Novel tentang pelakor, untuk mengikuti lomba Konflik Rumah Tangga. Bagi pembaca yang anti pelakor, boleh skip. tapi kalau mau menantang adrenalin untuk coba membaca dari sudut pandang pelakor, silakan baca dan jangan lupa tekan favorite ❤️
Demi melunasi seluruh hutang yang ditinggalkan orangtuanya, Kania menjual keperawanannya di sebuah klub malam. Namun, takdir membawanya bertemu dengan bosnya sendiri bernama Satria yang menjadikannya istri kontrak untuk melampiaskan hasrat.
Satria sudah memiliki istri, tapi istrinya yang super model itu terlalu sibuk untuk menjalankan kewajibannya. Rasa kesepian itulah yang membuat Satria nekat bermain api.
Akankah pernikahan kontrak itu bisa berjalan dengan mulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IKPH . Bab 31
Perawat yang memeriksa keadaan Satria kini sudah pergi diantar oleh Sekretaris Gio. Satria diberikan obat anti mual supaya mengurangi efek dari kehamilan simpatik yang dialaminya.
Saat ini, dua pasang manusia itu sedang duduk di kasur. Mereka masih sama-sama membisu dan bingung untuk memulai percakapan dari mana. Satria menatap Kania yang sedang menunduk.
“Aneh ya. Aku yang hamil, kenapa kamu yang mual. Rasanya itu tidak masuk akal,” kata Kania masih menunduk. Dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan perawat tadi. Mana mungkin laki-laki yang tidak hamil bisa merasakan gejala kehamilan? Bukankah mual dan gejala-gejala itu dirasakan wanita karena perubahan hormon dalam dirinya?
“Itu artinya dia memang anak aku, Kanya. Dia mau kasih tahu kalau dia pengen disayang-sayang,” jawab Satria.
Dia merapatkan duduknya semakin dengan Kania dan akhirnya merangkul ibu hamil itu. Tangan Satria perlahan turun mengusap perut Kania yang datar. Setelahnya, Satria merebahkan dirinya di paha Kania.
“Kanya, pertemuan kita mungkin di waktu yang salah, tapi anak kita sama sekali tidak bersalah. Dia juga bukan anak haram karena kita sudah menikah secara sah meski hukum belum mengakuinya. Jadi, aku mohon sama kamu, bertahanlah sampai aku menyelesaikan semuanya.”
Tatapan mata Satria begitu teduh. Tangannya terulur menikmati wajah cantik Kania dari bawah.
Kania merasakan hal yang luar biasa. Hatinya merasa tenang ada Satria di sini. Dia semakin di atas awan karena Satria akhirnya akan menceraikan Feli dan menikahinya secara resmi, sehingga anaknya akan memiliki status yang jelas.
Satria kini beralih pada calon anaknya yang ada di rahim Kania. “Kamu sejak kapan hamil, Kanya?” tanya Satria sambil membuka baju atasan Kania yang menutupi perutnya. Dia lalu mencium langsung kulit perut Kania.
“Saat meninggalkan rumah,” jawab Kania. “Aku juga enggak tahu kalau saat itu aku hamil. Aku pikir cuma masuk angin biasa, ternyata saat aku tes hasilnya positif.”
“Kenapa enggak bilang sama aku? Kenapa pergi gitu aja tanpa bawa apa-apa. Memangnya kamu mau jadi gelandangan?” tanya Satria yang tiba-tiba kesal mengingat kecerobohan Kania yang membuatnya kelimpungan mencari ke mana-mana.
Kania menghembuskan napas berat. Pertanyaan-pertanyaan Satria terasa menusuk hatinya yang sangat sensitif. “Kamu pernah bilang, kalau kamu enggak mau anak dari aku karena statusnya akan dipertanyakan dan kamu enggak mau itu terjadi. Jadi, percuma aja kalau aku bilang kamu terus pada akhirnya kamu minta aku gugurin dia. Itu lebih menyakitkan daripada hamil tanpa suami.”
Air mata Kania kembali meluncur deras tanpa bisa ditahan. Hingga tetesan-tetesannya mengenai wajah Satria. Laki-laki itu bangun dan sadar bahwa pertanyaannya melukai hati Kania.
“Kanya, maaf.” Satria langsung memeluk Kania dan meminta maaf. “Maaf, Sayang. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku terlalu khawatir Kanya. Maaf,” kata Satria yang benar-benar merasa bersalah.
“Jangan berpikir seperti itu lagi, Kanya. Karena aku tidak akan pernah tega membunuh darah dagingku sendiri.”
Kania semakin terisak, tapi Satria dengan sigap mengusap punggungnya untuk memberikan ketenangan.
Setelah Kania cukup tenang, Satria merebahkan istrinya itu ke kasur supaya dia bisa beristirahat. Meski wajahnya sembab, Kania masih terlihat sangat cantik di mata Satria.
“Aku mencintaimu, Kanya.” Satria mengecup kening Kania cukup lama.
“Kamu enggak bohong ‘kan, Mas?” tanya Kania masih ragu.
“Enggak, Sayang.” Satria ikut membaringkan tubuhnya di samping Kania dan kembali menatapnya. “Kanya, aku kangen kamu.”
Sorot mata Satria menatap Kania penuh kerinduan. Dia mendekatkan wajahnya pada Kania. Semakin dekat dan semakin dekat sampai akhirnya, bibir Satria berhasil menempel pada bibir kenyal Kania. Tangan kekar itu mulai bergerak menjelajahi dads Kania.
Namun, saat Satria ingin memperdalam ciumannya, tiba-tiba ....
Kembang kopinya dulu 😂😂😂