"Ma, Papa Anin masih hidup atau sudah pergi ke Sur_ga?" tanya bocah cantik bermata sayu yang kini berusia 5 tahun.
"Papa masih hidup, Nak."
"Papa tinggal di mana, Ma?"
"Papa selalu tinggal di dalam hati kita. Selamanya," jawab wanita bersurai panjang dengan warna hitam pekat, sepekat hidupnya usai pergi dari suaminya lima tahun yang lalu.
"Kenapa papa enggak mau tinggal sama kita, Ma? Apa papa gak sayang sama Anin karena cuma anak penyakitan? Jadi beban buat papa?" cecar Anindita Khalifa.
Air mata yang sejak tadi ditahan Kirana, akhirnya luruh dan membasahi pipinya. Buru-buru ia menyeka air matanya yang jatuh karena tak ingin sang putri melihat dirinya menangis.
Mendorong rasa sebah di hatinya dalam-dalam, Kirana berusaha tetap tersenyum di depan Anin.
Sekuat tenaga Kirana menahan tangisnya. Sungguh, ia tak ingin kehilangan Anin. Kirana hanya berharap sebuah keajaiban dari Tuhan agar putrinya itu sembuh dari penyakitnya.
Bagian dari Novel : Jodoh Di Tapal Batas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 - Tempat Karaoke
Seharian ini Aldo tak fokus dengan pekerjaannya. Ia terus terngiang dengan siluet Kirana yang dilihatnya tadi pagi di jalanan usai mengantar Kenzo sekolah.
"Apa dia tinggal di kota ini atau cuma sekadar singgah ada keperluan?" batin Aldo.
Tak terasa hari berlangsung begitu cepat. Malam hari pun tiba. Aldo masih belum pulang ke rumah.
Satu jam yang lalu, Rama dan beberapa teman kuliahnya menghubungi Aldo dan menyuruhnya untuk datang ke sebuah tempat hiburan.
"Kenapa kita harus ke sini sih?" protes Aldo pada Rama.
"Anak-anak pengin karaoke cantik," jawab Rama seraya terkekeh. "Sekali-kali keluar dari zona nyaman. Bukan bermaksud nakal. Cuma sekedar cuci mata," imbuhnya.
"Mata Lu s0ak!" gerutu Aldo.
Awalnya Aldo menolak pergi ke sana. Akan tetapi, karena sedikit ancaman dari teman-temannya maka Aldo pun terpaksa ikut ke tempat karaoke tersebut. Pastinya bukan karaoke keluarga melainkan tempat karaoke dewasa.
Mereka beralasan ingin membahas bisnis cafe yang hendak mereka bangun di Kota Surabaya.
Pukul sepuluh malam Aldo dan rekan-rekannya tiba di tempat karaoke.
"Bahas bisnis atau kalian lagi pengin hun_ting L C !" desis Aldo.
Kini mereka berlima termasuk Aldo dan Rama sudah duduk di dalam ruangan yang dibooking sebelumnya atas nama salah satu rekan mereka.
"Bahas bisnis, Al. Tapi biar gak suntuk, sekalian cari cemilan."
"Cemilan apaan di sini?" sungut Aldo.
"Kopi plus suusu mungkin. Haha..." celetuk salah satu teman Aldo yang sudah beristri.
"Dasar playboy!" ketus Aldo dengan nada kesal.
Mereka semua tidak tau perihal Aldo yang berpoligami. Pernikahan poligami Aldo dengan Kirana berlangsung tertutup. Hanya keluarga dan Rama sebagai sahabat dekat Aldo yang tau.
Dikarenakan dahulu mereka tinggal di beberapa kota yang berbeda. Otomatis tak begitu tau perkara tersebut. Bahkan rekan-rekan Aldo mengira Kenzo adalah buah hati yang dilahirkan oleh Hana.
Ketika Aldo mengundang teman-temannya bertandang ke Jakarta untuk acara aqiqah Kenzo, mereka mengucapkan selamat pada Hana dan Aldo serta tak lupa membawa kado-kado mewah untuk Kenzo yang telah lahir ke dunia ini dengan selamat.
Sebagai teman, mereka tentu tau jika Aldo begitu mendambakan kehadiran anak dalam pernikahannya dengan Hana.
Di antara mereka berlima, hanya Rama yang masih betah menjomblo sampai dijuluki bujang lapuk.
"Untung aku belum punya bini di rumah. Pacar juga enggak ada. So, gak punya beban deh. Hehe..." ucap Rama seraya meledek teman-teman yang lain ketika mereka asyik membahas para gadis cantik se_xy di karaoke.
"Jangan ada yang panggil cewek ya ke ruangan ini!" ancam Aldo.
"Ih, gak asyik deh kamu Do!" sahut rekan Aldo.
"Kalau mau main cewek, silahkan. Tapi nanti setelah urusan kita selesai!" tegas Aldo.
