Andra dan Trista terpaksa menikah karena dijodohkan. Padahal mereka sudah sama-sama memiliki kekasih. Pernikahan kontrak terjadi. Dimana Andra dan Trista sepakat kalau pernikahan mereka hanyalah status.
Suatu hari, Andra dan Trista mabuk bersama. Mereka melakukan cinta satu malam. Sejak saat itu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati mereka. Trista dan Andra terpaksa menyembunyikan kedekatan mereka dari kekasih masing-masing. Terutama Trista yang kekasihnya ternyata adalah seorang bos mafia berbahaya dan penuh obsesi.
"Punya istri kok rasanya kayak selingkuhan." - Andra.
"Pssst! Diam! Nanti ada yang dengar." - Trista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34 - Pingsan
Mobil melaju pelan menuruni jalan villa, hanya suara mesin yang terdengar. Trista bersandar ke jok, berusaha menenangkan napas, sementara Regan menyetir tanpa menatapnya. Rahangnya tegang, urat-urat di tangannya tampak jelas mencengkram setir.
Keheningan itu berat. Mencekik.
“Aku nggak suka dia megang kamu kayak tadi,” Regan akhirnya membuka suara, datar tapi dengan bara yang ditahan. “Terlalu akrab.”
Trista memejamkan mata sebentar. Sudah jelas arah pembicaraannya. “Andra panik. Dia pikir kamu bakal menyeretku pakai kekerasan.”
“Karena dia tahu aku bisa,” Regan balas cepat.
“Kamu memang bisa,” Trista mengakui. “Tapi kamu nggak akan.”
Regan menoleh sekilas, menatap dengan mata gelap yang sulit ditebak. “Kau terlalu percaya sama aku.”
“Itu bukan salah,” jawab Trista lembut. “Kita pacaran cukup lama."
Regan mendengus kecil. “Tapi kau datang dengan lelaki lain. Tidur di tempat yang sama. Dan bilang itu ‘bulan madu’.”
“Maksudku bukan—”
“Aku nggak bodoh, Trista.” Nada Regan merendah, nyaris geraman. “Sejak kapan kau panggil dia ‘Dra’? Sejak kapan kau tenang banget kalau dia peluk kamu?”
Trista menghembuskan napas panjang. “Andra cuma kontrak. Kamu tahu itu. Keluargaku—”
“Aku nggak peduli!” sergah Regan dingin. “Yang aku lihat cuma, kamu. Sama laki-laki itu. Di villa. Berdua.”
Ia menepuk setir frustrasi.
Trista menatap jendela, melihat pantulan wajahnya sendiri yang letih. “Regan, kalau aku beneran lakukan sesuatu sama Andra… apa menurut kamu aku bakal tetap mau ikut kamu masuk mobil tanpa melawan?”
Regan tidak menjawab.
“Kamu kenal aku,” lanjut Trista. “Kalau aku jatuh cinta sama orang lain, kamu pasti bisa lihat. Tapi kenyataannya? Nggak ada apa-apa.”
Regan menatapnya lama. “Kau bohong.”
Trista hampir tertawa pahit. “Aku jujur, Regan.”
“Tapi tatapanmu beda,” ucap Regan pelan, rendah, seolah katanya sendiri mengganggunya. “Dulu kau selalu lihat aku duluan. Sekarang aku merasa seperti pilihan kedua.”
Kata-kata itu menusuk. Bukan karena benar, tapi karena Regan benar-benar takut.
“Gan…” Trista meraih lengannya sekilas. “Tidak ada orang lain. Tidak ada apa pun di antara aku dan Andra. Aku cuma… bingung sama semua ini.”
Regan menatap tangan Trista yang menyentuhnya. Ada rasa lega, tapi juga kegelisahan yang tidak padam.
“Aku nggak percaya,” katanya lirih. “Sikapmu aneh. Kau bukan Trista yang biasanya kalau sudah aku marah.”
