NovelToon NovelToon
Mengulang Waktu Untuk Merubah Takdir

Mengulang Waktu Untuk Merubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Raja Tentara/Dewa Perang / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa Fantasi / Time Travel / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:658
Nilai: 5
Nama Author: Wira Yudha Cs

Di kehidupan sebelumnya, Max dan ibunya dihukum pancung karena terjebak sekema jahat yang telah direncanakan oleh Putra Mahkota. Setelah kelahiran kembalinya di masa lalu, Max berencana untuk membalaskan dendam kepada Putra Mahkota sekaligus menjungkirbalikkan Kekaisaran Zenos yang telah membunuhnya.
Dihadapkan dengan probelema serta konflik baru dari kehidupan sebelumnya, mampukah Max mengubah masa depan kelam yang menunggunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wira Yudha Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21 PRAJURIT BAYANGAN

Setelah menempati mension bekas kediaman keluarga Marquees Rozan, Max membeli beberapa pekerja secara legal di serikat ketenagakerjaan. Di wilayah Utara, warga yang tidak memiliki pekerjaan tetap atau keluarga dengan taraf kehidupan tidak berkecukupan, akan menjual diri mereka ke serikat ketenagakerjaan. Di sana mereka menunggu untuk dibeli atau disewa oleh keluarga kaya yang mau memperkerjakan mereka.

Serikat ketenagakerjaan hanya menerima seperempat dari harga jual tenaga kerja. Jadi dapat dikatakan yang paling diuntungkan adalah para tenaga kerja. Mereka yang telah dibeli tentu saja akan memiliki pekerjaan tetap dan harus mengikuti dermawan atau tuan yang telah membeli mereka. Setelah tenaga kerja dibeli, maka serikat ketenagakerjaan tidak lagi bertanggung jawab atas hidup mereka. Semua tanggung jawab itu sudah dialihkan kepada tuan pembeli, di mana tuan pembeli berhak atas hidup dan matinya tenaga kerja yang telah dibeli.

Perjanjian Tambahan dan Pemilihan Pekerja

Sebelum Max membawa para pekerja yang telah ia beli ke mension, pemuda itu membuat surat perjanjian tambahan. Surat perjanjian tersebut berisikan di mana para tenaga kerja yang melanggar perintah atau melakukan hal menyimpang seperti kejahatan harus siap untuk menerima hukuman. Mulai dari siksaan fisik, pengurangan gaji, pemberhentian, bahkan hukum mati untuk kejahatan berat.

Semua pekerja yang dibeli oleh Max menyetujui perjanjian tersebut dengan menempelkan darah mereka di bawah isi surat perjanjian. Max tersenyum puas dengan para pekerja yang telah ia pilih. Mereka semua tampak sehat dan berusia sekitar 25 hingga akhir 30-an dan satu anak laki-laki berusia 15 tahun yang juga Max beli untuk menjadi penjaga pribadi putranya.

Di antara pekerja yang Max beli, terdapat satu keluarga lengkap yang terdiri dari ayah, ibu, dan satu anak. Untungnya dia membeli sekaligus, jika tidak, mungkin mereka akan terpisah dari anggota keluarga lainnya. Mereka sangat berterima kasih kepada Max, bahkan nyaris berlutut jika Max tidak menghentikannya.

Pembagian Tugas

Total pekerja yang Max beli adalah 20 orang. Terdiri dari lima wanita paruh baya yang hampir seusia ibunya, serta 14 pria dewasa dan satu anak laki-laki. Segera Max membagi pekerjaan ketika mereka tiba di mension:

Sepasang suami istri (Paman Gustav dan Bibi Sena) Max angkat menjadi kepala dan wakil kepala pengurus rumah tangga. Max memilih mereka karena keduanya tampak berpengalaman dan cekatan.

Dua wanita paru baya serta satu pria Max pekerjakan sebagai juru masak.

Dua wanita paru baya lainnya ditempatkan sebagai pelayan pribadi sang ibu.

