NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Sang Naga Semesta

Reinkarnasi Sang Naga Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Kultivasi Modern
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

"Ada sebuah kisah kuno dari gulungan tua... tentang seekor naga yang tak mati meski semesta memutuskan ajalnya."

Konon, di balik tirai bintang-bintang dan bisikan langit, pernah ada satu makhluk yang tak bisa dikendalikan oleh waktu, tak bisa diukur oleh kekuatan apa pun—Sang Naga Semesta.
Ia bukan sekadar legenda. Ia adalah wujud kehendak alam, penjaga awal dan akhir, dan saksi jatuh bangunnya peradaban langit.

Namun gulungan tua itu juga mencatat akhir tragis:
Dikhianati oleh para Dewa Langit, dibakar oleh api surgawi, dan ditenggelamkan ke dalam kehampaan waktu.

Lalu, ribuan tahun berlalu. Dunia berubah. Nama sang naga dilupakan. Kisahnya dianggap dongeng.
Hingga pada suatu malam tanpa bintang, seorang anak manusia lahir—membawa jejak kekuatan purba yang tak bisa dijelaskan.

Ia bukan pahlawan. Ia bukan penjelajah.
Ia hanyalah reinkarnasi dari sesuatu yang semesta sendiri pun telah lupakan… dan takutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Udara sore itu masih dipenuhi aroma debu dan semen basah.

Banyak pekerja sibuk memperbaiki fasilitas umum yang hancur akibat pertempuran besar melawan pasukan Nebula beberapa minggu lalu. Lampu jalan baru dipasang, ayunan diganti dengan yang lebih kuat, bahkan trotoar ditambal agar anak-anak bisa kembali berlarian tanpa takut terperosok.

Asterion berjalan santai di samping ibunya, Elsha, yang menggandeng tangannya dengan lembut. Dari luar, ia tampak seperti anak kecil biasa berusia tiga tahun. Tapi dalam pikirannya, suara sarkastis dan penuh kejengkelan terus berputar:

“Nebula, anak sialan itu sungguh merepotkan. Kenapa juga bisa sampai ke bumi? Apa semesta sudah kehabisan tempat untuk mengirim makhluk itu?!”

Ia melirik ke sekeliling. Ada beberapa pekerja masih mengangkat puing-puing, beberapa anak bermain di taman dengan wajah polos tak tahu apa yang pernah terjadi di sini. “Ya… setidaknya mereka masih bisa tertawa."

Namun, di tengah semua keramaian itu… Asterion merasakan sesuatu.

Langkah seseorang yang selalu berada dalam jarak yang sama. Pandangan samar yang menempel di punggungnya.

Hm? Sepertinya ada penguntit.

Tiba-tiba, ponsel Elsha berdering. Ia mengangkatnya, lalu wajahnya berubah sedikit panik.

“Oh tidak… dompetku ternyata tertinggal di toko baju sebelumnya! Untung saja mereka menemukannya. Aku harus kembali mengambilnya.”

Asterion menoleh cepat. “Oh, kalau begitu Ibu duluan saja. Aku akan menunggu di taman bermain itu.”

Elsha menunduk, menatap anaknya dengan cemas. “Kau yakin? Jangan menerima ajakan orang asing, mengerti? Dan jangan pergi jauh-jauh, Ibu akan segera kembali.”

Asterion mengangguk manis, meski dalam hati ia bergumam, “Role model anak baik-baik, padahal aku bisa menghapus satu dimensi dalam sekejap kalau perlu.”

Beberapa menit kemudian, Asterion duduk di ayunan, menggoyang kakinya pelan. Sesekali ia mendengar anak-anak lain tertawa, suara rantai ayunan berderit, dan semilir angin yang membawa aroma tanah basah.

Dan benar saja—orang itu mulai mendekat.

Seorang pria dengan kacamata hitam besar, topi lebar, dan mantel hitam lusuh. Dari jauh saja sudah terlihat mencurigakan, apalagi cara jalannya lambat tapi pasti, seperti predator mendekati mangsanya.

