Pada hari pernikahannya, Naiya dengan kesadaran penuh membantu calon suaminya untuk kabur agar pria itu bisa bertemu dengan kekasihnya. Selain karena suatu alasan, wanita dua puluh lima tahun itu juga sadar bahwa pria yang dicintainya itu tidak ditakdirkan untuknya.
Naiya mengira bahwa semuanya akan berjalan sesuai rencananya. Namun siapa sangka bahwa keputusannya untuk membantu calon suaminya kabur malam itu malah membuatnya harus menikah dengan calon kakak iparnya sendiri.
Tanpa Naiya ketahui, calon kakak iparnya ternyata memiliki alasan kuat sehingga bersedia menggantikan adiknya sebagai mempelai pria. Dan dari sinilah kisah cinta dan kehidupan pernikahan yang tak pernah Naiya bayangkan sebelumnya akan terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon roseraphine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada yang Aneh
"Enghh...," lenguh Naiya tidak jelas sembari membolak-balikkan badannya di atas sofa. Wanita itu tidak bisa tidur walaupun telah memejamkan mata dalam waktu yang lama. Ia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Rasanya ingin sesuatu, tapi tak tahu apa. Akhir-akhir ini perasaannya juga gelisah.
Netranya beralih melihat Shaka yang tengah tertidur di ranjang miliknya. Ia tiba-tiba merasa tidak terima ketika melihat Shaka tertidur dengan begitu nyenyak seperti itu. Entah keberanian dari mana, Naiya bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju ke ranjang pria itu.
Naiya berdiri di tepi ranjang sembari mengamati wajah Shaka yang selama beberapa minggu ini selalu memenuhi pikirannya. Mungkin karena setiap hari mereka bersama, entah itu di rumah, kantor atau di acara apapun. Wajarlah, dia kan sekretaris Shaka.
Sudah hampir dua bulan ini ia menjabat di posisi tersebut. Awalnya memang melelahkan karena ternyata pekerjaan yang diberikan Shaka untuknya cukup banyak. Namun karena sudah terbiasa, sekarang rasanya biasa saja. Suaminya itu sekarang juga jarang mengomel, ya walaupun masih ketus dengannya. Naiya dapat memakluminya.
Perlahan wanita itu menurunkan badannya hingga terduduk di lantai. Kepalanya bertumpu di tepi ranjang. Dalam posisi seperti ini, aroma tubuh Shaka dapat tercium dengan jelas oleh hidungnya. Sangat menenangkan. Bahkan kini wanita itu mulai mengantuk hingga tak sadar tertidur dengan posisi tersebut hingga pagi menjelang.
Shaka terbangun ketika pagi menjelang. Sambil mengucek matanya, pria itu melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul lima pagi. Ketika merubah posisinya hingga duduk, wajahnya menatap heran sosok wanita yang tengah tertidur begitu pulas di tepi ranjang.
Shaka mengguncang tubuh Naiya perlahan agar wanita itu tersadar dari tidurnya. Tapi setelah berulang-ulang, tetap saja tak membuat Naiya terjaga. Membuat Shaka menghela napas pasrah. Pria itu bangkit dari ranjangnya menuju kamar mandi tak menghiraukan Naiya.
"Uhh...," Naiya tiba-tiba membuka matanya ketika mendengar pintu kamar mandi yang ditutup. Setelah linglung beberapa saat akhirnya wanita itu mulai sadar dan membulatkan matanya terkejut melihat dirinya sendiri yang tertidur dalam posisi seperti ini.
"Kok aku bisa ada di sini, sih?" gumam Naiya. Mencoba mengingat kejadian semalam. Ia mencoba bangkit dari duduknya namun tertahan karena pinggang dan perutnya mendadak kram. Kakinya juga kesemutan.
"Aduh...," rintih Naiya. Pasti rasa sakit ini karena sejak semalam berada pada posisi yang tidak nyaman sehingga tubuhnya menjadi kaku.
Setelah berhasil berdiri, wanita itu mengamati ranjang Shaka yang telah kosong. Sepertinya pria tersebut sedang mandi. Dengan langkah yang sedikit tertatih-tatih, Naiya menyiapkan segala keperluan Shaka untuk pergi ke kantor. Kebiasaan yang telah ia lakukan setiap hari.
Mulai dari menyiapkan pakaian, menyikat sepatu hingga kinclong serta tak lupa membersihkan kamar Shaka yang sebenarnya tak terlalu berantakan. Setelahnya, barulah ia mempersiapkan keperluannya sendiri.
