Raden Cindeloka Tisna Sunda, seorang bocah laki laki berparas tampan dari Klan Sunda, sebuah klan bangsawan tua dari Sundaridwipa yang hanya meninggalkan nama karena peristiwa genosida yang menimpa klannya 12 tahun yang lalu. keberadaannya dianggap membawa sial dan bencana oleh warga Sundari karena ketampanannya. Suatu hari, seluruh warga Sundari bergotong royong menyeret tubuh kecil Cindeloka ke sebuah tebing yang dibawahnya air laut dengan ombak yang mengganas dan membuangnya dengam harapan bisa terbebas dari bencana. Tubuh kecilnya terombang ambing di lautan hingga membawanya ke sebuah pulau misterius yang dijuluki sebagai pulau 1001 pendekar bernama Suryadwipa. di sana ia bertemu dengan rekannya, Lisna Chaniago dari Swarnadwipa dan Shiva Wisesa dari Suryadwipa yang akan membawanya ke sebuah petualangan yang epik dan penuh misteri gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teguhsamm_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prolog
...🌿🌿...
Angin malam menyisir lembah-lembah hening di Tanah Sundari. Di antara kabut pekat yang menggantung seperti tirai kematian, tampak bayang-bayang manusia berkerumun di pusat desa. Mereka berdiri dengan wajah pucat ketakutan, menatap seorang bocah kurus berwajah rupawan yang tangan dan kakinya terikat tali ijuk.
Bocah itu bernama Cindeloka—usia dua belas tahun, yatim piatu, dan satu-satunya darah terakhir Klan Sunda, klan yang lenyap dalam kobaran genosida dua belas tahun silam. Kesan tampannya bukan sekadar karunia, melainkan kutukan turun-temurun—paras yang memikat, tetapi membawa celaka. Setiap orang yang menatap wajahnya terlalu lama seakan memancing kesialan, petaka, dan kematian tanpa sebab.
Namun kutukan paling mengerikan bukanlah wajahnya.
Di balik dada kecilnya, bersemayam seekor Maung Bodas, harimau putih raksasa—sebuah gundam mistis buatan leluhur Sunda. Makhluk itu tertambat pada jantungnya sejak bayi, menjadi simbiosis terkutuk yang membuat tubuh Cindeloka menjadi medan perang antara hidup dan maut.
Kadang, ketika emosi Cindeloka meletus, suara geraman gaib mengguncang tulangnya, dan cahaya kelabu menyala dari uratnya. Desa Sundari sudah terlalu lama menanggung teror itu.
Malam itu, para tetua akhirnya memutuskan sesuatu yang kejam namun dianggap perlu:
Cindeloka harus dibuang.
“Maafkan kami, Nak…” bisik seorang perempuan yang dulu merawatnya, suaranya terdengar lebih serak daripada hembusan angin. “Kutukanmu… membawa bala bagi desa.”
Cindeloka hanya menunduk. Ia tak menangis. Ia sudah lama tahu—ia tidak pernah benar-benar diterima.
Tali ijuk dilepas dari tiang, dan bocah itu dituntun menuju tebing barat Sundari. Ombak mengamuk di bawah sana, gelap dan lapar, seolah siap menelan apa pun yang jatuh.
Tetua desa mengangkat tongkatnya.
“Demi keselamatan kami, demi anak-anak kami… pergilah, keturunan terakhir Klan Sunda. Jangan pernah kembali.”
Sebuah dorongan keras.
Tubuh Cindeloka jatuh.
Dunia gelap.
Angin mengaum di telinganya seperti suara Maung Bodas yang tertidur di jantungnya.
Lalu—gelap total.
Ketika kesadaran kembali, Cindeloka tersentak. Tubuhnya terdampar di tepi pantai asing, pasirnya berwarna kemerahan seperti sisa-sisa darah perang. Di kejauhan, tebing-tebing menjulang bak tombak ke langit. Suara pekikan makhluk aneh bergema dari hutan rimbun.
Sebuah papan kayu terdampar tak jauh dari tempatnya terbaring. Tulisan kunonya masih terbaca.
S U R Y A D W I P A
Pulau 1001 Pendekar.
Cindeloka menelan ludah. Dadanya berdegup tak nyaman, terasa seperti ada cakar halus menggaruk dari dalam—tanda Maung Bodas sedang bangun.
Ia menatap ke arah hutan yang pekat dan menanti.
Di pulau inilah para pendekar paling kuat, paling gila, dan paling haus darah ditempa.
Di pulau inilah, nasib seorang anak terbuang akan berubah menjadi sesuatu yang tak pernah dibayangkan oleh siapa pun.
Dengan langkah goyah namun tekad baru, Cindeloka memasuki Suryadwipa.
Pulau 1001 Pendekar kini punya tamu baru—
dan mungkin, calon ancaman yang tidak pernah mereka bayangkan.
Sebuah pulau yang akan menutunnya ke dalam dunia silat yang penuh misteri dan kegelapan.
...Disclaimer:...
...Jika ada kata kata yang tidak baku dan tanda baca yang acakadut, mohon dimaklumi. Semoga kalian suka dengan cerita ini, Kritik dan saran dipersilahkan. Novel ini menjadi pintu gerbang menuju Dunia Silat Nusantara yang penuh kegelapan dan misteri....
...Selamat membaca, dan lanjut Ke BAB 1...