NovelToon NovelToon
Di Antara Cahaya Yang Luruh

Di Antara Cahaya Yang Luruh

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:713
Nilai: 5
Nama Author: Irma syafitri Gultom

Dia adalah gadis yang selalu tenggelam dalam gemuruh pemikirannya sendiri, di penuhi kecemasan, dan terombang-ambing dalam sebuah fantasinya sendiri.

Sehingga suatu teriknya hari itu, dari sebuah kesalahpahaman kecil itu, sesosok itu seakan dengan berani menyatakan jika dirinya adalah sebuah matahari untuk dirinya.

Walaupun itu menggiurkan bagi dirinya yang terus berada dalam bayang, tapi semua terasa begitu cepat, dan sangat cepat.

Sampai dia begitu enggan untuk keluar dari bayangan dirinya sendiri menerima matahari miliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma syafitri Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Waktu Bersama, Dengan Senyuman Yang Jarang Menyentuh Mata.

.

.

Keduanya hanya terdiam dalam perjalanan, tenggelam pada pemikiran mereka masing-masing. Dia masih tidak tahu akan ke mana Flauza membawanya, namun pria itu hanya berkata, jika pria itu akan membawa dia ke ‘suatu tempat di mana  dia dapat melihat orang-orang’.

Tentu saja Revander tidak mengetahui maksud pria berambut cokelat itu, dan memandang aneh ke arahnya. Dan tentu saja pria itu hanya membalas dengan senyuman lebar, lalu menarik tangannya menuju salah satu mobil mewah yang terlalu mencolok untuk di pakai di wilayah ini.

Sebuah mobil sport metalik mengkilap yang hanya memiliki dua bangku.

Jika tidak salah ini sejenis Lamborgini.

Mobil itu kini melaju memasuki jalan tol yang tidak jauh dari wilayah.

“Kita akan ke kota?” tanya Revander dengan iris hitam yang dengan cepat menelusuri setiap arah pintu tol itu.

“Ya, akan lebih cepat jika menggunakan jalan tol dari pada jalan raya bukan?” sejenak dia menatap pria yang masih terfokus pada jalanan di hadapannya pada bangku pengemudi itu, sang gadis itu hanya mengangguk pelan lalu kembali lagi menatap lurus ke depan.

Mereka kembali diam, menikmati mobil sport itu melaju dengan kecepatan tinggi, melewati pemandangan beragam di antara area hutan-hutan sawit dan tak lama pula itu berganti dengan perumahan, dan gedung-gedung tinggi yang menandakan mereka sudah sampai di tengah kota.

Tentu itu tidak memerlukan waktu yang lama, itu berkisar satu setengah jam dan kini mereka kembali keluar dari jalan tol itu pada pintu tol bertuliskan daerah kawasan barat daya M.

Oh....

Tempat ini....

Kawasan industri hiburan di wilayah kota ini.

Terkenal beberapa tempat wisata, taman kota, sebuah museum, pusat perbelanjaan, dan juga tempat di mana kuliner-kuliner lokal pada wilayah ini. Tempat yang besar, dan juga ramai terutama pada hari akhir minggu seperti sekarang.

Tapi ke mana Flauza ingin membawanya?

Laju mobil sport itu kini jauh lebih lambat di bandingkan saat berada di jalan tol, mungkin karena jalan raya yang lebih padat, atau mungkin....

“Ke mana tempat yang kamu inginkan Rev?” kali ini Flauza yang membuka suara untuk bertanya kepada sang gadis.

Tentu Revander sedikit terkejut, menatap cepat ke arah pria itu dengan mengangkat salah satu alis hitam lebatnya itu. Di perlukan waktu beberapa detik bagi dirinya untuk memproses pertanyaan singkat pria yang kini mengemudikan mobil mewahnya dengan satu tangan kirinya, dan tangan kanannya terjulur ke arah paha milik sang gadis.

Uhh....

“Kamu.... ingin aku yang memilihkan tempat tujuan kita?” tanya sang gadis sedikit memiringkan kepala yang membuat rambut hitam panjangnya itu terjuntai ke bawah.

