Yun Xiao, putra keluarga Yun terlahir dengan tubuh Suci, salah satu dari 7 tubuh yang mendominasi. Apakah Yun Xiao akan membawa kemakmuran yang belum pernah keluarga Yun lihat, atau pada akhirnya Yun Xiao akan sama seperti para leluhur tubuh Suci sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#11 Memanen Poin
Pria itu terkejut. Serangannya bukanlah serangan lemah, bahkan seorang ahli Hidup dan Mati menengah pun akan terluka parah jika terkena serangan itu.
Namun, Yun Xiao berdiri di sana tanpa goresan sedikit pun. Bahkan debu pun tak menempel di jubah hitamnya yang berkibar diterpa angin.
"Tidak mungkin… Kau hanya ranah bencana! Bagaimana bisa?"
Ketidakpercayaan menyelimuti wajah pria itu. Dia mencoba mencari alasan, menolak kenyataan di depan matanya.
"Kau pasti menyembunyikan kultivasimu!" serunya. "Tidak mungkin seorang ranah bencana mampu menahan seranganku tanpa cedera!"
Matanya dipenuhi kebingungan, seolah menolak menerima kebenaran yang terpampang jelas di hadapannya.
Namun, Yun Xiao tidak memberi jawaban. Ia hanya menatap pria itu dengan tatapan datar, seakan melihat sesuatu yang menyedihkan.
'Jadi ini ranah hidup dan mati akhir? Mengecewakan.'
Betapa menyedihkannya, hanya karena serangannya gagal, pria itu langsung kehilangan akal sehatnya.
Tanpa keinginan untuk membuang lebih banyak waktu, Yun Xiao melangkah maju dan melancarkan pukulan.
Pria itu, meskipun masih kebingungan, berhasil mengangkat lengannya untuk menangkis serangan. Namun, dia tidak tau satu hal, Yun Xiao memiliki tubuh suci, salah satu tubuh terkuat di dunia.
Dalam keadaan normal, seorang ahli Hidup dan Mati jauh lebih kuat secara fisik dibandingkan ranah bencana. Tapi tubuh suci adalah pengecualian dari aturan itu.
Suara retakan tulang bergema di udara.
Pria itu mundur beberapa langkah, matanya membelalak tak percaya. Lengannya gemetar hebat, tak mampu menahan serangan Yun Xiao.
Namun, Yun Xiao tidak berhenti. Dia maju lagi dan melayangkan pukulan kedua.
Pukulan itu lebih kuat dari sebelumnya, langsung menghancurkan tulang-tulang pria itu. Beberapa organ dalamnya pun robek, menyebabkan darah menyembur dari mulutnya.
Pria itu terhuyung, wajahnya dipenuhi ketakutan. Namun, Yun Xiao tidak memberinya kesempatan untuk pulih.
Pukulan demi pukulan mendarat, hingga akhirnya tubuh pria itu kehilangan kekuatan dan hancur menjadi cahaya.
Di tangan Yun Xiao, angka 700.000 muncul.
Dia menatapnya sebentar sebelum menghela napas. "Poin yang lumayan, meski lawannya mengecewakan."
Dia tidak menyangkal bahwa pria itu kuat, bukti dari banyaknya poin yang telah dikumpulkannya.
Namun, kekuatan saja tidak cukup dalam medan perang ini.
"Mentalnya terlalu rapuh. Jika pikirannya lebih kuat, ini mungkin akan menjadi pertarungan yang lebih menarik."
Saat Yun Xiao bersiap untuk melanjutkan perjalanannya, instingnya tiba-tiba berteriak bahaya.
'Serangan?'
Tanpa berpikir panjang, Yun Xiao melompat ke samping.
Sebuah pedang melesat melewati tempatnya berdiri barusan. Pedang itu bergerak begitu cepat hingga udara bergetar, dipenuhi niat membunuh yang pekat.
Yun Xiao menatapnya. "Serangan ini…"
Seketika, pedang itu menghantam tanah.
Ledakan besar terjadi, menghancurkan segala sesuatu dalam radius puluhan meter.
Yun Xiao berdiri di kejauhan, ratusan meter dari titik ledakan. "Itu pedang yang berbahaya."
Jika dia berada lebih dekat, mungkin serangan itu bisa saja melukai dirinya.
Lalu, suara seorang perempuan terdengar. "Kau cukup kuat untuk seorang ranah bencana."