Asterion menatapnya dengan ekspresi dingin.

“Apa maumu?”

Pria itu berhenti sejenak. Lalu—tanpa diduga—dia langsung berlutut di hadapan Asterion.

Anak-anak di sekitar taman berhenti bermain. Beberapa orang tua memandang heran.

“Eh, hei om… apa yang kau lakukan?” Asterion buru-buru bersuara sarkastis. “Lagi role play, kah? Cepat berdiri, kau bikin malu. Aku jadi bahan tontonan, tahu nggak?!”

Namun pria itu menunduk semakin dalam. Suaranya bergetar penuh emosi.

“Ahhh… akhirnya. Pelayan ini menemukan anda… Yang Mulia.”

Asterion: “…”

APA-APAAN INI?!

Pria itu menyingkap kacamatanya. Sepasang mata ungu berkilau terlihat jelas, berkaca-kaca seperti sedang bertemu cinta pertamanya.

“Tidak salah lagi… ini adalah reinkarnasi anda. Meski aura anda sangat tipis, namun ini… tetap aura rajaku!”

Ia bersujud dalam-dalam. “Pelayan ini… menyambut kelahiran kembali sang Raja!”

Situasi Jadi Ambigu

Kerumunan mulai berbisik-bisik.

“Eh, kenapa pria itu bersujud pada anak kecil?”

“Manggil rajaku segala… jangan-jangan sekte aneh?”

“Role player? Tapi kok bawa anak-anak? Ih, nggak etis banget.”

Asterion terdiam, wajahnya kaku seperti patung. Dalam hati ia meraung:

“SIALAN! Aku ingin menyembunyikan kepalaku ke dalam tanah sekarang juga!”

Ia mencoba tersenyum kaku. “Eh… sepertinya kau salah orang. Kalau mau role play, cari orang lain, om. Jangan di sini. Kau malah kelihatan kayak… PEDO nyari mangsa!”

“APA?!” Orang-orang sekitar langsung bergidik. Beberapa ibu buru-buru menutup mata anaknya.

Pria itu menatap Asterion dengan ekspresi hancur. “A… apakah anda melupakan saya? Dan… membuang saya? Setelah kejadian malam itu…?”

“…”

KEJADIAN MALAM ITU APA?!

Suasana taman langsung penuh keheningan aneh. Bisik-bisik semakin heboh.

“Ya ampun, jangan-jangan beneran ada apa-apa sama anak itu?”

“Polisi! Panggil polisi!”

Asterion langsung panik. “SIALAN KAU!” Ia buru-buru menarik kerah pria itu dan menyeretnya keluar taman. “Kau bikin situasi makin ambigu, dasar bajingan!”

Mereka akhirnya tiba di sebuah jalan kecil di samping taman, cukup sepi dari keramaian. Asterion melepaskan genggamannya dan menatap pria itu dari bawah ke atas.

“Kau… jangan-jangan… kau…” Asterion menyipitkan mata, wajahnya gelap.

“…Nebula?”

Pria itu langsung berbinar-binar.

“Rajaku!” Ia bersiap untuk kembali bersujud—

BAGH!

Tendangan kecil dari kaki mungil Asterion menghantam wajahnya. Pria itu terhuyung, topinya jatuh ke tanah.

“BERHENTILAH melakukan itu di depan umum, dasar bocah bajingan!” Asterion berteriak, mukanya memerah. “Aku sudah cukup jadi tontonan gratis tadi! Kau mau aku masuk berita esok pagi dengan judul: Anak kecil jadi pemimpin sekte pedo cosplay?!”

Pria itu menatap Asterion dengan senyum tipis terukir di bibirnya.

“Aku… akhirnya menemukanmu lagi.”

Asterion menghela napas panjang, menyandarkan tubuh kecilnya di bangku taman yang sepi. Rambut hitam pendeknya sedikit berantakan karena angin sore, sementara Nebula berdiri tegak di depannya dengan penuh hormat, seperti ksatria yang bertemu rajanya.

“Ngomong-ngomong,” Asterion memecah keheningan dengan nada datar, “bagaimana caramu bisa merubah bentuk jadi manusia seperti ini?”

