Kata orang, hal yang paling berkesan dan takkan pernah bisa dilupakan adalah malam pertama. Tapi untuk seorang gadis bernama Jaekawa Ayu, malam pertama yang seharusnya bisa ia kenang seumur hidup justru menjadi hal yang paling ingin ia hapus dari ingatan.
Bagaimana tidak, ia melakukannya dengan lelaki yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
Lama melupakan kejadian itu, takdir justru mempertemukan Jae dengan lelaki itu di satu tempat bernama Widya Mukti. Apakah Jae akan menagih janji itu atau justru berpura-pura tak mengenalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30# Biduan
"Teh Bianca ayo teh!" bukan hanya KKN 30 dan Co-op 21 namun ada Bu Yeti, Bu Indri, pengantin perempuan dan juga anak-anak Tarka.
"Teteh Bianca...meni cantik namanya secantik orangnya." Ucap biduan di depan panggung.
Wooaahhh! Seru mereka riuh sambil bertepuk tangan saat perawakan gadis pinky lovers itu beranjak dari duduknya, "ayo Bi, ntar gue sawer!" ujar Rani berseru membuat Bianca makin semangat melangkah.
"Hahaha, Nja kedua ..Nja adik kembar." Tuduh Zaltan.
Bianca naik ke atas panggung dan meraih microphone, "mau lagu apa teteh?" tanya biduan dan pemain organ.
Mungkin seleranya dan orang kampung akan berbeda, bukan karena ia so-so an ngota melainkan dari kebiasaan dan lingkungan.
" Tes..." suaranya langsung ngiingg... Jae sampai tertawa begitupun Jovi yang tersedak cendol.
"Yahhh, jadi ngga nih Bi?!" Rani bahkan sudah menunjukan lembaran uangnya yang memancing seruan ramai termasuk biduan.
Memang, kadar kesombongan klan Purwangga tak akan ada yang mengalahkan.
"Bentar dulu, ini lagi milih dulu sama si abangnya..." Bianca terlihat mengangguk dengan nada yang diberikan pemain organ tunggal dan gitar.
Bianca mengambil kursi untuknya duduk dengan standing mic di depan. Gadis cantik yang dress pinknya itu menutupi lutut ketika duduk menarik nafas sambil memejamkan matanya. Seperti sedang memberikan rasanya yang saat ini sedang ia alami.
Ia memegang mic dan....
Baik Rani, Salsa, siapapun yang ada disana melongo dibuatnya terkecuali Jae yang memang sudah seringkali menemukan Bian bernyanyi, tak banyak yang tau jika Bianca memang seorang wedding singer dan konten creator music cover.
Di balik suara bledag bledugnya itu, ada suara merdu nan lembut yang mampu menyihir para tamu undangan tertegun merasakan feel yang ia tuangkan.
So as long as i live i love you...Will have and hold you...You look so beautiful in white....
And from now till my very last breath... This day i'll cherish You look so beautiful in white....tonight...
"Ini Bian lagi curhat ya?" sampai-sampai Salsa bertanya begitu, Sesil tersenyum...
"Lo tau ngga, disaat Lo semua maki dia karena sikap dia yang kemaren, dia tuh lagi ancur banget. Dia mergokin Rizal lagi cinlok sama Sheril, anak FEB, temennya sendiri di tempat KKN mereka...padahal katanya udah janji pengen liat Bianca pake gaun putih sambil bawa buket bunga nyamperin dia yang pake jas, alias gaun penganten." Jawab Sesil.
"Emhhhh....kasian Bian..." ucap Salsa.
Jae ikut menghela nafasnya. Begitupun Senja yang ingat dengan kejadian dirinya dulu. Pun dengan Syua...
"Emang breng sek sih laki-lakinya." Umpat Rani.
Suara lembut di depan sana masih saja bernyanyi merdu membuat Anjeli melambai-lambaikan tanda menikmati lagu meskipun tak begitu paham dengan lagunya. Hanya pas reff saja ia paham jika Bianca sedang memujinya cantik di dalam balutan baju putih pengantin.
Lagu berakhir, namun Bianca belum jua turun...ia justru berbisik meminta ditemani biduan agar tak bernyanyi sendiri.
"Biar kita kena sawer berdua, teh...siapin kantong behaa teh, yang nyawer sultan nih!" tuduh Bianca menunjuk Rani.
"Siap teh, mendung tanpo udan! Teh Bianca !!" seru biduan tadi mengiringi musik yang lebih memberikan vibes dan beat ala-ala warga plus 62 tersendiri sekarang.
Sang biduan menyanyi pertama menuntun lagu, dan tepuk tangan riuh mengiringi suara mereka.
Bianca masih mengikuti dengan suara indahnya, Rani sudah bersiap ketika kendang mulai mengisi ruang musik.
Dan gongnya adalah ketika...
Hoa---hoeee!
