NovelToon NovelToon
Ketika Istriku Lelah

Ketika Istriku Lelah

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Penyesalan Suami
Popularitas:95.5k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Persahabatan Audi, Rani dan Bimo terjalin begitu kuat bahkan hingga Rani menikah dengan Bimo, sampai akhirnya ketika Rani hamil besar ia mengalami kecelakaan yang membuat nyawanya tak tertolong tapi bayinya bisa diselamatkan.

Beberapa bulan berlalu, anak itu tumbuh tanpa sosok ibu, Mertua Bimo—Ibu Rani akhirnya meminta Audi untuk menikah dengan Bimo untuk menjadi ibu pengganti.

Tapi bagaimana jadinya jika setelah pernikahan itu, Bimo tidak sekalipun ingin menyentuh, bersikap lembut dan berbicara panjang dengannya seperti saat mereka bersahabat dulu, bahkan Audi diperlakukan sebagai pembantu di kamar terpisah, sampai akhirnya Audi merasa tidak tahan lagi, apakah yang akan dia lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Empat

"Pergi kau! Aku tak mau melihat wajahmu. Bisa-bisanya kau menyalahkan istriku. Aku tak akan pernah memaafkan'mu. Dasar pembu'nuh!" seru Bimo. Dengan sekuat tenaga dia mendorong tubuh Audi hingga gadis itu tersungkur di lantai.

Audi tak bisa lagi membendung air matanya. Dia juga merasa bersalah karena tak bisa melarang dan mencegah Rani menyetir hingga menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Gadis itu merasakan sakit seluruh tubuhnya dan juga hatinya. Dia juga telah melarang Rani, tapi Bimo seakan menyalahkan dirinya atas kematian sang istri.

Audi mencoba berdiri walau perih terasa di semua tubuhnya yang lecet. Dia berjalan menuju ruang NICU, tempat bayi Rani berada. Dari kaca dia melihat bayi mungil itu. Selang kesehatan memenuhi tubuhnya.

Tiba-tiba gadis itu teringat pesan Rani sebelum masuk ruang operasi. Sahabatnya itu menitipkan bayinya. Audi jadi tampak begitu sedih. Dia meminta izin pada perawat untuk melihat sang bayi.

"Maafkan Tante, Nak. Tante tak bisa mencegah bundamu menyetir, hingga akhirnya dia harus pergi. Tapi, Tante janji akan memberikan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya hanya untukmu. Seberapa keras ayahmu melarang, Tante akan tetap menemui kamu. Karena Tante sudah berjanji pada ibumu, untuk menjaga dan merawat'mu. Yang kuat, Nak. Kamu harus bertahan," ucap Audi.

Sementara itu, Bimo yang masih syok dengan kepergian sang istri harus siap menerima. Dia lalu mengurus kepulangan jenazah istrinya Rani. Setelah semua selesai, dia langsung membawa jenazah Rani dengan ambulan menuju rumahnya.

**

Matahari mulai terbenam di ujung horizon, meninggalkan langit dengan nuansa oranye keemasan yang perlahan-lahan memudar. Suasana hening menyelimuti kuburan yang baru digali, ditandai dengan bunga-bunga warna-warni yang layu, berderet rapi di sampingnya. Di tengah jalan setapak yang diapit pepohonan rindang, Bimo berdiri tegak dengan wajah yang pucat, matanya sembab oleh tangisan. Dia memandangi keranda yang sederhana namun elegan, tempat di mana Rani, istrinya tercinta, akan beristirahat selamanya.

"Bimo, maafkan aku," bisiknya pelan, suaranya serak, seolah setiap kata dipenuhi rasa sakit yang tak tertahankan. Dalam hati, dia berusaha meyakinkan diri untuk tidak menangis lagi, namun air matanya tidak bisa dicegah.

Audi, sahabat Rani, berdiri jauh di belakang. Dia tidak dapat mendekati, tak ingin Bimo marah dan merasa diganggu. Setiap detak jantungnya terasa berat. Dia ingin berlari dan menghibur Bimo, tetapi tangisannya yang hancur membuatnya ragu.

“Rani, kenapa kamu pergi secepat ini?” gumamnya pelan sambil menghapus air mata yang luruh di pipinya.

Bimo masih terlihat sulit menerima kenyataan. Dalam pikirannya, kenangan-kenangan manis berseliweran semasa mereka bersama. Senyuman Rani yang menawan, tawa cerianya saat mereka berbincang di teras rumah, dan kenangan pertama mereka bertemu.

