik dan terserap ke dalam tubuhnya dengan cepat! Ini adalah sensasi baru, belum pernah ia rasakan sebelumnya. Mana yang biasanya ia anggap tidak ada baginya, kini mengalir masuk, mengisi kekosongan yang tak ia sadari ada.
Ini... ini sihir! Pikir Thanzi, terkejut namun cepat menyesuaikan diri. Sistem tubuh antagonis ini memang unik! Ini pasti adalah kemampuan tersembunyi dari 'tubuh tanpa bakat' ini, kemampuan untuk menyerap mana dan mengubahnya menjadi... ini!
Dengan mana yang terserap, kemampuan ilusi resonansinya tiba-tiba menjadi jauh lebih kuat, lebih solid, dan lebih membingungkan. Ia menyeringai tipis, meskipun bahunya berdenyut. Ini adalah keuntungan yang tak terduga, sebuah kartu as yang baru ia dapatkan.
Kemunculan Sihir: Sebuah Pelarian Licik
Kael melesat lagi, diikuti oleh Brennan yang terus menembakkan es. Silas membidik Thanzi yang terpojok. Thanzi tahu ia tidak akan bisa bertahan lama dalam pertarungan frontal ini. Kecepatannya, latihannya, tidak cukup untuk menghadapi empat pembunuh elit sekaligus. Ia perlu melarikan diri, sekarang.
"Matilah!" seru Kael, belatinya mengarah ke jantung Thanzi.
Tepat ketika belati itu nyaris menusuk, Thanzi memejamkan mata sesaat. Mana yang baru diserapnya mengalir deras, memicu sesuatu yang lebih dalam dalam resonansinya. Ia memproyeksikan ilusi resonansi paling kuat yang pernah ia buat.
Kael tiba-tiba melihat Thanzi terpecah menjadi puluhan bayangan, melesat ke segala arah di antara pepohonan. Bayangan-bayangan itu begitu nyata, bahkan suara langkah kaki dan deru napas mereka terasa nyata.
"Apa?!" Kael terhuyung mundur, matanya membelalak kaget.
"Itu hanya ilusi!" teriak Silas, mencoba membidik. Namun, ia melihat bayangan Thanzi melesat ke arahnya, panahnya lepas kendali, mengenai bayangan kosong.
Brennan dan Zara juga ikut kebingungan. Zara, ahli ilusi, merasakan ilusi Thanzi jauh lebih kuat dan stabil dari yang seharusnya ia miliki, bahkan ilusi itu mulai membanjiri indranya sendiri. Dia melihat Thanzi melesat menembus pohon padahal itu hanya ilusi.
Ini kesempatanku! Thanzi yang asli, menyembunyikan resonansinya, bergerak cepat ke samping, menghilang di balik akar pohon raksasa yang tertutup lumut. Ia tidak melarikan diri dengan kecepatan fisik, tetapi dengan kecepatan manipulasi persepsi.
Ia memanfaatkan kekacauan yang ia ciptakan. Para pembunuh elit itu berputar-putar, menyerang ilusi Thanzi, berteriak frustrasi saat mereka menyadari bahwa mereka hanya membuang-buang energi pada bayangan kosong. Thanzi sendiri, meskipun terluka di bahu, menggunakan momen itu untuk melesat semakin jauh ke dalam hutan, mengandalkan insting dan kemampuan resonansinya untuk menghapus jejaknya. Ia bisa merasakan frekuensi mana yang tertarik padanya, membantu ilusi yang ia ciptakan semakin kuat dan meyakinkan.
Setelah beberapa saat, Thanzi berhenti di balik semak belukar yang tebal, terengah-engah. Rasa sakit di bahunya mulai menjalar, tetapi rasa mana yang mengisi tubuhnya terasa... kuat, dan memabukkan. Ia telah menciptakan ilusi yang begitu kuat hingga mampu membingungkan para pembunuh elit, dan ia telah melakukannya dengan kekuatan yang baru saja muncul dalam dirinya.
Sialan Marquess Aerion, pikir Thanzi, menyentuh bahunya yang terluka. Dia mengirimkan aku ke kematian. Tapi dia juga memberiku hadiah tak terduga: kemampuan sihir!
Ia menatap ke arah reruntuhan di kejauhan, ke jantung Hutan Terlarang. Perjalanan ini jauh lebih berbahaya dari yang ia duga. Namun, ia kini memiliki senjata baru, sihir ilusi yang lahir dari resonansinya sendiri, dan kemampuan untuk menyerap mana musuh. Ia tidak akan mati di sini. Ia akan bertahan, dan menjadi lebih kuat.
?