NovelToon NovelToon
My Beloved Presdir

My Beloved Presdir

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Tamat
Popularitas:70.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Poel Story27

Kesedihan Rara mencapai puncak hanya dalam waktu satu hari.

Setelah orang tuanya batal menghadiri acara wisudanya, Rara malah mendapati kekasihnya berselingkuh dengan sepupunya sendiri.

Rara mendapati kenyataan yang lebih buruk saat ia pulang ke tanah air.

Sanggupkah Rara menghadapi semua cobaan ini?

Ig : Poel_Story27

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poel Story27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Punya Pilihan

"Jef, perlihatkan padanya!" perintah Brian pada asisten pribadinya yang sedari tadi hanya diam saja.

Jefri memberikan sebuah map berwarna coklat kepada kepada Rara. "Silahkan Nona baca!" ujarnya.

Rara membuka map tersebut dan mulai memabaca perlahan. Raut wajah Rara yang tadinya tenang, mulai berubah di selimuti ketakutan, yang menyiratkan kesedihan.

Lidya menggigit bibir bawahnya, seolah dapat merasakan kesedihan yang kini dirasakan Rara. Sebenarnya ia tidak tega untuk mengancam calon menantunya itu, tapi ini harus mereka lakukan. Karena mereka tahu Rara bukanlah wanita lemah, yang mudah menyerah begitu saja.

Rara selesai membaca isi map tersebut, lalu menatap pilu ke arah Brian dan Lidya secara bergantian.

"Om ... Tante! Aku tidak tahu apa keluarga kaya seperti kalian masih kekurangan harta, sehingga melakukan hal licik seperti ini, kepada orang biasa sepertiku. Aku memang lemah dan tidak mampu melawan kekuasaan keluarga Om. Jadi ... silahkan Om ambil semua yang aku punya seperti yang tertera di berkas ini. Tapi aku berharap dapat meminta sedikit, kemurahan hati Om dan Tante. Tolong ... beri aku keringanan, silahkan Om ambil semuanya tapi jangan ambil Rio. Biarkan Rio tetap menjadi milikku," isak Rara dengan suara begetar.

Hampir saja Lidya tidak mampu menahan airmata, mendengar penuturan Rara, ia dengan cepat mengalihkan wajahnya ke samping. 'Semua ini demi kebaikanmu, Nak!' gumamnya.

"Di perjanjian itu juga tertulis kau akan menyerahkan Rio jika menolak lamaran ini," sahut Brian dengan nada datar.

Rara menghela napas, ia mencoba mengkondisikan tubuhnya yang gemetaran. "Tapi mengapa Om harus mengambil Rio, masih banyak anak di luar sana, yang bisa Om adopsi sebagai cucu, mengapa harus anakku!"

Brian tersenyum tipis. "Keluargaku terbiasa mendapatkan apa yang kami inginkan. Kami menyukai Rio, dan aku harus mendapatkan apa yang aku suka!"

Lidya menggelengkan kepala, sambil memelototi Brian. Ia merasa perkataan suaminya itu terlalu keras dan melebihi batas, yang mungkin bisa membuat Rara terpukul.

Rara menghela napas dalam-dalam. Ia tidak mengerti mengapa masalah demi masalah terus merundungnya. Bahkan kini terasa lebih buruk, apa salah dirinya terlahir ke dunia ini, sehingga terus mendapat cobaan.

Andai bisa memutar waktu, Rara ingin kembali kembali ke masa kecilnya. Dimana ia selalu mendapat kebahagiaan dan kasih sayang berlimpah, Rara tidak mengenal yang namanya sedih dan luka di masa kecilnya.

Roda memang berputar 180derajat, saat Rara hidup sebagai wanita dewasa, lalu roda itu seperti stuck di bawah, seperti tak mau lagi bergerak ke atas.