Lima pria untuk merawat halaman belakang, depan, dan samping mension.

Dua pria sebagai penjaga gerbang.

Tiga pria lainnya bertugas sebagai penjaga keamanan di dalam mension.

Satu anak laki-laki yang merupakan anak dari kepala pelayan sudah tentu dipekerjakan sebagai penjaga Ansel.

Sisanya, Max jadikan pengawal pribadinya.

Untuk sementara, Max merasa pengaturannya sudah cukup. Max akan terus menambah para pekerja jika dia telah memulai usahanya dalam pembuatan gula tebu dan berladang.

"Yang aku butuhkan hanya tenaga dan kesetiaan. Selain dari itu, maka kalian harus siap menerima konsekuensi sesuai yang ada di dalam perjanjian. Kalian bisa menempati rumah pekerja yang ada di belakang mension. Jika mengalami kesulitan, katakan pada kepala pengurus rumah tangga dan dia yang akan meneruskannya padaku."

"Baik, terima kasih, Tuan," ucap para pekerja yang berkumpul di halaman belakang mension dengan kompak.

Mereka memiliki wajah berseri karena merasa senang mendapatkan tuan yang baik hati. Mereka bahkan membungkuk untuk memberikan hormat. Kali ini Max tidak menghentikannya, dia hanya mengangguk menanggapi.

"Terakhir, apapun yang kalian lihat dan dengar selama bekerja di mension ini, jangan sampai keluar. Baiklah, kecuali kepala dan wakil pengurus rumah tangga, sisanya bisa langsung bekerja secara perlahan."

Dengan patuh mereka pun sekali lagi membungkuk dan mengucapkan terima kasih, lalu mereka bergegas mengambil posisi untuk segera bekerja. Sebelum pembagian tugas, Max sudah membawa mereka berkeliling mension dan menjelaskan secara umum apa saja yang harus mereka lakukan.

Percakapan dengan Kepala Pelayan

Setelah semua pergi, hanya tersisa Max dan sepasang kepala pengurus rumah tangga. Max mengajak mereka untuk berbicara di pendopo mewah yang ada di sudut halaman belakang mension ini.

"Untuk ke depannya, aku mungkin akan jarang berada di mension. Bantu aku untuk mengawasi para pekerja. Laporkan semua yang mereka lakukan. Aku mempercayakan tugas ini pada kalian, karena aku yakin, Paman Gustav dan Bibi Sena telah berpengalaman bekerja di kediaman besar seperti ini."

Gustav dan istrinya sedikit terkejut ketika mendengar Tuan pembeli memanggil mereka dengan sebutan Paman dan Bibi. Mereka dulunya memang pernah bekerja di kediaman besar. Namun, kediaman itu memiliki keluarga yang tidak harmonis dan perlakuannya sangat kasar terhadap para pekerja. Bahkan tuan kediaman itu tidak pernah memanggil para pelayan dengan nama.

Gustav tidak tahan berlama-lama di sana dan memutuskan untuk berhenti tanpa mengambil gaji. Dia membawa anak dan istrinya untuk menjual diri di serikat ketenagakerjaan. Namun, cukup lama mereka menunggu tetapi tidak ada yang mau membeli atau menyewa mereka sebagai pekerja. Gustav dan istrinya merupakan warga migrasi dari negara tetangga, jadi mereka tidak memiliki rumah tetap di wilayah utara ini.

Gustav sangat bersyukur ketika Max membeli anaknya. Namun, dia dan sang istri juga merasa enggan berpisah dengan putra satu-satunya. Melihat hal itu, Max pun membeli mereka sekeluarga. Gustav dan Sena sangat senang. Diam-diam mereka sudah berjanji akan setia pada keluarga ini. Jadi ketika dia mendengar Max memanggilnya dengan sopan, Gustav merasa sedikit haru. Baru kali ini dia merasa diperlakukan layaknya manusia.

