Jelita Pramono seorang gadis periang, namun jangan sampai kalian mengusik nya, apalagi keluarga maupun orang yang ia sayang disekitarnya. Karena jika kamu melakukannya, habislah hidupmu.
Hingga suatu hari, ia sedang pergi bersama kakak nya, tapi di dalam perjalanan, mobil mereka tertabrak mobil lain dari arah belakang. Sehingga, Jelita yang berada di mobil penumpang mengeluarkan darah segar di dahi nya dan tak sadarkan diri.
Namun, ia terbangun bukan di tubuh nya, tapi seorang gadis bernama Jelita Yunanda, yang tak lain merupakan nama gadis di sebuah novel yang ia baca terakhir kali.
Bukan sebagai pemeran utama atau si antagonis, melainkan figuran atau teman antagonis yang sikapnya dingin dan jarang bicara sekaligus jarang tersenyum.
Mengapa Jelita tiba-tiba masuk kedalam novel menjadi seorang figuran? Apa yang akan terjadi dengannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awaaaas
Kriiinggg!!!
Bunyi bel panjang tanda jam istirahat menggema di seluruh penjuru sekolah. Suara kursi bergeser, buku ditutup, dan obrolan riuh langsung memenuhi udara. Semua siswa berhamburan keluar dari kelas masing-masing, mencari udara segar atau makanan hangat di kantin.
Tak terkecuali geng Jelita. Dengan langkah santai, Jelita, Mey, Dara, dan Tiara berjalan keluar kelas bersama-sama. Suasana kantin sudah ramai ketika mereka tiba. Aroma makanan menggoda dari segala penjuru, membuat perut mereka keroncongan.
Mereka berdiri sejenak di pintu masuk kantin, menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari-cari meja kosong. Sayangnya, semua meja tampak penuh oleh siswa lain yang juga ingin melepas lapar.
Tiba-tiba sebuah suara memanggil dari kejauhan.
"Jelita! Mey! Dara! Tiara!"
Suara lantang Willy terdengar jelas di tengah hiruk-pikuk kantin.
Mereka berempat menoleh ke arah sumber suara. Willy melambai heboh dari sebuah meja panjang di sudut kantin. Di sana, sudah ada geng Velocity X lengkap, Reza, Raza, Harry, Verrel, Devano, dan tentu saja Willy sendiri.
Tanpa pikir panjang, mereka berjalan cepat ke arah meja itu.
"Pas banget ada tempat kosong," gumam Dara lega.
Begitu sampai, Jelita duduk di tengah-tengah, diapit oleh Mey di satu sisi dan Reza di sisi lain. Tiara dan Dara duduk berhadapan dengan mereka. Suasana pun langsung cair, meski sedikit canggung karena ada Verrel dan Devano di situ.
Tiara yang dari tadi tak sabar, langsung heboh.
"Eh, eh, kita pesen apa nih?" serunya sambil melihat menu tempel di dinding.
"Nasi goreng + Es coklat!" sahut Raza cepat.
"Mie ayam + es jeruk!" kata Harry sambil angkat tangan.
"Aku mau nasi goreng spesial + es jeruk," ujar Raza, santai sambil menyenderkan tubuhnya.
"Chicken katsu + coklat panas," jawab Mey singkat.
"Mie Ayam + teh panas," kata Devano, tanpa menoleh.
"Bakso + es teh, deh," Dara menambahkan.
Tiara menatap mereka satu per satu, ekspresinya makin panik. Ia merasa seperti kasir dadakan.
"Wait, wait, wait!!!" serunya sambil mengangkat kedua tangan.
"Satu-satu napa! Aku bukan robot!"
Verrel, yang dari tadi hanya diam sambil memainkan sendok, akhirnya menengahi.
"Udah, kayak biasa aja. Beli makanan rame-rame, nanti yang lain bayar masing-masing," katanya santai.
"Setuju!" Harry langsung mengangkat tangan, disusul anggukan dari yang lain.
"Aku sih yes," Harry mengangguk setuju.
"Kalau gitu, siapa yang mau pesenin?" tanya Dara sambil melirik ke kanan dan kiri.
Sebelum ada yang sempat menunjuk, Willy langsung berdiri.
"Aku! Aku aja!" katanya semangat.
Ia menepuk dadanya bangga, lalu tanpa ampun menarik lengan Tiara.
"Ayo, Tiara! Kamu ikut bantu!"
"Eh! Kenapa aku?!" Tiara melotot tidak terima, mencoba menarik lengannya kembali.
"Karena kamu cerewet, jadi cocok buat ngingetin kalau ada yang salah pesen!" cengir Willy tanpa rasa bersalah.
"Gak mau, ih Willy!"
"Udah, anggap aja ini misi mulia!" sahut Willy lagi sambil ngakak, tidak memberi Tiara kesempatan kabur.
"Udah, Tiara, anggap aja olahraga sebelum makan!" celetuk Raza sambil tertawa.
"Aduh... Aku beneran kayak asisten pribadi!" omel Tiara pelan, membuat Dara dan Mey cekikikan melihatnya.
"Semangat, Ti!" seru Jelita sambil mengacungkan tinju kecil seolah-olah menyemangati.
