Love In Black And White

SEPARUH KEGILAAN DOM TORRICELLI

Sampai di kamarnya kembali, Dom masuk tanpa mengetuk pintu, tentu saja, itu adalah kamarnya.

“Assalamualaikum!” ucap Nisa seolah mengingatkan ucapan tersebut untuk salam setiap kali memasuki ruangan. Bukankah itu juga kewajibannya sebagai seorang istri? Apalagi Dom sudah menjadi seorang muslim.

Tak menjawabnya, pria itu malah menatapnya dan berjalan mendekatinya hingga berdiri di depan Nisa yang menatapnya balik namun tidak dengan senyuman.

“Kau ingin mengatakan apa?”

Seolah tahu dengan apa yang Nisa ingin katakan, pria itu Sudja membuka suara lebih dulu. Tentu, dengan ragu, wanita cantik itu bergelut tangan sendiri. “Aku.. sebenarnya aku ingin menghubungi temanku. Dia mungkin khawatir karena aku tidak jadi ke Indonesia.” Jelas Nisa sedikit tergagap namun dia bisa mengatakannya.

“Aku sudah menyuruh anak buahku untuk mengirim pesan kepadanya, kau tidak perlu khawatir.” Balas Dom berjalan ke arah meja bar nya.

Mendengar itu, Nisa terkejut dan menghampiri suaminya. “Ap-apa yang kau ... Apa yang kau katakan? Kenapa tidak mengatakan nya kepadaku?”

Sungguh terkejut, dia takut temannya terseret dalam urusannya yang kali ini. Karena Nisa yakin bersama Dom lebih berbahaya daripada Gerard.

Masih santai dengan meneguk beer nya, Dom sama sekali tidak menoleh ke arah Nisa yang sudah berdiri di sampingnya.

“Kau sudah menikah dan sibuk mengurus suami mu, dan kau tidak bisa membantahnya apalagi mengajaknya berdebat setiap menit.” Jelas Dom tersenyum tipis sembari menuang sebotol beer sekali lagi.

Oh sungguh!! Dia menjelaskan isi pesan yang sudah dikirim oleh anak buahnya kepada teman Nisa yang ada di Indonesia? Mendengar itu saja membuat Nisa menganga tak percaya.

“Hentikan semua ini, aku tidak bercanda Mr. Dominic— ”

“Dom!”

“Terserah, yang pasti ... Jika kau berani menyeretnya juga ke dalam lubang kehidupan mu yang gelap ini, maka aku tidak akan tinggal diam.” Ancam Nisa membuat Dom akhirnya berbalik menatapnya lekat.

Sedangkan Nisa masih berani menatapnya dengan tajam dan napas naik turun.

“Aku ingin tahu apa yang akan kau lakukan? Apa kau bisa menyelematkan dirimu sendiri saat ini?” balas Dom ketika pria bertanya dengan pertanyaan yang menohok.

Pertanyaan yang benar adanya, bahwa Nisa sendiri tidak bisa menyelamatkan dirinya dari cengkraman Dom, dan kini dia malah menjadi istrinya.

Menyadari tak ada jawaban dari istrinya, pria itu melangkah maju sehingga jarak mereka benar-benar dekat dan kontak mata mereka saling bertemu. “Berhenti memikirkan orang lain, tidak ada pertolongan dari siapapun dan fokuslah pada dirimu saat ini.” Jelas pria itu yang seolah dia ingin memberitahu bahwa dia salah satu korban dari kehidupan yang sialan ini.

Dom melengos pergi ke arah pintu dan membuka pintu tersebut.

“Orang lain tidak akan menolong, tapi Allah selalu menolong ku dan akan seperti itu.” Balas Nisa sehingga langkah Dom berhenti dan pria itu masih berdiri membelakangi Nisa yang baru saja berbalik menatap ke arah punggung nya.

“Who are you? (Siapa kamu)? Sampai saat ini aku masih tidak tahu, siapa pria yang aku nikahi, yang selalu memaksa kehendak nya, membunuh orang lain dan bersikap angkuh seperti seorang penjahat.” Kesal Nisa hingga kedua matanya berkaca-kaca namun berkilat marah.

Mendengar itu, Dom langsung berbalik, mencengkram lengan kanan dan leher Nisa hingga memojokkannya ke dinding dan menatap marah. “Akan aku beritahu siapa aku.” Balas Dom membuat Nisa menatapnya dengan menahan emosi.

