Hanum Khumaira, seorang wanita soleha yang taat beragama, terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya dengan seorang perwira polisi bernama Aditama Putra Pradipta. Perjodohan ini merupakan keinginan kedua orangtua mereka masing-masing.
Namun, di balik kesediaannya menerima perjodohan, Aditama sendiri memiliki rahasia besar. Ia telah berhubungan dengan seorang wanita yang sudah lama dicintainya dan berjanji akan menikahinya. Akan tetapi, ia takut jika kedua orangtuanya mengetahui siapa kekasihnya, maka mereka akan di pisahkan.
Diam-diam rupanya Aditama telah menikahi kekasihnya secara siri, ia memanfaatkan pernikahannya bersama Hanum, agar hubungannya dengan istri keduanya tidak dicurigai oleh orangtuanya.
Hanum yang tidak mengetahui rahasia Aditama, mulai merasakan ketidaknyamanan dengan pernikahannya ini.
Konflik dan drama mulai terjadi ketika Hanum mengetahui suaminya telah menikahi wanita lain, akankah Hanun tetap mempertahankan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diajak liburan
Hari ini Tama mendapatkan jadwal libur, dan ia pun tidak ingin membuang waktu dengan hal yang tidak berguna contohnya seperti bermalas-malasan. Rencananya ia ingin mengajak Hanum untuk pergi jalan-jalan, meskipun kondisi Hanum saat ini harus menggunakan kursi roda.
"Mas Yakin mau ajak aku jalan-jalan?" tanya Hanum dengan ekspresi yang tidak biasa, kedua bola matanya terlihat berbinar.
Tama mengangguk pelan." iya Num, mumpung aku libur apa salahnya aku ajak kamu jalan, aku yakin pasti kau merasa sangat jenuh karena setiap hari selalu berada di dalam rumah.
'Kau sangat pengertian sekali Mas, ku pikir kau tidak akan peka dengan keadaanku yang setiap harinya selalu merasa jenuh dan juga kesepian.' ujarnya dalam hati.
Sambil mengemudi, Tama sesekali melirik ke arah Hanum, sedangkan Hanum ingin sekali membuka jendela kaca mobil, menurutnya itu adalah suatu hal yang sangat menarik, dan Tama pun tahu keinginan sang istri, perlahan kaca mobil mulai terbuka, Hanum sampai tercekat di buatnya
"Mas, kok kaca jendelanya di buka?" tanyanya sambil mengernyitkan dahinya
Tama menoleh sejenak kemudian tersenyum tipis, lalu sambil mengemudi pandangannya beralih kembali lurus ke depan.
Hanum yang melihat ekspresi suaminya yang seperti itu malah merasa heran, ia pun jadi teringat akan peristiwa yang terjadi ketika dirinya diajak pergi ke acara ulang tahunnya Damar, pada waktu itu dirinya terkena omelan sang Suami karena dengan beraninya membuka kaca mobil, tapi kali ini justru malah sebaliknya, dan Hanum pun begitu menikmatinya, beruntungnya cuaca pagi ini terlihat mendung dan berawan, sehingga udara menjadi jauh lebih sejuk.
"Mas, kamu mau ajak aku kemana?" tanya nya bingung.
"Puncak! aku akan membawamu ke villa milik keluargaku, disana kau akan merasa jauh lebih nyaman dan relaks, apalagi udara di sana sangat sejuk." ucapnya sambil melempar senyumnya ke arah Hanum.
Mendengar hal itu, Hanum sangat senang, ia tidak menyangka jika suaminya akan membawanya ke tempat yang selama ini ia inginkan, Hanum sempat membayangkan dirinya berada diantara hamparan kebun teh yang sangat indah, ia pun sampai tersenyum-senyum seorang diri.
Tama yang melihat ekspresi istrinya sebahagia itu, merasa sangat senang dan juga bangga karena rencananya telah berhasil, Tama sendiri seolah ingin menebus semua kesalahannya di masa lalu kepada Hanum, dan ia akan berusaha keras untuk selalu membahagiakannya.
Setibanya di Villa, Hanum sangat takjub akan pemandangan sekitar, dimana di tempat ini terdapat banyak pohon pinus, serta villa ini pun terbuat dari kayu jati, dan memiliki bangunan dengan gaya klasik.
"Selamat datang di Villa Kenangan Tuan putri!" ucap Tama sengaja menggoda Hanum.
Di perlakukan seperti itu, Hanum sampai mengulum senyumnya, Kemudian Tama menggendong tubuh sang istri masuk ke dalam Villa dan menempatkannya di atas kursi sofa.
"Sebentar ya Num, aku ambil kursi roda kamu dulu di dalam mobil." ujarnya yang kemudian bergegas pergi.
Hanum terus saja memperhatikan area ruang Tamu, semuanya terlihat bagus dan juga rapih, sebuah Villa yang sangat terawat dan sepertinya ada ART yang setiap harinya membersihkan tempat ini.
Hanum sempat terkejut ketika seorang pria yang usianya sudah lansia datang menghampiri nya, tubuh lansia tersebut pun tidak sempurna, karena terdapat benjolan besar di area punggungnya sehingga saat berjalan terus saja membungkuk.
Lalu Tama datang sambil membawa kursi roda.
"Eh ada pak Karso, Bu suketi kemana Pak?" tanya Tama ramah.
