Dona Agnesia dan Bayu Wirawan adalah sepasang kekasih yang gemar sekali berpetualang. Mereka ikut dalam klub pencinta alam di Kampus mereka. Mereka sudah bersama selama lima tahun, dan selama itu pula banyak gunung yang sudah mereka daki. Sampai pada akhirnya mereka memilih untuk mendaki Puncak Cartenz, salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Pada akhirnya keinginan mereka pun tercapai, tapi di Gunung itu pula akhirnya kisah Cinta mereka harus dipisahkan oleh kematian. Sang kekasih hati pergi untuk selama- lamanya dalam pelukan Cartenz. Apakah Dona bisa menerima kepergian sang Kekasih? dan apakah Dona bisa membuka hatinya untuk Cinta yang baru. baca terus kelanjutan ceritanya hanya di NT.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maria Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10. BERDISKUSI DI RUMAH BAYU
"ADA HUBUNGAN APA KAMU DENGAN GEORGE...!!"
Aku pun segera menoleh ke arah suara itu, ternyata kak Kinan dan temannya datang menghampiriku di parkiran.
"Maksud kakak apa ya, saya gak mengerti?" tanyaku dengan heran.
"Kamu gak usah pura-pura gak ngerti, kemarin siang aku melihat kamu dan George duduk berdua di kantin." Sewotnya padaku.
"Oh itu, kakak salah paham. Kemarin itu kak George mengajakku ke kantin karena dia ingin menanyakan tentang acara makan malamku dengan Bayu."
"Yakin,,? Dia hanya membahas tentang itu?" Tanyanya lagi padaku,
"Yakin lah kak, kan memang kenyataannya seperti itu! Lagian kenapa emangnya kak? Kakak cemburu ya? Kakak tenang aja, aku gak ada hubungan apa-apa dengan kak George." Ucapku dengan tegas padanya.
Enak aja datang-datang main ngebentak dan nuduh yang macam-macam, memangnya mereka pikir, mereka siapa? Pikir aku mau takut dengan mereka.
"Apa masih ada yang mau kak Kinan tanyakan? Kalau tidak ada lagi yang mau ditanyakan, aku mau pulang."
"Songong banget sih nih anak? Anak baru aja belagu, gak ada hormat-hormatnya sama senior!" jawab salah satu teman kak Kinan padaku dengan ketus.
"Maksud kakak ini, gak sopan yang gimana? aku juga menjawab pertanyaan kak Kinan dengan baik. Justru kakak mereka yang gak sopan datang-datang langsung membentak dan menuduh yang tidak-tidak." Jawabku dengan penuh emosi.
Mereka pikir, karena mereka senior bisa seenaknya dengan junior di sini.
Aku tidak pernah takut dengan siapapun, selama aku merasa benar, maka aku tidak akan pernah gentar. Lagian sama-sama makan nasi kok...!
"KAMU INI...!" Senior itu hendak menamparku tapi langsung ditahan oleh kak Kinan.
"Jangan cari masalah, nanti kamu bisa kena skors lagi." Tegur kak Kinan pada kakak itu yang aku sendiri tidak tau namanya.
"Oke Dona, terimakasih untuk penjelasannya. Aku cuma mau mengingatkan agar kamu tidak dekat-dekat dengan George, karena George adalah milikku!! Kamu harus pahami itu baik-baik." Ucapnya penuh penekanan padaku.
Mereka berdua pun segera pergi dari hadapanku dengan diiringi tatapan sinis dari dua wanita itu.
Aku pun tidak mau ambil pusing, aku harus segera pulang ke rumah, karena sebentar sore kami masih harus berkumpul lagi.
"Gara-gara meladeni mereka, waktuku jadi terbuang sia-sia!"
Aku pun segera pulang ke rumah dan bersiap-siap untuk berkumpul dengan teman-teman kelompok pendakianku.
***
Jam 5 sore aku berangkat dengan motor menuju rumah Bayu.
Bayu sudah mengsharelockan alamat rumahnya kepada kami semua.
Membutuhkan waktu 40 menit untuk sampai di rumah Bayu, dan ternyata Bayu tinggal di kompleks elite.
