NovelToon NovelToon
Accidentally Yours

Accidentally Yours

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mutia Kim

Velora, dokter muda yang mandiri, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya karena satu janji lama keluarga. Arvenzo, CEO arogan yang dingin, tiba-tiba menjadi suaminya karena kakek mereka dulu membuat perjanjian yakni cucu-cucu mereka harus dijodohkan.

Tinggal serumah dengan pria yang sama sekali asing, Velora harus menghadapi ego, aturan, dan ketegangan yang memuncak setiap hari. Tapi semakin lama, perhatian diam-diam dan kelembutan tersembunyi Arvenzo membuat Velora mulai ragu, apakah ini hanya kewajiban, atau hati mereka sebenarnya saling jatuh cinta?

Pernikahan paksa. Janji lama. Ego bertabrakan. Dan cinta? Terselip di antara semua itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Ciuman kedua?

Menjelang siang, ketukan pelan terdengar dari pintu kamar VVIP.

“Masuk saja,” suara Arvenzo terdengar serak, meski sudah lebih kuat daripada pagi tadi.

Pintu terbuka, memperlihatkan dua pria yang langsung menghampirinya dengan wajah lega Zayden dan Niko.

“Bro!” seru Niko begitu melihat Arvenzo sudah duduk bersandar. “Akhirnya lo sadar juga. Gila, lo bikin kita semua khawatir dan panik, sumpah.”

Zayden menepuk bahu ranjang hati-hati, ekspresinya penuh emosi yang ditahan. “Gue kira lo... ah, sial! Jangan pernah bikin kita khawatir kayak gitu lagi, Ven.”

Arvenzo mengulas senyum tipis. “Kalian berdua masih sama saja. Gue masih hidup, kan? Jadi nggak usah pada lebay.”

Niko mendengus, meski matanya berkaca-kaca. “Lebay apaan? Lo koma, men. Lo pikir kita bisa tidur nyenyak tiap malam, sedangkan pikiran kita berdua ke lo terus?”

Arvenzo hanya menghela napas pendek, tatapannya melembut. “Thanks, udah khawatir sama gue.”

Suasana baru saja mereda ketika pintu kembali diketuk. Seorang petugas rumah sakit masuk sambil mendorong troli berisi nampan makan siang.

“Siang, ini makan siang untuk pasien,” katanya ramah, meletakkan nampan di meja kecil. Aroma kaldu hangat langsung tercium.

Zayden melirik nampan itu, lalu menahan tawa. “Waduh, makanan rumah sakit. Gue yakin muka lo bakal berubah abis nyicipi makanan itu, Ven.”

Niko ikut terkekeh. “Gue siap taruhan, lo nggak bakal tahan lebih dari dua suapan.”

Arvenzo hanya mendengus, wajahnya tetap dingin meski matanya sedikit berkilat. “Kalau kalian berdua cuma datang buat ngetawain gue, mending pulang aja!”

Zayden dan Niko saling pandang, lalu tertawa kecil. Tapi di balik itu, jelas ada rasa lega yang besar, sahabat mereka akhirnya benar-benar kembali.

Pintu kamar VVIP perlahan terbuka. Velora masuk dengan wajah sedikit lelah, tapi tetap menebar senyum begitu melihat Zayden dan Niko yang sedang duduk di sofa menemani Arvenzo.

“Eh, Velora!” Niko langsung berdiri, menyapanya sopan. “Kita lagi jagain Arven biar nggak kabur dari ranjang.”

Velora tersenyum tipis sambil menaruh tas di kursi. “Terima kasih sudah datang. Aku senang kalian bisa temani dia.”

Zayden ikut menyapa ramah. “Tenang aja, Vel. Dia nggak bisa lari kok, paling cuma bisa ngedumel.”

Arvenzo mendengus, pura-pura tidak peduli, padahal jelas terlihat kupingnya sedikit memerah.