"Tuan, Jangan khawatir. Tuan dapat yakin, kami akan bekerja keras," ucap Gustav dengan sedikit gugup, diikuti anggukan sang istri yang juga mempunyai pemikiran serupa dengan suaminya.

"Jika Paman dan Bibi berperilaku baik selama bekerja di sini, maka aku juga akan memperlakukan kalian dengan baik. Di kediaman ini, kita semua adalah keluarga. Jadi jangan sungkan untuk menegur para pekerja lain jika mereka berbuat salah, ataupun meminta bantuan padaku," ujar Max dengan santai, namun terdengar tegas dan berwibawa.

Gustav langsung mengangguk saat mendengarnya. "Baik, Tuan. Kami akan mengingatnya dengan baik. Sekali lagi, saya benar-benar mengucapkan terima kasih karena telah memberi kami pekerjaan."

Max hanya menanggapinya dengan senyum kecil di sudut bibir. Lalu pandangnya beralih menatap istri Gustav. Kemudian dia berkata, "Kudengar, Bibi Sena memiliki keterampilan menyulam. Mungkin Bibi bisa mengajari keterampilan itu kepada Ibuku."

"Te-tentu, Tuan. Saya akan mengajari Nyonya menyulam jika beliau berkenan," tanggap Sena dengan senyum canggung.

Setelah itu, Max pun mulai menjelaskan beberapa hal lagi kepada mereka. Seperti apa saja yang diperbolehkan dan tidak, hingga membahas gaji para perkerja perbulannya. Tak lupa, Max juga meminta saran kepada mereka mengenai sayuran dan bunga seperti apa yang cepat subur di tanah Utara ini. Max berencana untuk membangun rumah kaca di halaman samping mension untuk sang ibu.

Pertempuran Prajurit Bayangan

Di lain sisi, Max tidak tahu bahwa pembunuh bayaran yang dikirim Baron Helios untuk membunuhnya sedang bentrok dengan melawan sosok hitam seperti bayangan yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

Pertarunganan sengit pun terjadi di salah satu gang sempit yang cukup jauh dari hiruk-pikuk keramaian ibu kota.

"Sialan! Prajurit bayangan itu mengirim kita ke gang sempit ini. Mereka pasti memiliki sihir teleportasi tingkat tinggi," ujar salah satu pembunuh. Pria dewasa akhir 30 tahunan itu menyeka darah dari sudut bibirnya. Lalu dia kembali menyerang prajurit bayangan dengan membabi buta.

Prajurit bayangan yang menyerang pembunuh bayaran hanya berjumlah tiga orang. Namun, para pembunuh bayaran sudah cukup kewalahan dan terluka parah. Bahkan beberapa di antara mereka sudah ada yang meregang nyawa dengan anggota tubuh terpisah. Itu merupakan pemandangan yang sangat mengerikan dan brutal.

Berbagai keterampilan sihir hitam dikeluarkan oleh para pembunuh bayaran. Namun, cahaya hitam itu hanya menembus prajurit bayangan tanpa membuat mereka terluka.

Tiba-tiba ketika prajurit bayangan menyerang, tiga bayangan itu bergerak secepat cahaya memasuki tubuh lawan satu ke tubuh lawan yang lainnya. Hal ini berlangsung sangat cepat dan singkat, hingga tanpa pembunuh bayaran sadari, organ dalam mereka sudah terpotong-potong sedemikian rupa.

Segera, para pembunuh bayaran ambruk satu per satu ke tanah. Semua lubang di tubuh mereka mengeluarkan darah segar, serta tangan dan kaki terpelintir ke belakang.

Setelah itu, bayangan hitam besar perlahan muncul dipermukaan tanah, lalu bayangan itu menelan semua mayat yang bersimbah darah. Tanah kembali bersih, seolah tidak ada yang terjadi di tempat itu. Ketiga prajurit bayangan pun telah menghilang tanpa menimbulkan suara.

1
Dewiendahsetiowati
hadir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!