“Rani! Kenapa kau pergi meninggalkanku, Sayang?” ucap Bimo. Dia terjatuh, berlutut di samping liang kubur yang siap menunggu jenazah Rani. Seakan ingin memeluk tanah yang akan menutupi tubuh istrinya, ia menggenggam tanah lembab dengan erat.

Audi berusaha menahan diri, tetapi hatinya berpacu antara ingin mendekat dan rasa bersalah yang menimpanya. Dia seakan mendengar suara Bimo, dan angin seolah membawa kata-kata itu lebih kencang. "Kenapa kau membiarkan Rani yang menyetir? Dan kau, Audi, apa kau tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghentikannya?” Perasaan bersalah itu menari-nari dalam benaknya.

"Bimo ...!" Audi bergumam dalam hatinya. Percuma. Kematian Rani bukan hanya melukai suaminya, tetapi juga hatinya. Dia merasa terasing oleh tuduhan yang dialamatkan kepadanya.

Saat ini jenazah Rani telah terkubur. Tadi Bimo juga ikut berada di dalam liang kubur. Pelayat satu persatu sudah mulai pulang. Hanya tersisa Bimo. Mamanya Rani telah masuk ke mobil. Tubuhnya terasa lemah dan kepala sakit. Sehingga dia membiarkan saja Bimo yang masih tinggal seorang diri. Kedua orang tua Bimo tak bisa datang karena sedang berada di luar negeri.

Audi yang tak bisa menahan diri, akhirnya berjalan mendekat. Dia juga mau berdoa untuk Rani. Melihat kehadirannya, Bimo tampak tak suka.

“Kenapa kau di sini, Audi?” Bimo memandang tajam ke arah Audi, sembari memperhatikan langkahnya yang enggan maju. “Kau penyebab kepergiannya Rani!” suara Bimo bergetar penuh amarah.

“Tidak, Bimo! Bukan begitu! Aku bukan penyebabnya!” Audi berusaha membela diri, tetapi suaranya tidak lebih dari bisikan angin. Rani memang bersamanya, tapi dia tidak menyetir. Rani yang menyetir sendiri dan tak bisa di larang. Namun semuanya sudah terlanjur terjadi. Kesalahan itu teramat besar.

“Diam! Pergi dari sini!” Bimo menghardik, bunyi suara yang tajam dan menggigit. Wajahnya memerah, napasnya tercekat menahan kepedihan dan amarah. Tak ada ruang bagi Audi di momen duka ini. Hanya ada Bimo dan Rani. Tidak ada yang lainnya.

Audi menatap Bimo yang terpukul, sudah tidak mengenali suaminya Rani yang penuh semangat, tetapi kini terpuruk dalam keputusasaan. Dia merasa terjebak di dalam perasaan bersalah yang menyesakkan.

Audi akhirnya memutuskan pergi. Tak mau terjadi keributan di depan kuburan Rani. Selain itu, dia sadar, meskipun dia bertahan, kemungkinan untuk menjelaskan kebenaran sepertinya tidak akan pernah ada.

Langit semakin gelap, dan kedua sahabat kini terpisah oleh kesedihan yang dalam. Audi tidak bisa mendekat dan Bimo semakin tersudut dalam dunia yang seolah menutup semua pintu untuknya. Dia berusaha menahan air mata, tetapi dalam hati, dia membenci diri sendiri lebih dari apapun. Dia merasa bersalah karena mengizinkan istrinya pergi hari itu.

Deru angin malam membawa kesunyian yang pekat. Hanya ada suara angin. Audi berdiri, satu langkah pun terasa berat. Pikirannya melayang, bertanya-tanya kapan semua ini bisa berakhir. Kenangan indah bersama Rani seakan terus mengganggu, seolah menuntut untuk dikenang meskipun dalam suasana kelam.

Ketika Bimo meletakkan bebatuan di atas tanah kubur, seperti menguatkan rasa hanya untuk Rani, Audi hanya bisa berdiri beku di tempatnya. Dia melihat Bimo berjuang menahan air mata, hatinya berharap Bimo bisa memaafkan dan memahami. Tetapi, sadar bahwa semua ini tak akan mudah diterima pria itu. Dia tampak begitu mencintai istrinya.

