NovelToon NovelToon
NOTHING IS GOOD

NOTHING IS GOOD

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Transformasi Hewan Peliharaan / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mr.Xg

Sungguh perjalanan yang penuh liku dan misteri! Dari seorang penyendiri dengan masa lalu kelam, Sean menjelma menjadi sosok yang ditakuti sekaligus dihormati, bahkan kekuatannya mampu mengguncang sebuah kerajaan. Keputusannya untuk "pensiun" dan menyerahkan tanggung jawabnya kepada Sang Pencipta membuka lembaran baru bagi alam semesta.
Kelahiran Ling di tengah hutan belantara, jauh dari hiruk pikuk dunia luar, seolah menjadi jawaban atas permintaan Sean. Kehidupan damai Ling di hutan, pertemuannya yang tak terduga dengan dunia luar, dan bakatnya yang luar biasa membawanya ke Akademi Peacock, tempat di mana potensi tersembunyinya mulai terungkap.
Pertemuannya dengan Dekan Fu Dai menjadi titik balik penting dalam hidup Ling. Bimbingan khusus dari sang Dekan membuka jalannya untuk memahami dan mengendalikan 'Napas Pembekuan Roh', sebuah kekuatan unik yang misterius. Latihan yang keras dan pengetahuan yang ia dapatkan di akademi perlahan mengikis kebingungannya dan mengasah kemampuannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pertarungan Lord manusia dan Tujuh pangeran neraka

Di kedalaman hutan keramat yang biasanya tenang dan damai, ketenangan itu pecah oleh suara desisan yang mengalirkan rasa takut ke dalam sumsum tulang.

Sssssss...

Suara itu mengiringi kemunculan sesosok berjubah hitam legam yang bergerak dengan perlahan menuju sebuah garis samar yang berkilauan tipis di antara pepohonan purba.

Garis itu tampak bukan sekadar batas fisik, melainkan sebuah aura mistis yang memisahkan pedalaman hutan keramat yang bisa dijamah dengan inti hutan yang menjadi kediaman para raja monster roh yang legendaris.

Sosok berjubah itu, dengan langkah terukur, berniat menembus inti hutan, tempat di mana ia bisa mengumpulkan kekuatan dan menundukkan para penguasa monster roh untuk memperkuat barisan pasukannya. Namun, ketika ujung sepatunya hampir menyentuh garis perbatasan yang berkilauan itu, cahaya putih menyilaukan tiba-tiba memancar dari garis tersebut. Energi dahsyat terpancar, menghantam sosok berjubah itu dengan kekuatan tak terduga, membuatnya terpental mundur beberapa meter, jubahnya berkibar tertiup energi.

Di sebuah pedesaan yang jauh dari hutan keramat, seorang remaja yang tengah asyik berbincang dengan penduduk lainnya tiba-tiba terdiam, dahinya berkerut. "Ternyata... makhluk pembuat bencana itu telah bebas," gumamnya pelan, seolah ada sinyal tak kasat mata yang tiba-tiba menginterupsi percakapannya dan menyampaikan berita buruk itu kepadanya.

Kembali ke sosok berjubah yang kini bangkit dengan geraman tertahan. Ia mengamati sekeliling garis perbatasan, mencari penyebab mengapa ia terpental.

Matanya yang tajam akhirnya menangkap pemandangan yang membuatnya semakin geram. Sepanjang garis batas mistis itu, tumbuh subur hamparan bunga Lumiflora Argenta, bunga-bunga putih keperakan yang terkenal karena kemampuannya menangkal kekuatan jahat.

Sosok itu mendesis marah. Ia tidak menyangka akan ada pertahanan alami yang begitu kuat di tempat ini, apalagi tanaman yang secara khusus dirancang untuk melawan energinya. Rencananya untuk menaklukkan para raja monster roh dan memperkuat pasukannya kini terpaksa ditunda. Ia harus kembali ke rencana awal: membuka paksa pintu dimensi yang menghalangi dunianya dan dunia ini.