Velora lalu menoleh ke meja kecil di samping ranjang, melihat nampan makan siang masih utuh. Keningnya langsung berkerut. “Ar, kenapa kamu belum makan?”

Arvenzo menghela napas malas. “Aku nggak mau. Rasanya hambar.”

Velora menarik kursi mendekat, duduk di sampingnya dengan ekspresi tegas. “Kamu harus makan, Ar. Mau nggak mau, ini bagian dari penyembuhan mu.”

Arvenzo menoleh, hendak membantah, tapi Velora sudah mengambil sendok, menyendokkan sup, lalu menyodorkannya ke depan mulut Arvenzo. “Ayo, buka mulut.”

Mata Arvenzo sempat menyipit, jelas ia enggan. Tapi Velora menatapnya serius tanpa mau menyerah. Dengan helaan napas panjang, akhirnya Arvenzo membuka mulut sedikit, menerima suapan itu.

Velora tersenyum tipis, lalu kembali menyuapinya perlahan.

Dari sofa, Zayden dan Niko saling pandang, lalu sama-sama menahan tawa. Akhirnya Niko tidak bisa menahan diri. “Hahaha! Bilang aja Ven, lo sebenernya mau disuapin sama Velora. Sok-sokan nggak mau makan tadi.”

Zayden menambahkan dengan nada menggoda. “Iya, bro. Tampang lo jelas-jelas bahagia tuh, jangan pura-pura cemberut gitu.”

Arvenzo langsung menoleh tajam ke arah kedua sahabatnya, wajahnya tetap dingin tapi telinganya semakin merah. “Diem kalian, atau gue suruh perawat usir kalian keluar sekarang juga!”

Zayden dan Niko hanya tergelak, sementara Velora menunduk cepat, pipinya merona, berusaha menyembunyikan senyum yang muncul tanpa bisa ia cegah.

Velora tetap telaten menyuapi Arvenzo sedikit demi sedikit, sesekali menatapnya dengan tatapan penuh perhatian. Meski wajahnya tetap datar, jelas Arvenzo tidak berdaya menolak, apalagi dengan dua sahabatnya yang terus saja menggoda.

“Udah, habisin tinggal dikit, Ar,” kata Velora lembut tapi tegas, menyodorkan suapan terakhir.

Arvenzo menurut, mengunyah pelan lalu menelan. Velora tersenyum tipis, lalu meraih gelas berisi air putih di meja. Dari gelas itu ia mengeluarkan dua butir obat. “Sekarang obatnya. Kamu harus minum biar cepat pulih.”

Arvenzo sempat mengernyit. “Banyak banget obatnya...”

Velora mengangkat alis, menatapnya dengan ekspresi jangan-coba-coba-membantah. “Ar, ini wajib. Buat kesembuhan kamu!”

Zayden menyikut lengan Niko sambil berbisik keras-keras, “Duh, kayak anak kecil disuapin mamanya, sekarang disuruh minum obat juga.”

Niko terkekeh. “Iya, bro. Tapi kayaknya Arven nggak keberatan deh kalau yang nyuapin Velora.”

Arvenzo mendesah panjang, wajahnya menegang menahan malu. “Sumpah, gue nyesel kalian datang.”

Namun akhirnya, ia tetap membuka mulut, menelan obat itu dengan bantuan air yang Velora sodorkan. Velora menatapnya puas, lalu berkata pelan, “Nah, gitu dong. Aku jadi lebih tenang lihat kamu nurut.”

Pipi Arvenzo semakin memanas, tapi ia buru-buru membuang muka ke arah jendela supaya tidak ketahuan salah tingkah. Sementara itu, Zayden dan Niko tertawa kecil melihat perubahan ekspresi sahabat mereka.

Zayden melirik jam tangannya lalu menepuk bahu Niko. “Oke deh, kayaknya kita kelamaan gangguin pasien. Ven, cepat sembuh ya. Jangan bikin orang-orang di sini makin repot ngurusin lo.”