Yun Xiao menoleh.
Di atas sebuah batu besar, seorang wanita duduk dengan santai. Dia memegang pedang dengan satu tangan, wajahnya dihiasi senyum lembut.
Ji Qinyi.
Salah satu murid berbakat dari keluarga Ji, salah satu keluarga terkuat.
"Jadi kau yang menyerang tadi." Yun Xiao menatapnya.
Ji Qinyi tetap tersenyum, matanya jernih dan penuh ketenangan. "Benar."
Dia tidak menunjukkan sikap meremehkan atau menghina. Justru sebaliknya, ada rasa hormat dalam nada bicaranya.
"Keluarga Ji, Ji Qinyi. Bolehkah aku tahu siapa nama tuan muda ini?"
Yun Xiao menatapnya sebentar sebelum menjawab. "Keluarga Yun, Yun Xiao."
Ji Qinyi tersenyum lebih lebar. "Ah, jadi ini Tuan Muda Yun. Seperti rumor yang beredar, tampan dan tenang. Ditambah dengan tubuh suci, salah satu dari tujuh tubuh terkuat di dunia ini."
Yun Xiao tidak bereaksi.
Ji Qinyi memperhatikannya dengan penuh minat. "Mampu membunuh seorang Hidup dan Mati akhir hanya dengan ranah bencana… Sungguh luar biasa."
Dia melihat segalanya dari awal. Dia tahu bahwa kemenangan Yun Xiao bukan hanya karena kekuatannya, tetapi juga karena kelemahan mental lawannya.
Namun, itu tidak mengubah kenyataan bahwa Yun Xiao telah melakukan sesuatu yang hampir mustahil.
"Tidak banyak orang di dunia ini yang bisa melakukan apa yang kau lakukan, Tuan Muda Yun."
Yun Xiao tidak menjawab, hanya menatapnya.
Lalu, dia bertanya dengan nada tenang. "Lalu, apakah Nona Qinyi ingin bertarung?"
Matanya tetap dingin, seolah dia sudah siap kapan saja untuk melawan.
Ji Qinyi terkekeh. "Tuan Muda Yun bercanda. Meski ranah saya lebih tinggi, hanya orang bodoh yang mau melawan tubuh suci… dengan tubuh klon."
Mata Yun Xiao sedikit menyipit.
'Tubuh klon?'
Jadi ini bukan Ji Qinyi yang asli?
Yun Xiao menatapnya lebih dalam. pantas saja dia merasakan sesuatu yang aneh sejak awal.
"Menarik." Yun Xiao tersenyum tipis. "Kalau begitu, kapan aku bisa bertemu dirimu yang asli?"
Ji Qinyi tersenyum misterius. "Siapa tahu? Mungkin cepat, mungkin lama. Tapi aku berharap bisa bertemu Tuan Muda Yun lagi."
Dan dalam sekejap, tubuh Ji Qinyi menghilang, meninggalkan jejak aura samar di udara.
Yun Xiao tetap diam di tempatnya. Angin berembus pelan, membawa sisa jejak kehadiran Ji Qinyi yang kini telah menghilang.
"Tubuh klon, ya?"
Menarik. Dia sudah memperkirakan bahwa Ji Qinyi bukan lawan biasa, tetapi kenyataan bahwa yang dia hadapi hanyalah klon semakin membuktikan betapa berbahayanya wanita itu.
Jika tubuh klonnya saja sekuat itu, bagaimana dengan tubuh aslinya?
Yun Xiao tidak terburu-buru mencari jawabannya. Dia tahu bahwa pertemuan dengan Ji Qinyi yang asli hanyalah masalah waktu.
Untuk sekarang, dia harus kembali fokus pada satu hal perburuan poin.
Tanpa ragu, dia melangkah maju, meninggalkan area pertempuran sebelumnya.
Di langit dunia luar, proyeksi medan perang terus menampilkan perkembangan terbaru.
Jumlah peserta telah menyusut menjadi 2,1 miliar.
Di papan peringkat, nama-nama mulai bergeser.
Luo Yan – 1.200.000 poin
Ji Qinyi – 950.000 poin
Feng Yuhan – 900.000 poin
…
Yun Xiao – 700.000 poin
Yun Xiao akhirnya muncul di peringkat seribu besar.
Banyak orang yang memperhatikan namanya dengan ekspresi terkejut.
"Siapa Yun Xiao? Aku tidak pernah mendengar namanya sebelumnya!"