"Huh..." Dengan gerakan kasar, sosok itu membuka penutup kepalanya, mengungkapkan wajah seorang pria tampan dengan rambut hitam sebahu dan kulit seputih pualam yang pucat. Namun, ketampanan itu ternoda oleh sepasang tanduk hitam melengkung yang tumbuh di kepalanya dan sepasang sayap hitam legam menyerupai sayap kelelawar yang terlipat di punggungnya. Dialah Lucifer, sang pangeran neraka yang ambisius.

"Sepertinya Brian telah melakukan persiapan agar tidak ada yang bisa mengganggu ketenangan alam yang berada di sini," gumam Lucifer geram, matanya mengamati lebih teliti ukiran-ukiran unik yang terukir di beberapa pohon di sekitar garis pembatas, ukiran yang memancarkan energi pelindung yang halus namun kuat.

Dengan berat hati, Lucifer berbalik dan melebarkan sayapnya yang besar. Dalam sekejap, ia melesat terbang meninggalkan hutan keramat, jejak energi kegelapannya yang sempat tertinggal seketika menghilang tertelan oleh serbuk halus yang dilepaskan oleh bunga-bunga Lumiflora Argenta. Tujuannya kini adalah arah barat, tempat di mana ia merasakan keberadaan pintu dimensi yang menghubungkan kedua dunia.

Di Akademi Peacock, para Lord Manusia yang memiliki kepekaan tinggi terhadap energi merasakan aura asing yang dingin dan mengancam. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, mereka serempak bangkit dan melesat terbang dengan kecepatan luar biasa, meninggalkan akademi dalam sekejap.

Orang-orang yang berada di sekitar akademi hanya bisa terpana melihat kepergian para Lord Manusia yang begitu tiba-tiba. Tuan Fu Bai, dengan wajah serius, segera memerintahkan semua murid dan para Profesor untuk kembali ke asrama demi keamanan. Ia kemudian mengundang para tokoh kuat yang sempat berkumpul di akademi, termasuk Raja Zhao Yang, Haya Zo, dan Grace, untuk mampir sejenak.

"Terima kasih atas undangannya, Tuan Fu Bai," ucap Raja Zhao Yang dengan nada sopan namun terburu-buru. "Namun, kami semua masih memiliki urusan mendesak yang harus segera ditangani."

Haya Zo dan Grace pun menyampaikan salam perpisahan. Mereka merasakan bahwa ancaman kali ini tampaknya berada dalam kendali para Lord Manusia, sehingga mereka hanya perlu bersiap untuk memberikan bantuan jika memang dibutuhkan.

Ling, yang masih diliputi rasa penasaran tentang apa yang membuat para Lord Manusia bertindak begitu cepat, tetap berdiri di tempatnya, matanya mengikuti arah ke mana para sosok-sosok kuat itu menghilang di langit. Ia merasakan ada sesuatu yang besar dan berbahaya sedang terjadi.

Keingintahuan Ling membakar lebih kuat daripada rasa takut atau kepatuhan pada perintah Tuan Fu Bai.

Alih-alih kembali ke asrama yang aman, matanya terpaku pada jejak samar energi yang ditinggalkan para Lord Manusia di langit.

Ada panggilan tak tertahankan dalam dirinya, sebuah firasat kuat bahwa apa yang terjadi jauh lebih besar dari sekadar urusan akademi.

Dengan jantung berdebar kencang, Ling menyelinap keluar dari area akademi, kakinya bergerak cepat menyusuri jalan setapak hutan, berusaha mengikuti sisa-sisa aura kuat yang memandu langkahnya.

Setelah berlari tanpa henti melintasi pepohonan rindang dan lembah yang sunyi, Ling akhirnya tiba di sebuah dataran terbuka yang luas dan tandus. Udara di sini terasa berat dan dingin, menusuk tulang seperti embun beku, bercampur dengan bau ozon yang menyengat seperti setelah badai petir dan aroma belerang yang menyesakkan, pertanda kehadiran kekuatan jahat yang pekat. Di tengah dataran itu, pemandangan yang mencengangkan sekaligus mengerikan terhampar di hadapannya, sebuah pertunjukan kekuatan yang melampaui imajinasinya.