Awak dewe tau duwe bayangan, besok yen wis wayah omah-omahan....koe Moco Gugel sarungan, aku blonjo cek--outan... Ucap Bianca mengundang gelak tawa.
Hoa hoeee! Seru para tamu undangan mulai ikut menari di bawah panggung sementara Rani sudah berjalan ke arah panggung, benar...sesuai janjinya ia menyawer Bianca dan biduan dengan lembaran uang miliknya.
"Hahahaha, adek Lo bang..." dorong Alby di punggung Mahadri.
"Abangnya kalah pamor...Rani lebih royal!"
Bukan diam, Jovi sudah beranjak dan moment of surprisenya, ia turut naik berjoged bersama Bianca, Rani, biduan dan beberapa tamu undangan, ikut menyawer Bianca.
"An jing Saravv...gue kira abang Jovi ngga sedangdut itu!" Alby mengumpat begitupun Zaltan.
Vio tertawa membuat Yara terkejut dan menangis sehingga akhirnya ia harus meredakan tangisnya dan membawa putrinya itu beranjak.
"Shaka, Lo berani kagak joget sawer biduan begitu?" tantang Zaltan.
"Ah ngapain, mending gue sawer emaknya Yara..."
"Shaka Lo tanya. Dia mah budak cintanya Vio." Ujar Arlan.
"Bapak Arlan dong! Yok Lan..." ajak Alby, bukan...bukan hanya Alby melainkan Jingga, Zaltan dan Maru juga sudah menggusurnya, "bang ke Lo semua, ogah gue!" ia bertahan memegang kursi.
"Ayo, masa karokean aja sering!" Shaka emang agen kompor gas.
Jae hanya tersenyum saja, melihat mereka memaksa Arlan. Namun yang dilihat Jae bukanlah Jovi yang sedang genit macam bapak-bapak disana itu, lihatlah posisinya yang sedang melindungi Bianca dan Rani dari tamu-tamu lelaki yang berjoget di atas panggung, ia bahkan tak segan menepis tangan yang ingin berbuat tak senonoh pada Bianca.
Arlan sudah digusur keluar kursi membuat Jae tertawa melihat wajah menyedihkannya.
Tidak langsung berjalan ke depan, ia justru meraih tangan Jae untuk ikut ke atas panggung, "ihhh! Engga ah, Abang aja, aku engga."
"Aku naik, kamu juga lah..."
"Ih engga." Tolak Jae kekeh, dan Arlan tak bisa untuk melawan tenaga keempat teman-teman ku nyuknya itu yang menggusurnya bersama naik.
Senja menggeleng ketika Maru juga jadi sasaran.
Jae hanya tertawa tanpa suara melihatnya, namun kemudian ia melirik ponselnya dimana nomor tak dikenal memberikan pesan padanya.
+628123454368
Jae, sorry...gue mau tanya. Lo sekelompok sama Bianca kan? Ini gue Fahrizal. Widya Mukti, bener? Gue di depan posko 30 pengen ketemu Bianca, lagi pada kemana? Weekend emang pada ngga libur dulu prokernya?
Lantas Jae memperlihatkan layar ponselnya pada Salsa, dan kedua lainnya.
"Mau kita hadepin apa gimana Jae?"
"Ya disamperin lah, kalo posko diacak-acak gimana?" jawab Jae.
"Rani masih di depan tapinya." Tapi tak lama, Rani akhirnya turun dengan wajah riang dan jenakanya.
Dan Jae memperlihatkan itu, "gas...pengen gue colok aja matanya pake obeng.." jawab Rani, kelima gadis itu beranjak diam-diam dari Bianca yang masih bernyanyi, tanpa menimbulkan kecurigaan anggota Co-op perempuan.
Jae dan kawan-kawan masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Bianca di acara.
Bianca baru saja selesai dan menyadari tak ada kawan-kawannya di tempat, "loh, kak...ini temen-temen aku pada kemana?" tanya nya pada Mei sambil celingukan. Mereka mengangguk setuju, "eh iya, pada kemana ya?"
Pun dengan Arlan yang menyadari Jae tak ada.
Mereka lantas beranjak dari acara dan mendapati mobil Rani memang sudah tak ada.
"Ihh, gue ditinggal dong! Jahat banget Jaheee!"
"Ya udah balik bareng kita aja, Bi..."
Ting...
Mahadri menemukan pesan yang dikirim oleh Rani padanya.
Maharani
Take a picture 📷
Foto Jae yang sedang menunjuk-nunjuk wajah seorang lelaki di teras posko. Ini pacar Bianca, si Fahrizal datang ke posko, titip Bianca di mobil Lo, bang...
Mahadri tertawa, memperlihatkan foto itu pada Arlan. "Bini Lo ngamuk."
.
.
.
.
.
duh gemes sama Bianca aku tuh
waktu di KKN 21 aku gemes sama senja sekarang ada bianca😍😍😍