"Kamu gak mau kah, Do?" goda rekan Aldo.
"Mau apa?"
"Ya mungkin saja kamu mau icip dikit cewek-cewek di sini. Masa gue harus jabarin tutorial cara mencicipi mereka sih!"
"Malas banget!" balas Aldo ketus.
☘️☘️
Sedangkan di ruangan khusus karyawan, Mia sedang sibuk mendandani Kirana.
"Astaga, Mia! Masa aku harus pakai baju ketat begini?"
"Wajib, Ki! Ayo buruan ganti!"
Kirana menghela nafas beratnya. Jika tidak terpaksa karena himpitan ekonomi demi kelangsungan hidup Anin, ia tak akan sudi melakukan hal ini.
Kirana pernah menempuh kuliah tingkat sarjana (S1) di Australia. Namun, tidak berlanjut hingga selesai. Ia terpaksa kembali ke Indonesia setelah mendengar ayahnya meninggal dunia dibunuh oleh Manda, ibu kandung Aldo.
Setelah itu, Kirana memilih untuk fokus menyelamatkan perusahaan properti satu-satunya peninggalan sang ayah karena bisnis tersebut sedang di ujung tanduk kala itu.
Dengan hanya berbekal ijazah SMA tanpa pengalaman kerja di perusahaan lain, Kirana melamar ke banyak tempat setelah dirinya pergi menjauh dari hidup Aldo.
Tak mungkin ada yang percaya jika Kirana pernah menjadi direktur sebuah kantor properti. Apalagi kantor tersebut sudah bangkrut dan meninggalkan nama buruk di mata perusahaan lain.
Selama lima tahun, Kirana sudah berpindah kerja beberapa kali di kantor yang berbeda bidang. Bukan karena dirinya tidak nyaman, tapi semua karena uang demi kebutuhan hidupnya bersama Aisha dan Anin.
Kirana berusaha mencari tempat kerja yang rela memberikan gaji cukup besar untuknya, walaupun dengan hanya berbekal ijazah SMA. Pekerjaan sebagai staf admin toko roti ternama di Kota Surabaya, sudah dilakoni Kirana selama dua tahun terakhir ini.
Apapun yang diterimanya saat ini, Kirana sudah sangat bersyukur.
☘️☘️
Kirana telah selesai berganti baju dan juga make up.
"Kamu memang cantik banget, Ki." Puji Mia.
"Masa sih!" Kirana tak percaya.
Sejak ia pergi dari hidup Aldo, Kirana sering merasa insecure terhadap dirinya sendiri baik fisik dan kemampuan.
"Yang lihat kamu cantik atau tidak, itu orang lain. Bukan diri sendiri. Percaya deh, cuma laki-laki bodoh yang nolak pesonamu. Kamu itu punya se_x appeal, Ki."
"Astaga, Mia! Kenapa jadi bahas ke arah sana?"
"Buktinya kamu itu wanita yang pernah melahirkan dan punya anak. Tapi bentuk tubuhmu ini kayak masih pera_wan tau!"
Kirana hanya memutar bola matanya jengah mendengar pujian Mia yang menurutnya terlalu berlebihan atau hiperbola. Pujian Mia semakin melebar ke mana-mana.
Padahal faktanya, memang pujian Mia bukan omong kosong belaka. Kirana memiliki bo_dy goals dengan paras memikat cantik.
"Pokoknya harus kamu ingat, jangan mudah tergoda pria di sini. Kalau ada pria yang nakal, bilang sama aku. Biar aku patahkan hidung mereka atau co_lok matanya sekalian!"
Kirana tersenyum tipis mendengar semangat Mia, terutama melindungi dirinya sebagai teman.
"Mia, ada Pak Alex cari kamu di room 08." Ucap rekan Mia yang lain setengah berteriak.
"Oke, makasih. Mia segera meluncur," sahut Mia.
"Temanmu yang baru bergabung disuruh bos antar minuman ke room 69,"
"Beres," jawab Mia.
"Mia, kok kita pergi antar minumannya ke ruangan yang berbeda sih?" protes Kirana di mana jantungnya kini mendadak berdegup kencang.
"Namanya kerja, kita gak bisa berdua terus Ki. Malam ini kayaknya lagi rame pengunjung. Jadi kamu antar minuman ke room 69. Aku mau temani Pak Alex dan teman-temannya karaoke di ruangan 08. Pak Alex langganan di sini. Jadi maaf aku harus temani dia. Soalnya dia jarang mau sama yang lain. Katanya suaraku bagus kalau nyanyi bareng. Hehe..."
☘️☘️
Kirana berjalan di antara lorong re_mang-re_mang di tempat karaoke. Ia berjalan menuju room 69 setelah diberi petunjuk oleh Mia.
"Aku keluar dulu," pamit Aldo pada rekan-rekannya yang sedang asyik berkaraoke bersama.
"Mau ke mana, Al?" tanya Rama.