Flauza tertawa melihat tingkah laku gadis di sampingnya itu. “Ya... bukankah kamu lebih mengetahui tempat-tempat yang menarik di wilayah ini?” jawab pria itu dengan suara berat yang lembut, kini tangannya meremas lembut pada paha sang gadis itu.

Sekilas iris hitam itu menatap tangan kekar berjemari panjang yang ada diatas pahanya, dan kembali kepada pria itu. “Apa kamu yakin?” tanya Revander lagi dengan keraguan yang begitu terasa jelas.

“tentu saja.”

Kini dia melirik kecil kepada sebuah layar yang ada di dashboard mobil itu cukup lama sang gadis, berdiam diri sesaat dan pikirannya sedikit melayang akan mendengar perkataan terakhir pria itu.

Tempat yang di mana dapat melihat orang-orang huh?

Dia yakin, jika normalnya orang-orang kaya seperti Flauza ini akan menghabiskan waktunya pada tempat-tempat elite bukan?

Ke Mall?

Mungkin pilihan yang bagus....

Tapi dirinya tidak terlalu suka berada di sana....

Tentu tempat itu bagus, tapi tempat itu juga membosankan, jika ke mall yang terjadi mereka hanyalah berjalan-jalan mengelilingi tokoh-tokoh mahal yang tidak menarik sama sekali.

Well setidaknya tidak menarik perhatiannya di sana.

“Flaz.... bisa berhenti di sana sebentar?” gumam gadis itu dengan menunjuk sebuah market berwarna merah dan putih yang cukup besar itu.

Flauza hanya mengangguk dan tersenyum.

.

Saat Flauza memarkirkan mobil miliknya itu pada depan market besar itu, beberapa orang yang berlalu-lalang di sana segera menatap ke arah mobil sport metalik mengkilap itu.

Bahkan Revander berhasil menangkap orang-orang yang seketika berhenti dengan kegiatan mereka hanya karena mobil mewah ini berada di sini.

Tentu saja!

Tentu saja orang-orang akan melirik kearah mereka, atau mungkin melirik ke arah pria itu!

Kedua sisi pintu itu terbuka, memperlihatkan ‘sepasang’ orang yang keluar dari dalamnya.

Dengan sang pria yang begitu tinggi untuk orang lokal, walaupun begitu jelas dia adalah tidak. Bentuk tubuh terlihat begitu jelas di balut dengan kaos hitam turtelneck lengan panjang melekat ketat pada tubuhnya, celana kain cream dengan tali pinggang hitam berkepala kuning keemasan, serta mantel panjang tipis berwarna cokelat senada dengan rambut pria itu.

Dia seperti seorang model luar negeri.

Dan orang-orang sepertinya setuju dengan pemikiran sang gadis itu.

Sedangkan dia sendiri....

Hanya menggunakan sweater longgar yang kepanjangan pada bagian tangan berwarna cream yang senada dengan celana kainnya, dan rambut hitam yang di ikat tinggi dan asal menyisakan anak-anak rambutnya. Dan tas selempang kecil berwarna cream pula.

Like the handsome and the ugly baby eh...~

Oh diamlah... penampilanku tidak seburuk itu!

Dia melangkah masuk pada market besar tersebut di susul oleh Flauza yang berada di sampingnya dengan senyuman yang tidak juga menghilang.

Pria itu benar-benar terlihat begitu bahagia hari ini.

“Rev... apa yang kamu ingin beli di sini?” tanya Flauza sedikit menunduk saat berbicara kepada dirinya yang tanpa sadar pula telah menempel cukup dekat pada pria itu.

Dia benar-benar tidak menyembunyikannya huh...

Uhhh....

“itu... beberapa hal si... ya!” sang gadis menarik pelan tangan pria itu ke arah rak-rak yang ada di ujung tempat itu.

Uhh.....

Mata-mata itu terus menoleh ke arah mereka kan....

Ini....

Ini sungguh tidak nyaman!

Uhhh...

Sial...

Sial....

Tapi lebih sialnya lagi pria yang menjadi pusat perhatian dari mata-mata itu, merasa tidak terganggu sedikit pun dengan semua ini!