"Sugeng rawuh Den Tama dan juga Non Hanum, mohon maaf Den, Mbok Suketi sedang kurang enak badan, tapi nanti malam diusahakan datang kesini, Aden kalau butuh sesuatu bilang saja sama saya!" ucap Pak karso sambil tertunduk.
"Semoga istrinya Pak Karso segera sembuh, kalau belum sehat, sebaiknya istirahat saja dulu, saya dua hari kok menginap di sini!" ujarnya menatap lekat Pak Karso.
"Terimakasih Den atas Doanya!" jawabnya dengan ekspresi datar.
"Yasudah sebaiknya Pak Karso istirahat saja, nanti kalau aku butuh sesuatu, pasti akan aku panggil Bapak ya, kebetulan aku ingin memasak sesuatu untuk istriku!" jawabnya dengan sorot mata tertuju ke arah Hanum.
"Baik Den!" jawab singkat Pak Karso, kemudian ia pun bergegas pergi menuju halaman belakang Villa
"Mas Yakin mau masakin buat aku?" Hanum seolah tidak percaya atas perkataan dari suaminya.
"iya Nun, memangnya kamu pikir aku gak bisa masak?" ucapnya sambil berkacak pinggang.
"Percaya kok Mas, lantas apa yang mau Mas Tama masak? Barang kali bisa aku bantu!" usulnya seraya ingin meringankan pekerjaan suaminya.
Tama malah menggeser kursi roda Hanum tepat di depan meja mini bar yang menghadap ke arah dapur.
"kau tidak usah repot-repot membantuku, cukup menjadi penonton saja, ok!"
Hanum pun mengangguk cepat " iya Mas, terserah Mas Tama saja!"
Akhirnya dengan semangat empat lima, Tama mulai memasak untuk istri tercintanya.
Hanum pun terus memperhatikan sang suami yang sedang fokus memotong sayuran dan juga bawang, tidak lupa udang dan juga cumi sotong ia potong-potong menjadi ukuran kecil.
Rupanya Tama ingin membuat nasi goreng seafood untuk mereka santap siang ini.
kurang lebih tiga puluh menit kemudian, Tama selesai memasak, dapur pun mendadak rapih dan juga bersih, Tama merupakan type cowok yang apik saat memasak, Hanum pun sampai di buat kagum olehnya.
"Tara....nasi goreng seafood sudah datang!" ucapnya dengan ekspresi bahagia.
"Wah, amazing...Mas Tama hebat!" puji Hanum sambil memberikan tepuk tangan.
Lalu Tama meletakan dua piring nasi goreng seafood di atas meja makan, dan ia buru-buru membawa Hanum ke meja makan agar bisa segera mencicipi masakannya.
Tama mulai mengambil satu sendok nasi goreng seafood yang uap panasnya masih mengepul, perlahan ia meniupnya.
"Coba deh Num, aku yakin kamu pasti suka!" pintanya dengan menyodorkan satu sendok nasi goreng seafood, Hanum pun sudah membuka mulutnya lebar-lebar.
Akhirnya satu sendok nasi goreng seafood mendarat sempurna di mulutnya, perlahan Hanum mulai mengunyahnya.
"Waw...enak sekali nasi goreng seafood nya Mas, wah kalau Mas Tama buka usaha seperti ini, bisa laris manis Mas, apalagi yang jualannya Mas Tama, pasti para wanita akan rela mengantri untuk membelinya." kelakar nya malah mengejek Tama.
Dengan rasa gemesnya, Tama malah menarik hidung mancung Hanum.
"aduh..duh...sakit Mas!" keluh Hanum berusaha melepaskan tangan suaminya dari atas hidungnya.
"Habisnya kamu itu nyebelin, Num! Bilang saja nasi gorengnya tidak enak! Pake acara banyak wanita yang antri beli lah, kamu pikir aku jual tampang!" jawabnya geram.
Hanum pun menjadi merasa bersalah dan ia berusaha membujuk suaminya agar tidak marah padanya.
"Maafkan aku Mas, aku gak berniat menyinggung perasaan kamu kok, dan masakan kamu memang sangat enak dan juga lezat." balasnya berusaha meyakinkan.
"Aku tidak percaya Num!" jawabnya sambil. Menunjukan bibir kerucutnya.
"Ayolah Mas Tama, maafkan aku? Ok kalau begitu apa yang harus aku lakukan agar Mas Tama mau memaafkan aku?" tanyanya dengan tatapan serius.
Inilah jawaban yang sudah Tama nantikan sedari tadi.
"kau yakin dengan perkataanmu itu Num?" Tama mulai meragukan Hanum.
Hanum pun mengangguk cepat tanpa berpikir kembali." iya, Mas! Ayo cepat katakan?"
Tama pun menghela napasnya sejenak, kemudian dengan mantapnya ia menatap wajah sang istri."jika aku menginginkan kamu seutuhnya bagaimana Num? Aku meminta hak ku sebagai suami padamu, apa kau sanggup?"
Deg!
Matanya Hanum langsung terbelalak, ia benar-benar tidak habis pikir jika suaminya akan meminta hal itu padanya, ia pun sampai menelan ludahnya sendiri.
Bersambung....
⭐⭐⭐⭐⭐
maaf sok nasehati.
Lanjut tripel up oke
up lagi kak....jd penasaran