Mengulang Waktu Untuk Merubah Takdir

Mengulang Waktu Untuk Merubah Takdir

BAB 1 KELAHIRAN KEMBALI

"Seret para pengkhianat itu ke tiang pancung!"

Pintu sel penjara besi segera terbuka. Seorang prajurit dengan zirah hitam bergegas memasuki sel dan menyeret seorang pria dan wanita paruh baya keluar dari tempat itu.

Dua orang yang diseret sama sekali tidak bisa meronta. Sebab, tubuh mereka dipenuhi dengan luka sayat dan lebam di mana-mana. Hanya rintihan kecil yang keluar dari mulut berdarah mereka.

Segera, sepasang Ibu dan anak itu hampir mendekat tiang pancung yang berada di tengah alun-alun kota.

Sorakan warga yang berkumpul menggema di seluruh penjuru arah. Mereka mengutuk dan melempari para pengkhianat dengan telur busuk dan batu besar.

"Pengkhianat! Seharusnya kalian mati! Berani-beraninya kalian

menyulut api di tanah yang damai ini!"

"Mati dan membusuklah di neraka! Kalian tidak pantas untuk hidup!"

"Pengkhianat seperti itu tidak seharusnya mati dengan mudah! Siksa mereka! Siksa mereka!"

Max mengerjapkan mata sembari menoleh pelan ke sisi kirinya. Mata warga yang menatap berkobar.

Menunjukkan kebencian dan rasa jijik yang tak dapat dideskripsikan oleh kata. Pria yang sedang diseret oleh prajurit itu hanya bisa mendengkus pendek dan tersenyum kecil ketika

melihat mereka.

Amarah dan dendam menumpuk di dadanya. Jika dia cukup pandai dalam menilai situasi dan keadaan, mungkin dia tidak akan terjebak oleh skenario buruk yang telah diciptakan orang itu untuk menggulingkannya. Namun, semua amarah dan dendam itu tidak akan pernah bisa Max lampiaskan, karena ini adalah hari terakhir dia membuka mata dan menikmati udara

kotor di sekitarnya.

"Penjahat! Kembalikan anakku! Kembalikan!" Seorang pria paruh baya berlari ke arah prajurit yang membawa Max dan mengguncang tubuh pria pengkhianat itu dengan kuat.

"Kau membunuhnya! Kau membunuhnya! Keparat! Kembalikan

anakku!" Pria paruh baya itu meraung dengan air mata berderai di wajah. Max yang diguncang keras hanya bisa menatap kosong, sampai prajurit lain memisahkan pria paruh baya itu

dari tubuhnya.

Kutukan kembali terdengar dari segala arah. Tubuh Max dan ibunya telah tiba di depan tiang pancung dan kepala mereka telah diletakkan pada cekungan tempat jatuhan pisau pada

leher terdakwa.

Semua kutukan yang dilontarkan warga lenyap ketika seorang pria tampan dengan jubah kekaisaran melangkah ke depan tiang pancung dengan membawa gulungan dekrit Kekaisaran. Temperamennya begitu kuat dan auranya sangat mnendominasi. Salah satu sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum kecil yang penuh dengan penghinaan.

Suara pria itu perlahan terdengar memecahkan keheningan.

"Maximiliam dan Riana Margarith. Melalui dekrit ini, saya Julius Navelitan Zenos selaku Putra Mahkota Kekaisaran Zenos mewakili Yang Mulia Kaisar, menjatuhkan hukuman mati atas perbuatan tercela yang telah kalian perbuat."

Begitu suara itu jatuh, semua warga yang berkumpul terhenyak dan jatuh dalam ketakutan tiada tara karena aura kuat yang dipancarkan oleh sang Putra Mahkota. Sementara Max, pria itu

diam-diam menggenggam erat tangan sang ibu yang berada di sampingnya.

"Maximiliam sang pengkhianat yang telah menodai Kekaisaran Zenos dengan memimpin pasukan pemberontak, serta melakukan pembunuhan terhadap warga. Tidak hanya itu, Maximiliam juga telah melakukan pemerkosaan terhadap salah satu putri dari keluarga bangsawan Duke Henston.