Sebuah retakan besar menganga di langit malam, merobek kegelapan seperti luka menganga di kain realitas. Cahaya merah gelap berdenyut-denyut dari dalamnya, memancarkan hawa panas yang aneh dan suara gemuruh rendah yang membuat tanah bergetar.

Dari dalam celah dimensi itu, sosok-sosok mengerikan dengan aura kegelapan yang begitu pekat hingga terasa seperti kabut hitam bermunculan. Ling mengenali salah satunya dari ciri-ciri samar yang dia ketahui dari gambar sebuah buku kuno – pria tampan pucat dengan rambut hitam sebahu, sepasang tanduk hitam melengkung di kepalanya, dan sayap hitam legam yang terlipat di punggungnya. Lucifer.

Berhadapan dengan Lucifer dan enam sosok lainnya yang memiliki kultivasi di ranah kekotoran yang tak kalah menakutkan, berdiri lima sosok yang berada di ranah Ranah Suci dengan aura cahaya yang begitu murni dan kuat hingga mampu mengusir sebagian kegelapan di sekitar mereka seperti mentari pagi menghalau kabut. Mereka adalah para Lord Manusia, bertarung dengan sengit melawan tujuh pangeran neraka bersayap iblis.

Pertempuran itu adalah tarian maut energi dan kecepatan, hantaman kekuatan mereka mengguncang tanah di bawah kaki Ling dan mengirimkan riak energi ke langit malam.

Ling menyaksikan dengan mata terbelalak, napasnya tercekat di tenggorokan. Ini adalah pemandangan yang belum pernah ia saksikan sebelumnya, pertarungan epik antara kekuatan cahaya dan kegelapan yang sesungguhnya, bukan lagi sekadar latihan atau simulasi.

Ia melihat Lord berjubah hitam bergerak secepat kilat, pedang besar dan mengkilat di tangannya menebas dengan presisi mematikan, meninggalkan jejak kehampaan yang membakar udara dan menembus pertahanan iblis dengan mudah.

Lord berjubah biru tua melafalkan mantra-mantra kuno dalam bahasa yang tak ia pahami, namun kekuatannya terasa dalam bentuk rantai energi yang mengikat dan bola api biru yang membakar para pangeran neraka hingga mereka meraung kesakitan.

Lord berjubah merah muda memanggil kekuatan ilusi yang begitu nyata, duri-duri raksasa mencuat dari tanah dan angin puyuh berputar liar, menerjang para iblis dengan kekuatan alam yang tak terkendali.

Lord berjubah emas memancarkan aura suci yang menyilaukan, gelombang energi keemasan yang membuat para iblis meringis dan mundur, kulit mereka seolah terbakar oleh cahaya ilahi, lalu Lord berjubah emas itu maju dengan mengeluarkan pedang Cahayanya.

Dan kemudian matanya tertuju pada Lord Rafaela, dengan aura emas yang tenang mendukung para Lord Lainnya dari belakang, ketika ada serangan dia bergerak dengan anggun seperti penari, dukungan dari Lord Rafaela membuat kekuatan mereka berlima menjadi setara dengan ketujuh Pangeran neraka.

Pertempuran tampak sengit dan seimbang, meskipun jumlah pangeran neraka lebih banyak. Namun, di tengah kekacauan itu, Ling melihat salah satu pangeran neraka yang bertubuh kekar dengan kulit bersisik dan cakar setajam pedang berhasil lolos dari perhatian Lord Rafaela yang sedang fokus menghadapi dua pangeran neraka lainnya. Iblis itu menyeringai licik, mengumpulkan bola energi hitam pekat di tangannya, bersiap melancarkan serangan kejutan dari belakang, tepat menuju punggung Lord Rafaela yang lengah.

Tanpa berpikir panjang, didorong oleh naluri untuk melindungi sosok yang ia kagumi dan rasa takut akan bahaya yang mengancam para Lord Manusia, Ling melakukan tindakan bodoh dan impulsif.