Niko ikut berdiri sambil tertawa kecil. “Iya, bro. Gue doain lo cepat pulih. Jangan bikin Velora tambah kerja dua kali lipat.”

Velora tersenyum ramah. “Terima kasih ya sudah datang.”

Arvenzo hanya mendengus singkat, menutupi rasa harunya dengan wajah dingin khasnya. “Udah, pergi sana. Jangan bikin ruangan ini tambah berisik sama suara kalian berdua!”

Zayden dan Niko saling pandang lalu ngakak pelan. “Dasar Arven, bilang aja mau berduaan sama istri, gengsi banget jadi orang!” Mereka pun melangkah keluar sambil melambaikan tangan.

Pintu tertutup kembali, meninggalkan keheningan. Velora duduk lagi di kursi samping ranjang, mengambil gelas kosong untuk diletakkan di meja.

Arvenzo menatapnya lama, lalu bersandar pelan. “Kamu nggak capek? Seharian kerja, terus masih sempat ngurusin aku.”

Velora tersenyum tipis. “Aku udah terbiasa, Ar. Lagipula kamu suamiku. Wajar kalau aku perhatikan.”

Kata-kata itu membuat dada Arvenzo bergetar aneh.

Beberapa detik hening, lalu ia bergumam pelan, “Vel...”

Velora menoleh, matanya lembut. “Hm?”

“Aku mau bilang makasih,” suara Arvenzo lirih, hampir tak terdengar. “Kalau bukan karena kamu, mungkin aku nggak akan bertahan.”

Velora terdiam, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Senyum hangat merekah di bibirnya. “Aku yang seharusnya berterima kasih, Ar. Kamu sudah melindungi ku sampai bertaruh nyawa.”

Arvenzo menatap Velora, bola matanya berkilat serius. “Kok bahas itu lagi? Velora... Aku nggak mikirin nyawaku waktu itu. Yang ada di kepalaku cuma jangan sampai kamu kenapa-kenapa.”

Velora tertegun, hatinya berdebar kencang. “Kenapa kamu begitu nekat sih, Ar? Kalau sampai kamu nggak selamat, aku--”

Suaranya tercekat, air mata hampir jatuh.

Arvenzo buru-buru memotong, nadanya tegas tapi lembut. “Aku lebih rela aku yang terluka daripada kehilangan kamu.”

Velora terdiam dan menunduk, bibirnya bergetar. Kata-kata itu menembus hatinya, membuat dadanya hangat sekaligus perih.

Arvenzo menoleh sedikit, menatap wajah istrinya yang berusaha menghindari pandangan. Senyum samar muncul di bibirnya. “Kamu nangis?” tanyanya pelan.

Velora cepat menggeleng, mengusap matanya dengan punggung tangan. “Nggak, aku cuma kelilipan tadi,” elaknya.

Arvenzo menghela napas, lalu meraih jemari Velora dan menggenggamnya erat. “Kalau aku sampai nggak ada, aku nggak mau kamu merasa sendiri. Karena itu aku janji aku bakal tetap ada di sisimu, Vel. Selama aku bisa bernapas.”

Velora akhirnya ia tak bisa membendung air matanya. Ia menunduk, air matanya jatuh satu per satu di punggung tangan Arvenzo yang masih menggenggamnya.

“Ar...” bisiknya lirih. “Jangan ngomong hal-hal yang bikin aku takut. Aku cuma mau kamu sembuh.”

Arvenzo tersenyum tipis, menatapnya penuh arti. “Kalau itu yang kamu mau, aku akan sembuh. Demi kamu.”

Velora tercekat, matanya memerah. “Ar...” hanya itu yang bisa ia ucapkan, selebihnya hatinya terlalu penuh.

Tanpa memberi kesempatan Velora bersembunyi di balik kata-kata, Arvenzo mengangkat tangannya, menyentuh pipi istrinya lembut lalu bergerak ke tengkuknya. Dengan tarikan pelan namun mantap, ia mendekatkan wajah Velora.

