.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 4
Hari-hari berikutnya aku bersikap seperti biasa, demikian juga ayah mertuaku. Namun ada satu hal yang sedikit berbeda dari hari-hari sebelumnya, yaitu aku yang sekarang merasa agak malu ketika menghadapi ayah mertuaku.
Jika beliau melihat ke arahku, aku merasa gugup, dadaku mendadak berdetak lebih cepat. Cara pandang beliau terhadapku kali ini benar-benar berbeda dari biasanya. Aku merasa, aku harus menghindar dari beliau untuk beberapa saat ini.
Namun, tidak selamanya aku bisa menghindar dari ayah mertuaku, karena aku masih tinggal bersama di rumah ini. Karena setelah suamiku pergi bekerja dan ibu mertuaku sibuk menjaga toko, mau tidak mau, kami pun berduaan lagi di dalam rumah.
...🍄🍄🍄...
Sekitar pukul 07.00 Pagi
Ayah mertuaku sedang menonton televisi,
sedangkan aku seperti biasa melakukan pekerjaan rumah tangga.
Setelah pensiun ayah mertuaku memang tidak ada aktifitas lain, selain menonton televisi, merawat bunga di halaman belakang, kadang menjaga toko saat Ibu mertuaku pergi ke pasar.
Pagi itu, entah kenapa, aku merasa suasana yang terjadi di antara kami begitu canggung.
"Ini tidak boleh terjadi, aku harus bisa memecahkan suasana yang dingin ini." Gumam ku dalam hati.
Aku pun berinisiatif menghampiri ayah mertuaku di ruang tv.
"Ayah, mau di buatkan kopi?" tanyaku sopan.
"Boleh, Nak,” jawab ayah mertuaku sambil melihat ke arahku yang berdiri di hadapannya.
Mendengar jawaban beliau, aku segera pergi ke dapur untuk membuatkan segelas kopi untuk ayah mertuaku. Kurang lebih 10 menit, setelah kopi itu jadi, aku segera menyajikannya kepada beliau.
"Ayah, ini kopinya," ucapku sambil meletakkan secangkir kopi di hadapannya.
"Iya, terima kasih Nak, sini duduk nonton tv sama Ayah," kata beliau kepadaku.
"Tuti, masih mau nyuci, Yah," jawabku dan segera pergi dari hadapan ayah mertuaku.
Cepat-cepat aku segera berjalan ke arah kamar mandi yang ada di dekat
dapur. Saat aku sibuk mencuci baju, tiba-tiba ayah mertuaku masuk ke dalam kamar mandi. Sontak aku kaget.
"Ayah!" seru ku kaget melihat ayah mertuaku tiba-tiba masuk ke dalam kamar mandi.
"Ayah mau apa?" tanyaku sambil menghentikan sejenak aktifitas ku mencuci
baju.
"Ayah mau bantu kamu nyuci Nak," jawabnya di ikuti dengan berjongkok di dekatku.
"Tidak usah, Yah!" kataku dengan menatap wajah ayah.
"Ayah pengen, Nak" jawab ayah sambil mengangkat tubuhku untuk berdiri.
Kemudian tubuh ku di sandarkan di dinding kamar mandi.
"Ada Ibu, Yah," kataku mencoba mendorong tubuhnya.
"Ibu mu sibuk jaga toko," kata ayah yang terus menatapku dengan tatapan yang tajam.
"Cukup, Yah, cukup satu kali saja, jangan di ulangi lagi," kataku memohon untuk tidak melakukannya lagi.
"Sekarang terakhir," ucap ayah mertuaku seraya menutup pintu kamar mandi dan menguncinya.
Akhirnya kejadian itu tidak dapat di hindari, aku dan ayah melakukannya lagi. Aku pasrah dengan keadaan, entah apa yang merasuki aku dan ayah mertuaku, kami pun melakukannya di kamar mandi.
Ayah langsung membuka bajuku dan celana pendekku. Dia juga langsung membuka kaosnya juga celana pendeknya. Bibirnya mulai mencium bibir dan leherku. Dalam posisi berdiri ayah berhasil membuatku tidak berdaya, desahan kami berdua menggema di dalam kamar mandi.
Seketika tangan kiri ayah menjangkau kran air bak mandi, aku tahu yang di lakukannya supaya ibu mertuaku tidak mendengar suara kami berdua.