Sesampainya di penjagaan satpam, ketika aku memberitahukan ingin bertemu dengan Bayu Wirawan. Mereka langsung menyuruhku masuk ke dalam kompleks itu.
Aku melihat mobil Bayu terparkir di depan rumah, dengan pintu pagarnya yang terbuka.
aku pun segera turun dan memarkirkan motorku di sebelah mobil milik Bayu.
Rumah ini sangat besar, aku jadi bingung harus menanyakan kepada siapa? Karena aku melihat security yang berjaga sepertinya tidak ada di posnya.
belum ada teman-temanku yang datang, sepertinya baru aku sendiri yang datang. Dan waktu menunjukkan jam 6 kurang 10 menit.
Tiba-tiba aku melihat kak George baru saja datang dengan mobilnya, entah dari mana dia? Kak George segera turun dari mobilnya dan menyapaku.
"Dona, apa yang kamu lakukan di sini?"
"'Aku ada janjian dengan Bayu dan juga teman-teman kelompokku untuk membicarakan tentang persiapan mendaki kak." Jawabku kepadanya.
"Kalau begitu, ayo masuk dulu ke dalam?" ajaknya padaku.
Aku pun mengikuti langkah kakinya masuk ke dalam rumah. Sampai di ruang tamu, kak George menyuruhku duduk dan ia memanggil Bayu di kamarnya. Rumah Bayu sangat besar dan luas, bahkan barang-barang dalam rumah bisa dikatakan semuanya adalah barang-barang mahal.
Aku pun melihat foto Bayu bersama kedua Orang tuanya dan juga kak George. Papanya Bayu sangat tampan dan berwibawa, wajahnya persis sekali dengan Bayu. Sedangkan mama tirinya sangat cantik dan anggun, wajahnya persis dengan ka George.
Saat aku memandangi foto mamanya kak George, aku merasa seperti mengenalnya tapi aku benar-benar tidak bisa mengingatnya.
Saking asyiknya aku memandangi foto mereka, aku sampai tidak menyadari kalau ternyata Bayu sudah berdiri di belakangku.
Dan dia pun langsung memegang pundakku tanpa memanggilku terlebih dahulu, sontak aku pun kaget dan saat menoleh ke belakang, wajah kami pun saling bertemu dan kami pun saling menatap untuk waktu yg lumayan lama sampai akhirnya Bayu pun berkata,
"Sore Don, maaf ya membuatmu menunggu lama. Aku tadi ketiduran dan ini juga baru habis mandi. Dan aku senang Kamu ini ternyata orangnya ontime ya?" Puji Bayu padaku, dan aku pun hanya tersenyum malu-malu padanya.
Aku merasa jantungku berdetak dengan sangat kencang. Belum pernah aku merasakan yang seperti ini, kecuali saat dulu...??
Akhirnya semua teman-temanku datang, walaupun memang terlambat 15 menit. Karena memang kami semua pulang dari kampus sudah hampir sore, dan pasti teman-teman ada yang ketiduran hingga akhirnya banyak yang terlambat.
Bayu pun mempersilakan kami semua duduk melingkar di bawah lantai dengan beralaskan karpet, karena memang lebih nyaman duduk seperti ini.
Kami pun segera berdiskusi tentang persiapan barang-barang yang akan kami bawa saat pendakian.
Tidak lama ART di rumah bayu datang membawakan minuman dan cemilan untuk kami semua.
"Jadi, bagaimana untuk tenda perwakilan dari laki-laki aku yang akan mempersiapkannya. Terus kalau dari pihak perempuan siapa yang akan membawa tenda?" tany Bayu pada kami berempat.
"Aku yang akan membawanya, kebetulan aku mempunyai persiapan tenda di rumah," jawab Riri kepada kami semua.
"Lalu untuk matras siapa yang akan mempersiapkan?" tanyanya lagi.
"Untuk matras di tenda perempuan aku yang akan membawanya?" Jawab Lidya.
"Dan matras di tenda laki-laki aku yang akan mempersiapkannya," teriak Arga.
Kami kaget karena Arga berbicara sambil berteriak, seperti orang yang tidak mau barangnya diambil. Dia pikir di sini hutan kali ya? Hehehe.. .
"Oke sleeping bag kan kita memang harus bawa masing-masing. Terus untuk perlengkapan memasaknya apakah Dona bisa mempersiapkannya?"