"Nak ... kami tidak berniat memisahkanmu dengan Rio, kami hanya menyukai anak itu. Dan tidakkah kau lihat Rio bahagia bertemu kami, dengan menikah dengan putraku kau malah menambah kebahagiaan Rio, tidakkah kau pikirkan sanpai ke situ? Kau pun tetap memiliki anakmu dengan menjadi menantu kami, kita besarkan Rio bersama-sama!" ucap Lidya pelan.

Lidya membuka kotak kecil berisi sebuah cincin yang dibawanya. Cincin itu terlihat sangat mewah, dengan ring platinum tipis. Di atas cincin itu terdapat batu berlian mikro-pavé yang sangat langka dengan harga yang mencapai ratusan miliar.

"Kemarikan jarimu, Nak!" Lidya hendak memasangkan cincin yang di pegangnya.

Rara tidak punya pilihan, ia terpaksa mengulurkan tangannya yang gemetaran. Lidya segera memasangkan cincin tersebut, cincin itu semakin terlihat indah, setelah terselip di jari manis Rara.

Rara memandangi keindahan cincin yang kini terselip di jari manisnya. Meskipun matanya mengagumi keindahan cincin itu, tapi hatinya terasa hampa.

Ia tidak bahagia menerima cincin itu, bahkan di saat ada jutaan gadis di dunia, yang hanya bisa bermimpi untuk memiliki, cincin yang bertahtakan batu berlian mikro-pavé itu.

Lidya tersenyum senang, ia berhasil mengikat Rara, meskipun dengan paksaan untuk saat ini. Ia percaya pada waktunya nanti Rara akan menyadari, semua yang ia lakukan saat ini, adalah untuk kebaikan Rara sendiri.

"Baiklah, Nak! Semuanya sudah selesai, dan hari pun sudah mulai larut, jadi kami pamit pulang!" ujar Lidya.

"I-iya Tante! jawab Rara.

"Simpanlah salinan perjanjian itu, kau akan membutuhkannya, sedangkan yang asli tetap milik kami," ujar Brian.

Lidya menyikut perut suaminya yang terlalu berlebihan mengintimidasi Rara

Lidya tersenyum pada Rara. "Nak, kami akan menjadi mertuamu, jadi jangan panggil Tante lagi, panggillah ayah dan ibu, dan anggap kami seperti orang tua kandungmu!"

Rara mengangguk pelan.

"Apa ibu boleh memelukmu?" tanya Lidya.

Lidya mendekat tanpa menunggu jawaban Rara, ia pun memberikan pelukan hangat penuh kasih sayang, kepada calon menantunya itu.

Lidya melepaskan pelukan itu. "Baiklah, Nak! Kami pamit pulang. Dan pernikahanmu akan dilaksanakan 1-minggu lagi."

Rara mengantarkan orang tua Sean sampai ke depan pintu, lalu kembali masuk ke dalam, setelah orang tua Sean beranjak pergi.

Rara duduk termenung, Luna dan bi Eni datang menghampirinya setelah Rio tertidur.

"Ada apa, Ra?" tanya Luna yang dapat melihat kegelisahan di wajah Rara.

"Kamu lihat aja sendiri!" Rara menunjuk map yang tadi diberikan Jefri.

Luna membaca surat perjanjian tersebut. "Mereka menjebakmu!" serunya.

Rara mengangguk.

Bi Eni mengkerutkan dahinya. "Sepertinya tidak mungkin nyonya Lidya menjebak, Non. Nyonya Lidya orang baik, dan dia adalah teman nyonya Maira. Bibi tidak percaya nyonya Lidya berniat buruk, mungkin ada sesuatu yang dia sembunyikan. Kemungkinan dia melakukan ini untuk melindungi Non dari nyonya Maya dan tuan Dion," ucap bi Eni sambil mengusap lembut punggung Rara.

"Nyonya Lidya temannya mama?" tanya Rara tidak percaya.