"Sementara Riana Margarith, selaku ibunya berusaha menutupi

semua perbuatan tercela Maximiliam dan dia juga telah membunuh ketua penyidik yang hendak menangkap anaknya. Dengan ini, saya menyatakan kejahatan yang telah dilakukan

keduanya tidak dapat lagi untuk menerima pengampunan."

Setelah membaca dekrit kekaisaran, Putra Mahkota Julius

Navelitan menutup gulungan dekrit dan berbalik arah menatap warga dengan wajah sendu dan penuh dengan kesedihan.

Dia berkata dengan kepala tertunduk dan wajah muram, “Untuk

seluruh keluarga korban, saya harap kalian bisa tenang sekarang. Karena ketua para penjahat ini akan segera menerima hukuman atas perbuatannya. Mungkin ini tidak dapat mengurangi rasa sedih keluarga korban. Namun, saya harap keluarga korban dapat mengikhlaskan mereka yang telah pergi. Mereka pasti akan bersukacita saat kedua penjahat ini dieksekusi."

Julius mengangkat wajah. Dia masih mempertahankan mimik

menyedihkan di wajah tampannya. Bahkan kedua bola mata tajam itu tampak berkaca-kaca. Seakan, dia ikut merasakan apa yang dirasakan oleh keluarga korban pembunuhan yang

dilakukan oleh para terpidana.

Sementara Max yang mendengar semua ucapan Julius, kembali mengukir senyum pahit di wajahnya. Max bersumpah akan mengutuk seluruh keluarga kekaisaran bahkan ketika dia sudah berada di alam kematian. Max tidak akan pernah memaafkan semua orang yang telah membuatnya dan sang ibu berakhir seperti ini.

"Maximiliam, ini adalah akhir yang indah untuk pengkhianat

sepertimu." Julius yang berdiri tepat di depan Max, berbisik pelan dengan penuh penekanan. Setelah itu, dia melangkah mendekati tali yang terhubung dengan pisau yang berada di

atas tiang pancung. Dengan gerakan elegan dan penuh kharisma, Putra Mahkota yang dikenal dengan kebijaksanaan dan keadilannya itu, perlahan mencabut sebilah pedang dari sarung yang berada di pinggangnya.

"Wahai Rakyat Zenos! Inilah hukuman yang akan kalian terima jka berani menodai tanah yang damai ini." Dalam satu kali ayunan, bilah pedang itu memutus tali yang menahan beban pisau di atas tiang pancung. Pisau persegi panjang itu pun jatuh tepat di leher Max dan ibunya. Dua kepala segera berguling ke depan dengan semburan darah. Tepat ketika sorak sukacita warga menggema, kalung dengan bandul berbentuk tetesan air mata berwarna merah yang terjatuh dari leher Max, perlahan mengeluarkan cahaya kemerahan.

Julius yang peka terhadap energi sihir segera menoleh ke belakang. Namun, terlambat, sebelum dia bergerak, cahaya merah itu secara bertahap semakin terang dan menyebar hingga menutupi seluruh bidang pandangan.

Saat cahaya kemerahan itu merambah ke penjara bawah tanah kekaisaran, seorang wanita dengan gaun putih kusam yang terikat di dinding sel tahanan membuka kedua matanya dengan sedikit senyuman.

"Maximiliam, para dewa tidak pernah meninggalkanmu. Berjuanglah untuk memperbaiki dunia yang telah dirusak oleh tangan-tangan kotor itu. Aku akan menunggumu di sana. Sampai jumpa." Wanita itu bergumam di dalam hati, sembari menutup kedua matanya dengan tenang. Cahaya merah segera menyelimuti seluruh permukaan benua.

***

Seorang pemuda terbangun dari tidur dengan napas terengah. Dia segera memegang leher dengan gerakan cepat. Rasa sakit itu terasa sangat nyata dan semua kenangannya perlahan

memenuhi isi kepala. Keringat dingin membanjiri dahi hingga lehernya. Entah apa yang terjadi. Max yakin dan ingat betul bahwa beberapa saat yang lalu, kepalanya telah terlepas dari

leher. Rasa sakit itu masih dia rasakan hingga wajahnya memerah. Napasnya pun semakin memburu. Max nyaris hilang kesadaran karena memegang leher dengan banyak tenaga.