“Aku seorang mafia, yang bekerja di dunia gelap dan akan terjerumus ke dalamnya, forever! (Selamanya)!”

Nisa tercengang mendengar kata <>. Siapa yang tidak tahu mafia? Orang-orang mafia selalu berbuat kejahatan dan dosa. Dan Dom adalah satu diantara mereka.

“Apa kau ingin tahu kegilaan lainnya yang tersembunyi dari suami mu ini?”

Nisa dapat merasakan napas Dom menerpa wajahnya saat jarak wajah mereka saat dekat, dan cengkraman di leher Nisa membuat wajah wanita itu memerah. Namun Nisa seperti mati rasa saat dia hanya fokus mendengar ucapan dari Dom dan tatapan tajam pria itu.

“Setiap hari, setiap detik, aku selalu membunuh seseorang. Termasuk ibuku, itu adalah kegilaan terbesar dalam hidupku. Dan akan selalu ku kenang.” Jelas Dom membuat Nisa mulai meneteskan air matanya walaupun kini mimik wajahnya menunjukkan ketegasan saat menatap suaminya.

Namun mendengar semua itu membuat Nisa terkejut. Sampai akhirnya Dom melepaskan istrinya.

“Kau gila.” Ucap Nisa menekankan suaranya.

Pria bermata silver itu masih menatap ke istrinya tajam. “Aku sudah mendengar banyak ucapan itu.”

Dom kembali mendekati istrinya yang masih terlihat tegang sekaligus sedih, mengingat bagaimana bisa seorang anak membunuh ibunya sendiri dalam keadaan sadar dan why?

“Berhentilah mengatakan kepadaku tentang khayalan mu dan Tuhan mu.”

Hati Nisa sangat sedih mendengar itu semua hingga kedua matanya tak berhenti meneteskan air mata saat dia bertatapan langsung dengan suaminya yang benar-benar keras hatinya.

“Semoga Allah mengampuni mu.” Ucap Nisa dengan suara tegas dan bergetar saat dia sedikit mendongak tepat di depan wajah Dom yang begitu dekat dengannya.

“Semoga Dia melindungi mu.” Balas Dom tanpa menyebut nama Allah.

“Em.. maafkan saya Tuan, tapi ... Anda di panggil oleh tuan Christian.” Ucap Campbell yang tiba-tiba masuk saat tahu pintu kamar tersebut masih terbuka.

Dan kini pria itu melihat semuanya dan hanya menunduk hormat kepada Dom yang terlihat marah.

Tentu saja pria itu masih menatap istrinya hingga akhirnya dia pergi meninggalkan kamar itu, berjalan melewati Campbell yang masih berdiri di dekat pintu.

Sementara Nisa mulai menunduk, dan Campbell sekilas mencuri-curi pandang ke arah Nisa yang terlihat marah dan sedih. -‘Sepertinya mereka bertengkar? Nyonya Ada pasti suka mendengar cerita ini.’ Batin Campbell dengan pikiran liciknya yang sama seperti majikan nya.

“Saya permisi Nyonya!” pamitnya dengan sopan dan hormat hingga dia pergi dan tak lupa menutup pintu.

Sedikit tersenyum kecil saat menutup pintu kamar Dom, Campbell nampak tak sabar ingin berbagi cerita kepada nyonya besarnya.

“Sedang apa kau di sini?” gertak Ellie yang tak sengaja melihat nya. Dan kini wanita itu terlihat marah begitu juga dengan Campbell yang mulai melipat kedua tangannya di depan dada dan berpaling sombong.

“Itu bukan urusanmu Nenek tua. Sebaiknya kita bekerja masing-masing, dan berhentilah menguntit!” ketus Campbell yang akhirnya melengos pergi.

“Dasar licik!” umpat kesal Ellie hingga wanita itu berdiri di depan pintu kamar Nisa yang mana masih ada penjaga di sana. -‘Apa dia baik-baik saja?’ batin Ellie sedikit khawatir.

Wanita tua itu tersenyum tipis dan pergi dari pintu tersebut, namun dia masih penasaran dengan apa yang dilakukan nyonya nya di dalam sana. Kenapa Campbell sampai terlihat tak sabaran.