Ia mengerahkan seluruh energi spiritualnya yang masih belum seberapa, memfokuskannya pada teknik rahasianya yang telah di pahami oleh Dekan Fu Dai dan di pelajari oleh dirinya; Raungan Gema Samudra. Sebuah gelombang suara dahsyat yang bergetar dengan kekuatan yang mampu meretakkan batu dan memecahkan gendang telinga meluncur dari mulut Ling, memecah keheningan malam dan menghantam area pertempuran seperti badai sonik yang tak terduga.

*WUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU

Tindakan bodoh Ling bagai petir yang menyambar di tengah badai dahsyat. Gelombang suara Raungan Gema Samudra menghantam medan pertempuran dengan kekuatan yang tak terkendali, membuat udara bergetar hebat dan tanah di bawah kaki para pejuang berdesir.

Lima Lord Manusia yang tengah bertarung mati-matian melawan tujuh pangeran neraka terhuyung mundur, fokus dan momentum serangan mereka pecah seketika. Bola energi hitam pekat yang hampir mengenai Lord Rafaela buyar menjadi asap gelap yang mengepul tak tentu arah. Para iblis meringis kesakitan, telinga mereka berdenging keras akibat gelombang suara yang menusuk.

Pertempuran yang tadinya merupakan tarian kematian yang terkoordinasi tinggi kini terhenti dalam kebingungan dan amarah. Dua belas pasang mata – lima pasang bercahaya lembut dan tujuh pasang membara merah – serentak menoleh ke arah sumber gangguan yang tak terduga itu.

Di tepi medan pertempuran yang tandus, Ling berdiri membeku, menyadari sepenuhnya kebodohan tindakannya.

Wajahnya pucat pasi di bawah cahaya merah gelap dari retakan dimensi. Tatapan marah dan terkejut dari para Lord Manusia bercampur dengan seringai dingin dan tatapan membunuh dari para pangeran neraka tertuju padanya.

Lucifer, yang tadinya mengawasi pertempuran dengan ekspresi angkuh, kini menatap Ling dengan seringai dingin yang merayap di wajah tampannya yang pucat. "Menarik sekali," desisnya dengan nada rendah yang sarat akan bahaya. "Seorang bocah ingusan berani mengganggu urusan para penguasa neraka."

Lord berjubah putih, yang pedang cahayanya kini meredup, menatap Ling dengan mata setajam elang. "Siapa kau, bocah? Apa yang kau lakukan di sini?" Suaranya dingin dan penuh otoritas.

Lord berjubah biru tua, yang baru saja merapal mantra kuno, menggeram frustrasi. "Kau mengganggu pertempuran! Apa kau tidak tahu dengan siapa kau berurusan?!"

Lord berjubah merah muda, yang duri-duri raksasa ciptaannya kini layu, menatap Ling dengan ekspresi kecewa. "Tindakan bodohmu bisa membahayakan kita semua!"

Lord berjubah emas, yang aura suci dan pedang sucinya yang sempat meredup akibat kejutan, menatap Ling dengan tatapan menilai. "Ada kekuatan yang tertidur dalam dirinya... tapi keberaniannya bodoh."

Lord Rafaela, yang nyaris menjadi korban serangan kejutan, menoleh perlahan ke arah Ling. Ekspresi di wajahnya sulit dibaca, namun ada sedikit keterkejutan bercampur amarah yang terpancar dari mata ungunya. "Kau..." ucapnya pelan, nada suaranya rendah dan berbahaya.

Di sisi para pangeran neraka, raungan amarah terdengar. Pangeran neraka bertubuh kekar yang serangannya tadi buyar menggeram, cakarnya mencakar udara dengan geram. "Makhluk lemah! Akan kuhancurkan kau!"

Pangeran neraka bersayap tulang menatap Ling dengan mata penuh nafsu membunuh. "Kau akan membayar mahal atas gangguan ini, bocah fana!"