"Apa yang terjadi?" gumam pemuda itu di sela mengatur deru

pernapasan.

Seharusnya dia sudah mati di tiang pancung. Namun, mengapa dia masih bisa bernapas? Semua pertanyaan aneh dan pemikiran tidak logis segera menghimpit ribuan kenangan yang masih berputar di kepala Max. Dia sama sekali tidak tahu mengenai situasi ini.

Segera napas pemuda itu kembali stabil setelah dia berjuang keras mengontrol pernapasan. Max mengedarkan pandang ke sekitar. Tempat ini terasa tidak asing. Seingat Max, tempat ini adalah kamarnya ketika dia masih tinggal di sebuah rumah tua yang berada di pinggiran desa kecil daerah Kekaisaran Zenos.

Namun, dia ingat, bahwa dia dan ibunya sudah lama pindah dari rumah ini.

Mengapa dia masih berada di rumah ini? Tiba-tiba Max berhenti mengedarkan pandang. Satu pemikiran segera terlintas di benaknya. Memikirkan hal itu, jantungnya segera

berdebar. Dia perlahan turun dari ranjang bambu dan berdiri diam di tengah-tengah kamar.

"Apa aku kembali ke masa lalu?" Suara pemuda itu serak dan ada getaran halus di tiap kata yang dia ucapkan.

Sungguh, Max tidak percaya akan hal ini. Bagaimana mungkin dia bisa kembali ke masa lalu? Atau semua kenangan yang berada di otaknya saat ini hanyalah mimpi buruk belaka? Rasanya tidak. Jika itu mimpi, Max tidak akan mengingatnya begitu jelas dan rinci.

Jika dia kembali ke masa lalu, itu artinya sang ibu masih hidup dan ada di rumah ini. Memikirkan hal itu, Max segera meninggalkan kamarnya dengan langkah tergesa. Dia menuju ke kebun kecil yang berada di belakang rumahnya. Seingat Max, setiap pagi dan sore ibunya akan selalu berada di

kebun itu untuk merawat senmu tanamannya.

Langkah Max terhenti ketika dia menginjakkan kaki di ambang pintu belakang rumah. Tatapannya terfokus pada punggung wanita paruh baya yang sedang berjongkok memetik tomat

merah. Untuk sesaat, napas Max kembali tercekat. Dia tidak pernah merasa seemosional ini. Namun, kali ini matanya memerah ketika melihat punggung sang ibu. Apa yang dia lihat

adalah nyata. Udara segar nan dingin yang dia rasa, juga sangat nyata. Semesta benar-benar mengembalikan dirinya ke masa lalu.

"Ibu." Max memanggil masih dengan suara seraknya. Lingkungan sekitar sangat sunyi, hingga suara kecil Max dapat didengar oleh sang ibu yang berjarak tak jauh darinya. Wanita paruh baya itu menoleh tanpa bangkit dari posisinya. Wajah itu masih terlihat muda dan bersahaja. Itulah pemikiran Max ketika melihat wajah ibunya saat ini. Ketika wanita paruh baya itu tersenyum, kecantikannya masih terlihat dengan nyata.

"Max, ada apa denganmu? Mengapa wajahmu pucat seperti itu?" Sang ibu sedikit cemas ketika melihat wajah Max yang tampak tidak normal. Dia bangkit dan melangkah cepat mendekati sang putra. Sebelumn ibu tiba di depannya, Max menunduk dengan senyum tipis terukir di wajah. Pemuda itu diam-diam menyeka air mata dari kedua sudut matanya.

"Aku kembali. Ya. Aku benar-benar kembali ke masa lalu. Terima kasih semesta. Terima kasih karena telah memberiku kesempatan kedua," gumam pemuda itu di dalam hati

***

Terpopuler

Comments

Dewiendahsetiowati

Dewiendahsetiowati

hadir thor

2025-10-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!