Bimo berbalik, mengamati Audi dengan tatapan kosong. Dalam detik itu, Audi bisa melihat betapa hancurnya hati pria itu. “Aku tidak ingin melihatmu lagi,” akhirnya Bimo berkata, suaranya serak menahan isak tangis. Dia melangkah pergi, tidak peduli dengan Audi yang berdiri di belakangnya. Di telinga Audi, kata-kata itu seolah membekas.

Audi masih berdiri di tempatnya. Pipinya basah oleh air mata, dan dalam hati dia berdoa agar Rani beristirahat dengan tenang, di tempat yang lebih baik. Ketika akhirnya Bimo menghilang dari pandangannya, Audi menutup wajahnya dengan telapak tangan, berusaha menahan kesedihan yang meluap.

Di luar sepi malam, dalam bayang-bayang suram, Audi merasakan hatinya hancur berkeping-keping. Dia melangkah pulang dengan penuh rasa bersalah, tidak tahu apakah semua ini akan berakhir dengan memaafkan atau menyesal selamanya.

"Tetes air mata yang tertumpah di hari ini, akan menjadi saksi atas jalinan erat persahabatan yang selama ini kita simpul seerat-eratnya. Aku merasa sangat beruntung bisa mengenal seseorang yang begitu sulit bagiku untuk mengucapkan selamat tinggal. Setiap kenangan indah bersamamu mengajarkan aku untuk ikhlas dan bersyukur. Aku ikhlas melepasmu, berharap kau tenang di sisi-Nya, Raniku."

1
Tuti Chandra
semoga dengan introspeksi diri bisa menyadari kekurangan masing masing.dan semoga AUDI dan BIMO Bisa berstu kembali dan hidup rukun.
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
jangan Udi Uda membuka hati untuk orng lain
Mrs.Riozelino Fernandez
Gak lah...
lebih baik ma orang lain,ketimbang balikan ma kamu...buat apa pisah toh balikan lagi...pisah ya pisah,cari kebahagiaan masing masing
Ickhaa PartTwo
Semangat u thor
Mrs.Riozelino Fernandez
semangat Audy...
jangan mau balikan...
kemana harga dirimu,udah di hina hina,udah dicaci maki,dibuat seperti pembokat masiiih juga mau balikan...
haddeuh kamu terlalu berharga untuk laki2 seperti Bimo...
Citra Aprilona
lanjut thor
Sugiharti Rusli
benar yang Audi bilang, kalo memang berjodoh biar berjuahan pasti akan ketemu, kalo ga berjodoh, dekat juga ga akan ketemu,,,
Sugiharti Rusli
semoga mama Susi juga bisa menasehati si Bimo, kalo dia ga boleh larut dalam patah hatinya, karena ada Ghita yang jadi prioritas nya sekarang
Sugiharti Rusli
apapun yang nanti akan terjadi sama kalian, semoga Ghita tetap mendapat kasih sayang penuh, walo sekarang Audi ga bisa selalu memeluknya karena jauh dan dia bekerja
Sugiharti Rusli
padahal dulu kamu melihat itu setiap hari lho Bim, kalo putri kamu sudah menga anggap Audi sebagai yang dia panggil mama, eh kamu malah marah ke Audi
Tuti Chandra: marah krn ada sebab kak,kan semua baru terungkap setalh bimo menemukan diarinya rani ,bimo pikir beneran audi menolak bimo kenyataannya tdk seperti itu di titip suratpun tidak di berikan juga ke audi ,jd disini biang masalahnya si rani.
total 1 replies
Sugiharti Rusli
anak sekecil Ghita tuh biasanya kalo ga bertemu lama biasanya suka lupa, tapi ternyata dia tetap mengingat Audi sebagai ibu yang mengasuhnya
Fitria Syafei
Semoga ya Bimo dan jangan berharap banyak pada Audy 😏 mama yang cantik dan baik hatinya kereen 😍 kereeen 😘
Maharani Rani
lanjutt kak
Teh Euis Tea
mudah"an audinya keburu nikah dgn daniel😁
Mrs.Riozelino Fernandez: setuju 👍👍👍👍
total 1 replies
Sunaryati
Nah jika membuat hati Audi lega dan tidak dibayangi perlakuan Bimo, padanya memang sebaiknya berpisah.
Muhammad Dimas Prasetyo
kalo ga keburu digaet sama Daniel..
partini
ku rasa itu jalan terbaik di paksa kan jg ga oo banget karena Audi hatinya ga yakin
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Valen Angelina
kasihlah kesempatan kedua.. asal jgn kesempatan ke 3 ya kwkwkkw
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!