Hmmm... kenapa Bayu bisa menunjukku untuk membawa perlengkapan memasak.
Semua teman-teman pun menunggu jawabanku, akhirnya aku pun menyanggupi untuk membawa peralatan memasak. Karena memang aku menyimpan barang-barangku yang untuk mendaki gunung di gudang.
Hmmm... terpaksa sampai rumah aku harus membongkar gudang, pikirku dalam hati.
"Untuk peralatan darurat kita bisa mempersiapkannya masing-masing. Dan juga untuk bahan memasak kita bisa patungan uang untuk membelinya? Gimana teman-teman, setuju atau tidak?" usul Bayu pada kami semua.
Akhirnya kami pun setuju dengan usul tersebut. Besok dikampus teman-teman akan mengumpulkan uangnya di aku, dan para pria pun sepakat bahwa para wanitalah yang akan berbelanja bahan-bahan makanan.
Dan akhirnya diskusi kami selesai.
Saat aku melihat jam, aku kaget karena ternyata sudah jam delapan malam.
Tanpa terasa kami berdiskusi hampir dua jam di rumah ini. Pantas aku sudah merasakan lapar yang teramat sangat.
Ketika kami mau berpamitan, datanglah kedua Orang tua Bayu dan kak George, "Bay, ini teman-teman kamu ya? Kalian pasti habis berdiskusi tentang perjalanan kalian kan?" tanya mamanya Bayu dengan sangat ramah pada kami semua.
Aku pun menjawab, "Iya tante, dan diskusi kami sudah selesai tante, sekarang kami mau pulang karena sudah malam."
Mamanya Bayu pun melihatku tanpa berkedip dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan wajah yang seperti orang kebingungan.
"Tante..." aku memanggilnya tapi dia tidak menjawabku, sampai akhirnya papanya Bayu memegang pundaknya, barulah akhirnya ia tersadar dari lamunannya.
"Din, kamu ini kenapa sih? teman-temannya Bayu itu pada mau pamit pulang tapi kamunya kok malah bengong!" tanya beliau dengan penuh keheranan.
"Iya nih mama, orang pada mau pamit malah mama melihat Dona seperti itu?" tegur Bayu pada mamanya dengan sedikit kesal.
"Maaf Dona, bukan maksud tante melihat Dona seperti itu. Hanya saja tante seperti tidak asing dengan wajah kamu..??" jawab tante Dinda.
"'Tidak apa-apa tante, tidak masalah kok. Ya sudah kalau begitu kami pamit dulu ya tante, om." Pamit kami semua pada mereka dan mencium tangan mereka.
Bayu mengantarkan kami semua sampai di halaman rumahnya dan kami pun segera mengambil kendaraan kami masing-masing.
"Dona, kamu gak apa-apa pulang sendiri malam-malam dengan motor?" tanya Lidya dengan penuh kekhawatiran.
"Gak apa-apa kok say, lagian kota jakarta kan selalu rame, jarak rumah Bayu ke rumah aku kan hanya membutuhkan waktu 40 menit, jadi kalian tenang saja."
"Ya sudah kalau begitu kami berdua pamit dulu ya?" aku pun melambaikan tangan pada mereka berdua.
Arga dan Boy mereka membawa satu motor, jadi mereka berboncengan, sedangkan Chandra dengan Nita juga pulang bareng dengan mobil.
Mereka semua pun sudah pulang, tinggal aku yang masìh di sini.
aku pun berpamitan dengan Bayu,
"Bay, aku pulang dulu ya?"
"Kamu yakin gak mau aku anterin aja? kasihan kamu, perempuan jalan sendiri dengan motor mana sudah malam lagi?" tanya Bayu dengan penuh kekhawatiran padaku sama seperti Lidya tadi.
"Gak apa-apa Bay, aku udah biasa kok. Kamu tenang aja."
"Ya sudah kalau begitu kamu hati-hati ya, dan kalau sudah sampai rumah kabari aku?" Pesan Bayu padaku.
Aku pun segera menyalakan motor dan melambaikan tanganku pada Bayu.
Aku merasa seperti mengenal tante Dinda tapi di mana ya?
Atau jangan-jangan dia...
***Bersambung***