“Aku hanya ingin membeli tisu basah, dan mungkin sebotol hand sanitizer.” Kini gadis itu terlihat sibuk mencari-cari barang-barang yang dia maksud. Namun Flauza sendiri terlihat bingung akan apa alasan dari barang yang ingin Revander beli itu.

Tapi dia tidak bertanya, hanya menatap dalam melihat gadis itu langsung tenggelam dengan dunianya yang sibuk melihat produk-produk yang tertera pada rak di depan mereka.

Setelah beberapa menit dengan kesibukannya sendiri, kini di tangan sang gadis terpegang sebuah bungkus merah muda tisu basah, dan juga sebuah botol bening hand sanitizer dalam satu tangannya.

Ya karena satu tangan lainya masih tergenggam kuat oleh tangan Flauza yang masih diam, menikmati semua hal yang di lakukan sang gadis di sampingnya itu.

“hanya itu?” tanya Flauza dengan lembut kepada gadis itu. Revander menatap sejenak kepada pria itu, kedua mata mereka bertemu satu sama lain.

Hitam bak malam, dan Cokelat madu yang indah menggoda.

“Mungkin beberapa minuman dingin? Hari ini cukup panas bukan?” kini mereka berjalan kearah belakang diaman tempat minuman dingin di letakkan. “apakah kamu menyukai sesuatu?”

“Hmm.... kopi.”

Tentu saja pria seperti Flauza menyukai kopi.

Kenapa tidak terpikirkan olehnya!

Sang gadis sedikit memutar bola matanya mendengar pemikirannya itu, lalu membuka salah satu mesin pendingin itu dan mengambi satu boto ukuran sedang kopi berek terkenal, dan juga satu botol teh bergambar melati itu.

Mungkin ini saja.

Flauza yang melihat itu, mengambil kedua botol minuman itu dan memegangnya dengan tenang.

Berjalan ke arah kasir yang memiliki tiga orang antrean dan mereka tetap diam dalam genggaman tangan. Di saat giliran mereka telah tiba dua karyawan kasir itu tidak berhenti untuk melihat sosok pria yang masih memberikan senyuman pada wajah tampannya.

Sedangkan sang gadis hanya menghela nafas cukup kuat, walaupun wajah gadis itu tetap terlihat tenang untuk membuat mereka tersadar dan melakukan pekerjaan mereka lebih cepat.

“totalnya lima puluh lima ribu mbak.” Revander membuka tas kecilnya dan mengambil beberapa lembaran kertas berwarna biru itu dan memberikan kepada mereka, lalu memegang sebuah kantong plastik putih hasil dari belanjaan mereka.

“ini kembaliannya ya mbak, terima kasih telah berbelanja~” Revander hanya mengangguk lalu kembali menarik tangan kekar Flauza untuk keluar dari tempat itu.

Baru saja mereka berada di sini, dan semua orang terus menerus menatap kearah pria ini.

Sungguh karisma dan aura yang sangat mengesankan.

Sangat mengesankan sampai-sampai itu terlihat mengerikan.

Uhh....

Mereka kembali memasuki mobil Lamborghini metalik itu, namun tetap terdiam di dalam sana.

Uhh....

“So... what next?” tanya Flauza lagi menghidupkan mesin namun belum menjalankan mobil ini.

Tentu...

Apa selanjutnya.

Dia kembali menatap pada layar monitor kecil yang ada di tengah dashboard mobil mewah itu, terfokus beberapa angka yang menunjukkan waktu pada hari yang sudah menjelang siang itu.

11.58 ya...

“Sejujurnya aku tidak tahu....” Flauza hanya mengangkat salah satu alisnya menatap sang gadis dalam diam.

Apa yang harus lakukan?

“Aku mengetahui beberapa tempat di sekitar sini sedang di adakan ‘bazar makanan’ yang besar dari sosial media....” Revander mencoba mengeluarkan sedikit idenya. “apa kamu mau ke sana?”

Flauza hanya tertawa melihat keraguan dari gadis yang tertulis jelas di wajahnya itu.