"Hana telepon. Aku angkat di luar. Di sini berisik sama suara kalian yang fals," jawab Aldo seraya melangkah pergi ke luar dari ruangan tersebut.
Mereka semua mencebik.
"Dasar suami terlalu setia!" cibir rekan Aldo.
"Aku heran, Ram."
"Heran kenapa?"
"Aldo kok bisa setia banget sama Hana. Ya, kamu tau sendiri kalau Hana menurutku tampilannya biasa saja dan maaf nih, cacat. Bukan maksudku menghina istri Aldo. Kamu tau kan waktu di kampus banyak banget cewek yang ngejar Aldo. Mereka bukan hanya cantik tapi juga dari keluarga kategori kaya. Semuanya ditolak Aldo,"
"Maybe selera Aldo begitu. Lagi pula kamu kan tau Aldo paling anti dikejar cewek. Semakin cewek itu ngejar dia, maka Aldo pasti semakin menghindar."
"Feeling ku sih enggak. Kayaknya Aldo setia sama Hana ya karena mereka dijodohin orang tuanya. Apalagi Aldo tipe cowok yang suka gak tegaan terutama sama anak yatim piatu modelan Hana. Jadi ya Aldo gak enak aja sama orang tuanya. Terpaksa deh terima dijodohin sama Hana,"
Ghibah para pria pun dimulai. Apalagi objek ghibah mereka sedang pergi.
☘️☘️
Setelah keluar, Aldo memilih untuk berdiri di salah satu sudut yang sepi di ujung lorong untuk mengangkat telepon masuk dari Hana.
"Halo, Han."
"Mas kok tumben belum pulang?"
"Aku masih di luar sama anak-anak dan Rama,"
"Di mana?"
Tiba-tiba pandangan kedua mata Aldo mendadak terpaku karena melihat kembali siluet dari sosok yang menghantui pikirannya sepanjang hari ini. Kini ia melihatnya kembali di tempat yang berbeda.
Aldo masih tak percaya. Sebab, saat ini dirinya sedang berada di sebuah tempat hiburan malam. Tempat yang tentunya banyak hal negatif ketimbang positifnya bagi sebagian orang.
Bahkan Aldo sampai mengu_cek kedua matanya guna meyakinkan bahwa penglihatannya kali ini tak salah. Aldo melihat dengan jelas Kirana masuk ke dalam salah satu ruangan yang berada di ujung koridor dengan membawa beberapa minuman.
Pakaian Kirana begitu se_xy. Membuat salah satu bagian tubuh Aldo yang telah lama mati suri, mendadak menggeliat resah seakan hendak bangun dari hibernasinya selama ini. You know what I mean.
"Kirana," batin Aldo.
"Mas, kamu masih di sana kah? Kok diam?" panggil Hana yang tak mendengar sahutan atau jawaban dari Aldo sama sekali.
Seketika Aldo pun tersadar jika saat ini dirinya masih terhubung dengan Hana di sambungan telepon.
"Sorry, Han. Nanti aku hubungi lagi. Anak-anak panggil aku," ucap Aldo terpaksa berbohong.
"Mas, kamu belum jawab! Kamu di mana sama teman-temanmu?" cecar Hana.
Bip....
Sambungan terputus secara sepihak oleh Aldo.
"Ih, Mas Aldo ke mana sih? Gak biasanya dia seperti ini!" gerutu Hana.
"Aku yakin tadi pasti Kirana. Tapi kenapa dia ada di tempat seperti ini? Gak mungkin dia kerja di sini?" batin Aldo mendadak bergemuruh dahsyat dan muncul dugaan-dugaan dalam pikirannya. Cemburu, rindu,
bercampur emosi menjadi satu.
Langkah kaki Aldo segera berjalan cepat ke ruangan yang tadi dimasuki oleh Kirana.
Setelah mendapati ruangan yang diyakini ada Kirana di dalamnya, Aldo segera membukanya secara kasar. Beruntung ruangan tersebut belum terkunci.
BRAKK !!
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Bab ini over panjang. Semoga yang baca puas ya.💋💋
*Boleh bagi vote atau kopi sambil makan kuaci.😁
astagfirullah, cmn bisa inhale exhale
Pen jambak Aldo boleh gak sih?? Tapi takut dimarahin pak Komandan...
Do, bnr² lu yee, suami gak bertanggung jawab!!! Pantes kmrn nangis sesunggukan, merasa berdosa yak... Tanggung Jawab!!! Kudu dibwt bahagia ntu si Kirana sama anak²nya sekarang!!!
lanjutkan.....
Hamil 1 ajah berat, apalagi ini hamil kembar dah gt gak ada support system... hebat kamu Kirana, mana cobaan datang bertubi² 👍👍👍 saLut
alasanya jelas karena dia merasa kecewa karena Kirana tidak lagi bisa digunakan sebagai boneka balas dendamnya pada Aldo