"Tiaraaaa, pesananku jangan lupa! Ayam goreng crispy!" teriak Harry dari kejauhan.
"Burger dua, Tiara! Jangan salah pesen!" sahut Raza dengan gaya lebay, seolah sedang memesan makanan di restoran bintang lima.
"Nasi goreng pedes banget ya! Bukan yang biasa!" tambah Reza cepat.
Tiara mendelik ke arah mereka, "Kalau semua salah pesen, jangan salahin aku loh! Salahin Willy aja noh!!!"
"Aku?!" Willy menunjuk dirinya sendiri sambil tertawa keras.
"Yaiyalah, siapa lagi? Huh!"
"Ya sudah ayok." Ajak Willy setengah menyeret Tiara.
Akhirnya, dengan berat hati, Tiara mengikuti Willy ke antrean kantin. Sesekali terdengar suara Tiara yang mengomel kecil karena Willy selalu menyerahkan semua tugas pesan-memesan padanya.
Tak berselang lama, Tiara dan Willy datang membawa nampan berisi pesanan mereka, dibantu oleh Mang Udung, penjaga kantin yang setia.
"Makanan telah tiba... makanan telah tibaaa..." seru Tiara dengan nada lagu, membuat semua orang menoleh.
"Hore... hore... hore...!!!" teriak kompak Jelita, Mey, dan Dara sambil mengangkat tangan mereka ke udara.
Sementara itu, para laki-laki hanya bengong mendengar kegaduhan kecil itu.
"Hey, malah nyanyi-nyanyi, nih makanan kalian!" seru Willy, meletakkan nampan ke atas meja dengan suara sedikit keras.
Satu per satu makanan dibagikan. Bakso, mie ayam, nasi goreng, semua tampak menggoda dengan aroma yang memenuhi udara.
Jelita memandang nasi goreng di hadapannya, tapi pikirannya justru melayang entah ke mana.
"Bagaimana ya caranya menjauhkan Mey dari si ulat bulu itu? Apa aku harus nyuruh Mey jaga jarak dari Verrel? Lagipula... Verrel gak ganteng-ganteng amat juga," pikir Jelita sambil mendesah pelan.
"Dek..." panggil Reza yang duduk di sebelahnya.
"Dek..." sambung Raza hampir bersamaan.
Karena Jelita tidak bereaksi, Reza akhirnya berteriak kecil, "Dek, woi!"
Jelita terkejut, tubuhnya sedikit tersentak.
"Iya... kenapa?" tanyanya, buru-buru menoleh.
Mey yang duduk di sebelahnya ikut penasaran,
"Kenapa kamu bengong? Ada masalah?" ucapnya sambil menepuk bahu jelita.
Reza dan Raza saling melirik. Dalam hati mereka mulai merasa cemas. "Apa adik kita ini akan kembali seperti dulu? Kenapa kelihatannya murung?" gumam Reza dalam hati.
Jelita cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
"Enggak, gak ada apa-apa kok," jawabnya sambil memaksakan senyum.
Namun matanya masih sempat melirik ke arah Mey, lalu ke Verrel, sebelum akhirnya mendesah pelan.
Sikap Jelita membuat semuanya jadi hening sejenak.
"Adikku... kenapa kamu diam lagi, gak mau cerita apapun..." lirih Reza, matanya penuh kekhawatiran.
"Makan, makan, cepat makan!" sela Willy, berusaha mencairkan suasana.
Akhirnya mereka mulai makan, meskipun suasana agak canggung. Sendok dan garpu mulai berdenting dengan piring, suara seruput minuman terdengar, tapi semuanya terasa sedikit kikuk.
Jelita mencoba memaksa dirinya untuk makan. Baru beberapa suapan, ia tiba-tiba merasakan firasat buruk.
Hatinya mencelos.
Matanya menyapu sekeliling kantin dengan waspada...
Dan benar saja. Dari kejauhan, ia melihat sosok Laura berjalan mendekat. Di tangannya, semangkuk bakso panas mengepul, seakan-akan baru saja diangkat dari panci.
"Oh tidak..." batin Jelita, matanya membelalak.
"Jangan-jangan... dia mau numpahin kuah panas itu! No No No!"
Laura semakin mendekat.
Tak berselang lama, dengan gerakan yang terkesan dibuat-buat, Laura berpura-pura terpeleset. Tangannya "tak sengaja" mendorong mangkuk bakso panas itu tepat ke arah Meyriska.
Namun sebelum kuah panas itu sempat mengenai Mey...
"AWAAAAS!" teriak Jelita refleks.
Dengan cepat, Jelita menepis mangkuk panas itu dengan tangan kosong. Kuah panas muncrat, mengenai telapak tangan Jelita. Seketika, kulit tangannya memerah.
Jangan lupa like, komen, subscribe ya.
reader follow akun Tiktok author ya @lilydekranasda
Terima kasih
nanti pasti nangis.. duh bawang nya banyak bgt sih kak... huhuhu.. mblebes di pojokkan kasur ini😭😭😭😭
next trus up ny ya....
semangat ya buat ceritanya Thor 💪😊👍
semangat terus ya buat ceritanya Thor
Thor yg baik hati, suka menabung, tidak sombong.. banyak banyak ya up nya Thor 🥰🥰🥰