Trista menarik tangannya pelan. “Aku capek dimarahin. Aku capek drama keluarga. Aku capek semuanya. Itu sebabnya aku tenang. Bukan karena Andra.”
Regan terdiam, matanya tetap menatap jalan, tapi pikirannya berenang entah ke mana.
Hening kembali turun ke kabin.
Beberapa menit kemudian, ia mengalihkan pandangan dan berkata lebih pelan,
“Kau mau minum? Kau kelihatan pucat.”
Trista melirik botol minuman di cup holder. Air mineral. Aman. “Boleh.”
Regan memberikan botol itu. Tutupnya sudah terbuka, seolah ia menyiapkannya sejak tadi. Trista tidak curiga, Regan sering begitu kalau sedang kesal, lebih protektif, lebih perhatian.
Begitu ia meneguk beberapa kali, Regan menatapnya dari sudut mata. “Lebih baik?”
“Lumayan,” jawab Trista, menyandarkan kepala. “Aku cuma… perlu istirahat.”
Regan mengangguk pelan. Tapi di balik tenangnya, ada sesuatu yang berubah di matanya, keyakinan dingin yang tidak ia tunjukkan sebelumnya.
Ia tahu obat itu tidak kuat, hanya dosis kecil. Cuma untuk membuat Trista mengantuk lebih cepat. Tidak berbahaya. Tidak membuat pingsan.
Ia tidak akan membiarkan Trista kembali ke villa. Tidak malam ini. Tidak ketika Andra ada di sana.
“Aku cuma mau kau jauh dari dia sebentar,” gumam Regan sangat pelan, hampir tidak terdengar. “Supaya aku bisa berpikir. Supaya kita bisa bicara tanpa dia mengganggu.”
Trista mengusap mata. Kelopak matanya mulai berat, gerakan kepalanya sedikit melambat.
“Aku… ngantuk tiba-tiba.”
Regan menahan ekspresi. “Jangan tidur dulu. Kita hampir sampai.”
“Mau kemana sih?” tanya Trista, suaranya melemah.
“Tempat aman,” jawab Regan. “Tempat yang Andra nggak tahu.”
Trista ingin protes, tapi pikirannya seperti dilapisi kabut. Sekelilingnya berputar sedikit. Jantungnya berdetak normal, tidak ada rasa pusing yang mengkhawatirkan, hanya kantuk yang sangat kuat.
Regan mengelus kepala Trista dengan tangan kiri, tanpa mengurangi kecepatan mobil. Gerakannya lembut, hampir menyedihkan. “Aku nggak akan biarkan dia rebut kau dariku. Tidak sekarang. Tidak pernah.”
Trista mencoba menegakkan badan, tapi kepalanya jatuh pelan ke pundak Regan.
“Tidur saja, Tris,” bisik Regan, suaranya mengejutkan lembut. “Aku jaga kamu.”
Dan sebelum Trista bisa membalas, kantuk itu menelan kesadarannya perlahan. Mobil itu terus melaju, menjauh dari villa, menjauh dari Andra, dan makin dekat ke tempat yang hanya Regan ketahui.
Ini adalah konsep cinta tanpa syarat yang fokus pada kebahagiaan mereka yang dicintai, bukan pada keuntungan diri sendiri.
Cinta yang tulus dan ikhlas tanpa menuntut kepemilikan atau balasan, mengutamakan kebahagiaan orang yang dicintai bahkan jika harus merelakannya pergi...👍🤧😭
aku salut
Salah satu bentuk cinta sejati adalah ketika kita bersedia merelakan dan menerima kenyataan bahwa orang yang kita cintai mungkin lebih bahagia dengan orang lain, dan kita harus turut berbahagia untuknya.
Cinta yang tulus bukan hanya soal kebersamaan fisik.
Kadang melepaskan adalah bentuk kasih sayang terbesar, bukti bahwa kamu memegang tangan seseorang, walau pada akhirnya membiarkannya pergi.
Karena cinta sejati adalah memberi kebahagiaan, bahkan dari kejauhan...🤧