“Ohh.... sure – sure, sebuah bazar makanan huh. Sebuah pilihan yang menarik Rev....”

.

Mereka sampai, pada sebuah tempat yang begitu ramai dengan tenda-tenda merah dan berbagai macam bendera bertuliskan ‘Selamat Datang di Wisata Kuliner Akbar’ itu.

Mobil itu kembali terparkir pada area parkiran khusus yang tidak jauh dari pintu masuk bazar tersebut. Dengan keduanya segera keluar dari mobil mewah yang lagi menarik mata orang-orang di sekitar mereka.

Terima saja, mulai hari ini jika kamu berjalan dengan pria berambut kecokelatan bernama Flauza, kamu harus bersiap menjadi salah satu bagian yang akan di pandang oleh orang-orang.

Revander berdecak pelan.

Sangat sulit untuk setuju dengan isi otaknya, yang mengatakan sebuah fakta menyebalkan untuknya.

Memang mau bagaimana lagi?

Mereka berjalan, berjalan ke arah keramaian yang di dominasi warna merah itu. Beragam jenis orang berlalu-lalang di sana, namun hampir semuanya akan berhenti dan menatap ke arah pria di sampingnya itu dengan pandangan kagum dan terpesona.

Seperti melihat dewa yang turun dari langit eh...~

Seperti melihat hewan eksotik yang sudah langkah!

Sang gadis kembali mendengus tanpa sadar.

“Apakah ada sesuatu yang kamu suka Flauza?” tanya Revander sambil mengedarkan pandangannya kepada setiap stal dan orang-orang yang ada di sana.

“Entahlah... aku juga tidak terlalu tahu tentang ini semua” pria itu memang ke arah sang gadis dengan lembut. “Bukankah kamu yang lebih ahli dengan hal-hal seperti ini?”

Well...

“selama kamu tinggal di negara ini kamu tidak pernah mencoba kuliner-kulinernya?”

“sayangnya aku tidak terlalu berpikir tentang itu.”

Bibir gadis itu sedikit mengerucut ke bawah mendengar jawaban Flauza. “Ya... sungguh sangat di sayangkan”

Dia kembali menarik tangan sang pria dengan pelan.

Berjalan cukup lama, memeriksa setiap menu dari setiap stal yang mereka lewati.

Hhmm....

Harus pilih yang mana?

Dia tahu dengan jelas pria yang dia genggam tangannya itu tidak bisa makan-makanan pedas.

Dan itu terkonfirmasi dengan pria itu yang tidak tahan memakan seafood beberapa minggu yang lalu.

Tapi rata-rata makanan Indonesia itu pedas bukan?

Ya sudahlah....

Dirinya sudah lapar juga pula.

Mereka berakhir pada salah satu stal yang memiliki menu beberapa mie dan sop, lalu beberapa makanan gorengan yang terlihat lezat. Terlihat beberapa pasangan muda tengah menikmati hidangan di dalam stal itu, beberapa pasangan muda-mudi, bahkan juga beberapa grup anak sekolah menegah atas juga sedang menikmati makan siang mereka dengan terdengar asyik dalam percakapan yang tengah mereka lalukan di sana.

Tentu dengan kedatangan mereka suasana ramai itu seketika berubah saat melihat sosok pria asing itu.

Mencari meja yang terletak di pinggir tempat itu, namun tidak terlalu jauh dari tempat pemesanan.

“Tempat yang..... sungguh tidak biasa....” gumam Flauza yang terus melihat-lihat ke sekitar.

“Biar ku tebak, ini baru pertama kalinya kamu berada di tempat seperti ini?” sang gadis meletakkan tas kecil itu pada meja plastik merah, dan Flauza itu sendiri duduk di samping sang gadis itu.

“ya...” pria itu  membalas dengan tersenyum seperti biasa. “maka dari itu, aku berharap kamu dapat mengajariku untuk hal-hal seperti ini.”

Uhh....

“Baiklah, baiklah aku menyerah. Jadi kamu juga ingin aku memesankan sesuatu?”