"Benar, Non! Waktu itu dia datang ke sini, dan bibi menceritakan bahwa nyonya sudah tidak ada. Bibi dapat melihat dia sangat terpukul mendengar nasib malang nyonya Maira. Non jangan khawatir, nyonya Lidya tidak akan memiliki niat buruk pada Nona Rara," papar bi Eni.

"Dan jika diperhatikan isi perjanjian ini. Sama sekali tidak ada yang merugikanmu, selain menikah dengan Sean yang sakit jiwa itu!" celutuk Luna yang diiringi tawa mengejek.

"Sialan ... bisa-bisanya kamu menertawakanku di saat dirundung masalah," geram Rara kesal.

Luna mencibir. "Terserah! Aku ngantuk, mau tidur," ujarnya seraya berjalan menuju kamar.

Bi Eni juga menyusul meninggalkan Rara.

Rara masih terdiam di tempat duduknya untuk beberapa saat, sebelum beranjak ke kamarnya. Ia masih memikirkan apa yang sedang terjadi, apa yang direncanakan ibu Lidya? Baikkah untuknya?

'Aku harus mencari tahu semuanya, termasuk bagaimana mereka bisa mendapatkan tanda tanganku itu,' gumam Rara sambil mematikan lampu kamarnya.

Rara mulai memejamkan matanya, lalu terbangun setelah hari sudah pagi. Rara turun dari tempat tidur, ia bersiap untuk melakukan aktivitas sehari-harinya.

Rara keluar dari kamar, mereka melakukan sarapan bersama. Dilanjutkan dengan mengantar Rio ke sekolah.

Kemudian Rara kembali memacu mobilnya menuju kantor. Baru saja Rara tiba di parkiran kantor, ia melihat langkah yang tergesa-gesa mendekat ke arah mobilnya. Rara pun keluar dari dalam mobil.

"Dasar perempuan munafik! Kau bilang akan menolak lamaran orang tuaku, tapi kau malah menerimanya, dasar perempuan gila harta. Kau sengaja merencanakan ini demi mendapatkan harta kelurgaku, kan! Perempuan culas! Kau memanfaatkan orang tuaku, yang buta oleh srigala berbulu domba sepertimu," geram Sean penuh emosi.

Besambung.

Jangan lupa tinggalkan like, vote dan komen!

1
dikmilss
Baru baca karya sebagus ini di tahun 2025/Sob/
Arida Susida
Luar biasa
himawatidewi satyawira
gaya kodok nyungsep hbs ditendang dr menara sutet bisa vit?
Latifatul Ainiyah
bukannya Rara di indo, seannya di Milan ya kalau pun urusan kerjaan kok keluarga nya jg di indo
rosalia puspita
Luar biasa
Maizuki Bintang
bgs
Queenchaca
Binggung sean kan yg awal dulu di club deketin rara dia masih sadar belum mabok masa sampe ngga inget sama sekali ke rara paling ngga wangi tubuh nya gitu ah pusing sendiri
Racan Ok
lanjut thort
Sanjaria Abubakar
jijik Thor sama sen cari cowok yang baik untuk rara
Sanjaria Abubakar
cocok Vita sama sen sama-sama setan
Deistya Nur
keren
Gina Savitri
Mungkin rara dan gerry satu sekolah sama julie juga dulunya 🤔
Ilham Risa: Hai kK, mampir yuk kak ke novel aku "Pembalasan Sang Narapidana" makasih kak🥰
total 1 replies
Gina Savitri
Mana mungkin vita menyesal hatinya udah di penuhi dendam, baru ketangkep kemarin aja mulut beracun nya maki2 anak buah papa brian
fancha
Luar biasa
minah
bagusss
mvraaa
bagu
Oktavia
cerita orang kaya bodoh ini. punya otak ga guna….. tipe kayak gini jd pemimpin….
Oktavia
aneh ya…. sdh pernah tidur bareng tpi ga kenal wajah.
Dewi Bayuningsih
bagua
Racan Ok
lanjut thort
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!