"Dari keluarga Yun… tubuh suci… Tapi dia hanya ranah bencana awal?!"
"Gila! Orang ini membunuh seorang Hidup dan Mati akhir?!"
Di berbagai tempat, diskusi tentang Yun Xiao mulai meledak.
Di dalam medan perang, beberapa peserta mulai memperhatikannya. Bagi mereka yang berada di puncak papan peringkat, Yun Xiao mungkin masih belum menjadi ancaman besar.
Tetapi bagi mereka yang ada di peringkat bawah, Yun Xiao adalah sosok yang harus dihindari.
Di sisi lain, Yun Xiao melanjutkan langkahnya menuju wilayah yang lebih berbahaya.
Setelah pertarungan sebelumnya, dia merasa semakin nyaman dengan tubuh sucinya.
Dia mulai memahami batasan fisiknya, bagaimana setiap gerakan dan pukulan bisa membawa dampak yang lebih besar.
Saat dia menyeberangi sebuah lembah berbatu, tiba-tiba, beberapa siluet muncul di kejauhan.
Enam orang.
Semua berada di ranah Hidup dan Mati menengah.
Mereka berdiri dengan senjata terhunus, ekspresi mereka serius.
"Jadi kau Yun Xiao." Salah satu dari mereka berbicara, seorang pria berambut merah dengan tombak besar di punggungnya. "Kami di sini bukan untuk bertele-tele. Serahkan poinmu, atau kau mati."
Yun Xiao menatap mereka tanpa ekspresi.
"Berapa poin yang kalian miliki?"
Pria itu tersenyum sinis. "Cukup untuk membuatmu tertarik. Tapi kau tidak akan bisa mendapatkannya."
Yun Xiao menghela napas pelan.
"Kalian semua di ranah hidup dan mati, tapi justru bertingkah seperti bandit. Tidak memalukan?"
Wajah pria itu berubah dingin. "Kau pikir bisa melawan kami berlima sekaligus?"
Yun Xiao tidak menjawab.
Sebagai gantinya, dia melangkah maju.
Aura dingin menyelimuti tubuhnya.
Udara di sekitar mereka tiba-tiba menjadi berat, seakan tekanan tak terlihat menyelimuti tempat itu.
Salah satu dari mereka menegang. "Hati-hati! Dia bukan lawan biasa!"
Namun, sebelum mereka bisa bergerak…
Yun Xiao menghilang dari tempatnya.
Pria berambut merah tidak sempat bereaksi sebelum pukulan keras menghantam dadanya.
Tulang rusuknya remuk dalam sekejap.
Tubuhnya terpental, menghantam batu besar dan memuntahkan darah.
Seketika, keheningan menyelimuti tempat itu.
Mata keempat orang lainnya melebar ketakutan.
"A-apa itu barusan?!"
Yun Xiao berdiri di tempatnya, menatap mereka dengan datar.
"Satu orang sudah jatuh."
Dia mengangkat tangannya, melihat jumlah poinnya yang kini bertambah.
"Siapa yang berikutnya?"
Keempat orang itu saling bertukar pandang.
Dalam sekejap, mereka membuat keputusan.
"Kabur!"
Namun, sebelum mereka bisa melangkah…
"Terlambat."
Sosok Yun Xiao menghilang lagi.
Dalam hitungan detik, suara benturan terdengar berulang kali.
Empat orang tersisa pun menyusul rekannya, tubuh mereka terlempar ke berbagai arah, tak berdaya di hadapan Yun Xiao.
Beberapa detik kemudian, tempat itu kembali sunyi.
Hanya ada tubuh-tubuh yang menghilang menjadi cahaya, menandakan kematian mereka di medan perang.
Yun Xiao melihat tangannya lagi.
Jumlah poinnya kini mencapai 1.200.000.
Namanya naik lagi di papan peringkat.
Rank 2 – Yun Xiao – 1.200.000 poin
Dia kini berada tepat di bawah Luo Yan.
Di dunia luar, orang-orang semakin terkejut.
"Gila… Dalam waktu sependek ini, dia sudah menyalip sebagian besar peserta?"
"Bagaimana bisa ranah bencana melakukan ini?!"
Namun, bagi Yun Xiao, ini baru permulaan.
Dia menatap ke depan, ke arah cakrawala yang jauh.
Medan perang ini masih panjang.
Dan dia akan terus melangkah sampai mencapai puncak.