Nebula tersenyum tipis, menunduk sopan.

“Menyamar menjadi suatu makhluk adalah hal yang mudah bagi saya, Tuan.”

Asterion melotot. “Kalau mudah, kenapa kau malah memilih wajah seperti orang pengangguran, hah? Lihat dirimu—kumal, mata disembunyikan kacamata item, topi lusuh pula. Apa kau sedang audisi jadi figuran kriminal di drama Korea?!”

Nebula justru menjawab polos, “Setelah lama mengamati… wajah ini yang paling populer di sini.”

“POPU…LER?!” Asterion hampir terjatuh dari bangku. “Populer apanya, jingan! Itu populer buat ditangkap polisi!”

Nebula tampak bingung, tapi masih serius. “Benarkah? Padahal menurut pengamatanku, banyak manusia berkeliaran dengan tampilan seperti ini tanpa masalah.”

Asterion menepuk wajahnya sendiri. “Ya Tuhan semesta, aku rindu jadi naga. Setidaknya dulu tak ada yang bikin kepalaku sakit begini.”

Ia kemudian menatap Nebula lebih tajam. “Tapi… kenapa aku tidak merasakan sedikitpun kekuatanmu? Kau… benar-benar jadi lemah?”

Nebula menggeleng. “Saya menyembunyikannya, Tuan.”

“Hm.” Asterion mengangguk singkat, lalu menatap lurus ke mata ungu Nebula. “Apakah kau baik-baik saja… saat menerima serangan terakhir waktu itu?”

Nebula tersenyum miring, penuh kepercayaan diri. “Makhluk fana seperti manusia tidak akan pernah bisa melukai saya. Bahkan menggores saya saja, mereka tidak pantas.”

Namun wajahnya tiba-tiba berubah serius.

“…Meski begitu, serangan dari manusia bernama Moon Seok Hyun waktu itu… membuat saya sedikit gatal.”

Asterion langsung terbatuk. “Sedikit… gatal?!”

Nebula mengangguk seolah menyampaikan kebenaran mutlak. “Saya tak percaya manusia bisa sampai ke titik itu.”

“Titik apa?” Asterion mengernyit.

Nebula menjawab tenang, “Titik bahwa mereka layak menjadi alat garuk.”

“…”

Asterion terdiam. Bibirnya bergetar menahan tawa frustasi. “Alat… garuk? Jadi semua pertempuran epik dan berdarah-darah itu cuma kau simpulkan jadi… garukan punggung?! Dasar bajingan kosmik!”

Nebula lalu menatap Asterion dari atas ke bawah, ekspresinya bingung.

“Namun… saya tetap tidak mengerti. Kenapa tubuh Anda sekecil ini? Bukankah dulu Anda—”

Tangannya bergerak, menunjuk udara, membentuk siluet tubuh perkasa penuh sisik dengan tangan.

“—seperti ini? Tubuh raksasa naga semesta yang menakutkan. Kulit Anda bersinar, penuh sisik. Wajah Anda… penuh taring tajam. Tapi sekarang…”

Ia menatap Asterion lama-lama, wajahnya semakin bingung.

“…Kenapa Anda jadi… imut?”

“…”

BAGH! Tendangan kilat Asterion mendarat tepat di selangkangan Nebula.

“AKU TIDAK INGIN MENDENGAR ITU DARI MULUTMU!” teriaknya, wajah merah padam.

Nebula terhuyung, menatap kebawah… lalu bingung. “Eh?”

Asterion terengah, menunggu jeritan kesakitan. Tapi Nebula malah berdiri tegak.

"Kau..tidak merasakan apapun?"

“Apa yang harus saya rasakan, Tuan?”

Asterion melotot. “Sakit, lah! Aku menendang selangkanganmu dengan keras!”

Nebula mengangkat alis, benar-benar tidak paham. “Sakit… di mana?”

“Ya jelas—di SELANGKANGANMU!”

Nebula menunduk sebentar, lalu mengangkat kepala dengan ekspresi polos.