“Aku serahkan itu semua kepadamu.” Balas pria itu dengan ceria.

Uuh....

Revander bangkit dari kursi plastik itu dan mendekat ke arah tempat pemesanan tersebut.

.

“Mister...” panggil beberapa kelompok anak remaja berpakaian pramuka itu mendekat ke arah sang pria itu. “can we get a photo from you mister?...”

Tapi....

Pria itu hanya tersenyum, menyilangi kaki-kakinya dan tangannya pada lutut. Tidak membalas, ataupun menanggapi mereka yang berusaha mendekati dirinya.

“Mister...?”

Tetap tidak ada tanggapan dari sang Flauza Evangrandene.

Apa yang kamu harapkan dari pria yang bahkan hidupnya di atas awas?

Dia memang mungkin terlihat turun dari takhtanya, namun bukan berarti dia akan berinteraksi dengan orang di sekitarnya.

Hah...

“Maaf kak...” panggil Revander yang datang dengan dua mangkuk sop yang penuh dan panas, segera menaruhnya dan tersenyum kepada para anak remaja itu. “lebih baik kalian tidak terlalu mengganggu dan membuat  kakak ini tidak nyaman.” Lanjut Revander berusaha untuk mengusir lembut mereka tanpa menyakiti hati dari para remaja perempuan yang mulai berekspresi tidak senang itu.

“Kami benar-benar berharap untuk tidak di menganggung ataupun membuat tidak nyaman suasana”

Beberapa dari mereka mulai bergumam meminta maaf dan mulai meninggalkan mereka.

“dan kamu tuan....” kini sang gadis sedikit membungkukkan tubuhnya kepada pria itu. “mungkin ada baiknya jika sifatmu itu sedikit lebih ramah kepada orang-orang yang bukan bawahanmu...” Revander kembali mendudukkan dirinya di samping Flauza.

Dan pria itu kembali tertawa.

Tawa yang begitu besar, hingga semua mata melirik ke arah mereka.

Uuuuhh....

“Apakah dengan senyuman itu tidak cukup hmm...?”

Senyuman?

“Tapi terkadang senyumanmu itu tidak sampai ke mata...”

.

.

.

Flauza hanya tertawa tidak membalas ucapan sang gadis itu.

Seakan fakta yang dia katakan itu adalah angin yang berhembus dan berlalu begitu saja.

Seakan fakta yang dia katakan itu adalah hal yang sudah dia ke tahui namun dia tetap merasa itu bukanlah sebuah masalah besar.

.

.

.

Ini sudah pukul lima lewat tiga puluh menit, dan langit sudah terlihat menjadi ke orenan. Setelah berkeliling hampir satu hari, dengan mereka atau lebih tepatnya Revander yang terus menerus membeli makanan ini dan itu.

Akhirnya keduanya kembali pada parkiran mobil dengan sang gadis memegang sebuah tusuk sate, makanan yang tengah di lahapnya dengan tangan yang lain juga tidak terlepas dari sang pria.

Sedangkan Flauza?

Dia terlihat memegang beberapa bungkus plastik berisi makanan yang mereka beli, dan senyuman yang tetap tidak hilang dari wajah tampannya.

Saat keduanya masuk dalam Lamborghini, dengan cepat merogoh plastik putih berisi tisu dan hand sanitizer, dan mulai menyemprotkan kepada tangannya sendiri, sebelum menyemprotkan itu kepada tangan Flauza, lalu mengelapnya dengan tisu yang dia beli tadi.

“Apa kamu ingin kembali sekarang Rev?” tanya Flauza.

Well ini sudah hampir gelap, dan jika dia tidak segera kembali.....

Mungkin dia akan mendapat masalah.

“Ya.... sebaiknya kita segera kembali sekarang, hari sudah mulai menggelap”

1
saijou
Bahasa yang digunakan enak banget dibaca, sampe lupa waktu.
Er and Re: terima ksih banget telah mampir dan baca cerita punya ku kaka <3
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Bagus banget!!! Aku suka banget ceritanya 🥰
Er and Re: makasih ya kak telah menyukai cerita buatan aku <3
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!