Velora membeku sejenak, matanya melebar. Tapi detik berikutnya bibir mereka bertemu. Lembut, hangat, lalu semakin dalam ciuman itu membawa gelombang perasaan yang tak pernah mereka akui satu sama lain.

Velora hampir tak percaya, ini adalah ciuman kedua sejak pernikahan mereka yang sudah berjalan hampir lima bulan. Rasanya berbeda jauh dari yang pertama, kali ini tidak canggung, tidak dipenuhi jarak. Ada kejujuran, ada kerinduan yang terselip tanpa pernah mereka sadari sebelumnya.

Jemari Arvenzo menahan tengkuk Velora, menolak melepaskannya. Velora yang awalnya kaku perlahan luluh, membalas ciuman itu dengan hati berdebar kencang. Dadanya sesak, bukan karena luka atau sakit tapi karena rasa hangat yang semakin tak bisa ia pungkiri.

Saat akhirnya Arvenzo melepaskan ciuman itu, ia menatap Velora lama. Nafas keduanya masih tersengal.

“Lima bulan...” suara Arvenzo serak, matanya berkilat. “Dan baru kedua kalinya aku bisa merasakan ini lagi denganmu.”

Velora menunduk, wajahnya merah padam, bibirnya bergetar. Ia tak bisa berkata apa-apa, tapi hatinya berteriak, jangan berhenti, jangan lepaskan aku lagi.

1
Rahma Rain
coba Arvenzo tersenyum sedikit ke arah Velo pasti suasana nya tidak akan secanggung ini.
Rahma Rain
puji dengan kata2 yg manis dong Arvenzo. biar kehidupan rumah tangga mu nggak kaku
Nurika Hikmawati
lebih tepatnya mencoba fokus ya Vel... takut pikiranmu traveling 😂😂
Nurika Hikmawati
walopun Velora dokter di situ, tp emang boleh masuk ke dapur RS trus masak sendiri
Nurika Hikmawati
keluarga arvenzo serem juga ya, tapi Leona juga yg salah. berani bermain api, skg jadinya terbakar sendiri
mama Al
Alhamdulillah velora di terima keluarga Arvenzo
Dewi Ink
velora juga gak bakal ngebolehin, makanya dia turun tangan
Dewi Ink
hemm sepertinya lezat..kasian kalo sakit, gak doyan makanan RS
Istri Zhiguang!
Tapi setiap aku ngeliat sifat dingin Arvenzo, aku selalu keinget dia yang dulu selalu make mantan pacarnya buat nganu/Shy/ ini Arvenzo emang beneran baik dan cinta ke Velora atau cuma bermuka dua aja ya?
Istri Zhiguang!
Semoga Mama Mela gak kayak mertua lainnya yang bakal merintah menantunya sesuka hati
Istri Zhiguang!
Manggilnya langsung ayah/Facepalm/
Rosse Roo
Kiss yg kedua, tp rasanya lebih berbeda eaaa dr yg prtma🤭🤭
Rosse Roo
Aaaaa Lanjut Ar, lanjut di rumah aja. masih di RS soalnya/Facepalm/
Drezzlle
Arvenzo masih malu2 kucing /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
Maunya di suapin ya Ar
Drezzlle
enak ya punya teman yang solid gini
🌹Widianingsih,💐♥️
Deg-degan dong pastinya jantung 💓💓 Velora, sekalinya memandikan lap suaminya sendiri yang selama ini belum tau dalamnya🤪
🌹Widianingsih,💐♥️
Velora jadi nambah gelar baru nih.
Seorang dokter iya profesinya, istri statusnya sekarang jadi perawat dengan pasien suaminya sendiri🤭🤭
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
sepertinya Leona bakal hancur di tangan arvenzo. syukurin deh.
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
arvenzo kl udah marah, nyeremin juga ya Thor. untung aja dia langsung balas perbuatannya si Leona.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!