“Apakah Anda lupa? Bintang tidak punya kelamin. Dan Anda juga, sang Naga Semesta, tidak punya kelamin.”

“…”

Asterion mematung. Otaknya blank. “Ohhh… tidak ada kelamin, ya…”

Namun sedetik kemudian ia membeku.

“—TUNGGU DULU. TIDAK ADA KELAMIN??!”

Dengan panik, ia langsung menarik celananya sedikit, menunduk memeriksa “adik kecilnya”. Hening sejenak.

Lalu Asterion menghela napas lega. “Hahh… ternyata aku normal. my little brother masih sehat walafiat."

Nebula hanya bisa menatap bingung. “Ada apa, Rajaku?”

Asterion buru-buru berdeham. “Bukan apa-apa. Dan jangan panggil aku Raja. Aku bukan lagi naga semesta. Namaku sekarang… Asterion.”

Nebula terdiam, lalu menunduk. “Sesuai keinginanmu, Ra—maksud saya, Tuan Asterion.”

Asterion menyilangkan tangan mungilnya. “Lalu, bagaimana caramu bisa sampai ke bumi? Dan kenapa bisa menemukan aku di antara miliaran planet di semesta ini?”

Nebula hendak menjawab, bibirnya mulai terbuka—

“Tunggu dulu, Tuan. Itu panjang ceritanya. Saya berkelana melalui—”

Tiba-tiba, suara teriakan memotong kalimatnya.

“MENJAUHLAH DARI ANAKKU, DASAR PENCULIK!!”

Asterion membeku. Oh tidak…

Ia langsung mengenali suara itu. “Ibu…”

Dari kejauhan, Elsha berlari panik bersama dua polisi patroli. Mata ibunya melebar, wajahnya pucat ketakutan.

Sementara dua polisi sudah mengeluarkan pentungan listrik mereka.

Asterion buru-buru berdiri. “Ibu, tunggu! Ini bukan—”

Nebula masih tenang, menoleh ke arah Elsha. “Ah… sepertinya manusia salah paham. Tenang saja, Rajaku, biar saya jelaskan.”

“JANGAN!” Asterion panik.

Tapi terlambat. Nebula menegakkan tubuhnya, lalu tiba-tiba bersujud lagi tepat di depan Asterion, dengan suara lantang:

“Yang Mulia, izinkan hamba melindungi Anda dari segala ancaman, termasuk… monster betina itu!”

“…”

Elsha langsung tertegun. Polisi menatap dengan wajah ngeri sekaligus bingung.

“Dia barusan bilang apa?”

“Tadi ‘Yang Mulia’? Jangan-jangan… sekte penculik anak?”

Kerumunan kecil mulai terbentuk. Orang-orang yang melihat dari jauh mulai mengeluarkan ponsel, merekam.

Asterion merasa keringat dingin mengalir deras di pelipisnya. SIALAN, INI KENAPA JADI BEGITU?!

Polisi pertama maju dengan pentungan. “Hei, kau! Angkat tanganmu dan menjauh dari anak itu!”

Nebula hanya menoleh sekilas, senyumnya tipis.

“Manusia… jangan menghalangi saya dan Rajaku.”

“Oh tidak… oh tidak… ini akan buruk…” Asterion mulai melompat-lompat di tempat, berusaha mengalihkan perhatian. “Hei! Aku baik-baik saja! Dia bukan penculik! Kami hanya… eh… main peran!”

Kerumunan: “MAIN PERAN APA SAMPAI NYEBUT ‘RAJAKU’ SEGALA?!”

Elsha menjerit. “Asterion! Cepat lari dari sana! Dan datang ke ibu!”

“…”

Asterion akhirnya menutupi wajahnya dengan kedua tangan kecilnya.

“…Aku sungguh ingin mengubur diriku hidup-hidup sekarang.”

1
Candra Fadillah
hahahahahaha, naga semesta yang perkasa di cubit oleh seorang wanita
Unknown
keren kak, semangat teruss
RDXA: siap terimakasih atas dukungannya /Determined/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!