Lucifer mengangkat tangannya, menghentikan geraman para pangerannya. "Biarkan aku yang 'berurusan' dengan bocah ini." Seringainya semakin lebar, memperlihatkan gigi-gigi runcingnya. Ia melayang mendekati Ling, aura kegelapan di sekelilingnya semakin pekat. "Kau punya nyali yang besar untuk datang ke sini. Katakan padaku, siapa namamu, bocah, dan apa tujuanmu?"

Ling, yang awalnya membeku karena ketakutan, mencoba mengumpulkan keberanian. Suaranya bergetar saat menjawab, "N... nama saya Ling. Saya... saya hanya ingin membantu."

Tawa dingin Lucifer menggema di dataran tandus itu. "Membantu? Dengan raungan cemprengmu itu? Kau justru hampir membunuh salah satu sekutuku!" Ia menunjuk ke arah Lord Rafaela dengan tatapan mengejek.

Lord Rafaela memejamkan matanya sejenak, menarik napas dalam-dalam untuk meredam amarahnya. Ketika ia membuka matanya kembali, tatapannya tertuju pada Ling, dingin namun penuh penilaian. "Pergilah, bocah. Ini bukan tempatmu. Kau hanya akan menjadi beban."

Namun, Lucifer menggelengkan kepalanya perlahan, matanya tak lepas dari Ling. "Tidak, tidak. Bocah ini menarik. Ada sesuatu yang berbeda darinya. Mungkin... dia bisa menjadi 'mainan' baru yang menarik." Ia mengulurkan tangannya yang pucat ke arah Ling, kuku-kukunya memanjang menjadi cakar hitam yang menakutkan. "Ayo, bocah. Bergabunglah denganku. Aku akan menunjukkanmu kekuatan yang sebenarnya."

Sebelum Ling sempat menjawab, Lord berjubah putih bergerak cepat. Pedang cahayanya kembali bersinar terang, menebas ke arah Lucifer dengan kecepatan kilat. "Jangan sentuh dia, iblis!"

Pertempuran kembali pecah dengan lebih sengit dari sebelumnya. Lima Lord Manusia kini harus bertarung sambil melindungi Ling yang berdiri terpaku di tepi medan pertempuran, menjadi target empuk bagi para pangeran neraka yang marah. Raungan energi dan kilatan cahaya serta kegelapan kembali memekakkan telinga dan menyilaukan mata. Ling hanya bisa menyaksikan dengan ngeri, menyadari betapa bodoh dan berbahayanya tindakannya. Ia telah mengganggu pertarungan para dewa, dan kini ia harus menghadapi konsekuensinya. Nasibnya, dan mungkin juga nasib seluruh dunia, kini berada di ujung tanduk.

1
Anonymous
udah saya tulis ulang kak
Paddle Pops
ranan apa aja tor
Anonymous: udah di tulis ulang
total 1 replies
Paddle Pops
ranah apa aja tor..
Grayn Alasky
cukup menarik, karena sepertinya ini author masih pemula dari cerita yang saya baca, dan data yang saya liat
Grayn Alasky
semangat ya author , meskipun agak sepi
Grayn Alasky
semangat author
Grayn Alasky
semangat thor
Grayn Alasky
adabmu sangat bagus sean
Grayn Alasky
kota apaan dah yang kaya gitu
Grayn Alasky
introvert
Grayn Alasky
ternyata pengalaman buruk cukup banyak orang yang mengalaminya
Saito Bara
tapi banyak sekali orang seperti itu
Saito Bara
ow ada penyihir juga ya
Saito Bara
oh jadi dari cerita di ats yang telah ku baca, orang yang telah membangkitkan sosok jahat itu pasti ada kaitannya dengan anggota kerajaan
Saito Bara
gimana ya, kalau ada orang yang menormalisasikan hub ses jens melihat cerita ini, pasti ni author di maki
Saito Bara
haha sangat puas sekali
Saito Bara
pasti sena itu introvert
Saito Bara
awalannya lumayan juga
Saito Bara
Cukup seru
Saito Bara
sangat bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!