Namun tiba-tiba Naiya merasakan ingin buang air kecil. Tetapi ia menahannya karena tahu bahwa Shaka masih di dalam kamar mandi. Namun entah kenapa kali ini ia tak kuat, seperti sudah di ujung.
Tok
Tok
"Kak! Kamu masih lama?" tanya Naiya sambil meringis karena tak tahan.
"Kak! Kak Shaka?!" panggil Naiya namun tak ada sahutan.
Karena panik dan takut dirinya mengompol, Naiya membuka pintu kamar mandi membuat Shaka yang sedang menggosok gigi terkejut.
"Kamu kok gak jawab sih, Kak?! Aku kebelet tau!" gerutu Naiya lalu berjalan menuju closet kamar mandi tanpa menghiraukan Shaka yang masih terdiam dengan wajah shock. Sejak kapan Naiya berani berbicara dengan nada seperti itu kepadanya? Dan lihatlah, wanita itu tanpa rasa malu menuntaskan hajatnya padahal masih ada Shaka di situ.
"Ah, leganya!" Naiya membenarkan pakaiannya kembali lalu ingin keluar dari sana. Namun ketika mendongak ia terkejut setengah mati karena mendapati Shaka tengah berdiri di hadapan wastafel dengan tubuhnya yang tak terbalut sehelai benangpun.
"AAAAAAA!" teriak Naiya dengan menutup kedua matanya menggunakan tangan.
"Kenapa kamu?"
"Pakai handuk dulu, Kak!" suruh Naiya. Matanya sudah ternoda saja pagi-pagi.
"Siapa kamu nyuruh saya? Lagipula kamu sudah pernah kan melihat tubuh telanjang saya?" tanya Shaka santai.
Naiya hanya terdiam tak mampu menjawab. Yang dikatakan Shaka memang benar. Mereka sudah berhubungan intim beberapa kali. Tapi itu kan karena suaminya yang memulai dulu. Naiya hanya pasrah saja.
"Tapi Kak...."
Shaka mulai mendekat ke arah Naiya dan mencoba menarik kedua tangan yang masih digunakan untuk menutupi mata wanita tersebut.
"Jangan, Kak!" tolak Naiya namun tak diindahkan oleh Shaka.
"Buka mata!" perintah Shaka tegas.
Naiya hanya menggeleng tanda tidak mau.
"Buka mata sekarang atau saya buka baju kamu!"
Mendengar itu sontak membuat Naiya membuka kedua matanya dan terkejut ketika melihat dada Shaka yang berada di hadapannya dengan jarak amat dekat. Wanita itu tak berani melihat ke bawah. Ia mendongakkan wajahnya hingga pandangan keduanya bertemu.
"Tadi saja kamu berani melepas celana di hadapan saya. Kenapa sekarang malu?" tanya Shaka sinis.
"A-ku tadi gak tahu kalau ada kamu, Kak," balas Naiya gugup.
"Gak tahu apanya? Lalu tadi siapa yang menggerutu kepada saya? Setan?!" ketus Shaka.
"Maaf, Kak. Aku gak sengaja," ucap Naiya. Ia merutuki dirinya sendiri yang berani menggerutu dengan nada kesal seperti itu kepada Shaka. Sungguh, tadi ia tak sadar dan berucap begitu saja. Entah keberanian dari mana, Naiya juga tak tahu.
"Lalu kenapa tadi kamu tidur di tepi ranjang? Kan sudah saya bilang, jangan sentuh ranjang saya sedikitpun!" sentak Shaka membuat Naiya sedikit terkejut.
"Maaf ya, Kak. Aku kemarin gak bisa tidur," jawab Naiya seadanya.
"Terus hubungannya apa?" tanya Shaka heran. Merasa aneh dengan jawaban Naiya.
Naiya diam tidak menjawab. Ia hanya ingat bahwa tadi malam tiba-tiba merasa mengantuk saat berada di dekat Shaka.
"Dasar aneh!" cibir Shaka. Jika memang susah tidur, mana mungkin tidur dengan posisi seperti itu lebih nyaman daripada tidur di sofa. Apalagi sofa di kamarnya termasuk sofa mahal berbahan empuk. Ya walaupun tidak senyaman kasur.
Shaka keluar dari kamar mandi setelah mengenakan bathrobe untuk menutupi tubuh polosnya. Pria itu meninggalkan Naiya yang entah sejak kapan telah memasang raut wajah sedih. Mendengar ucapan Shaka yang agak kasar itu membuat perasaannya sedih. Padahal ia sudah sering mendengar Shaka berbicara dengan nada seperti itu dengannya.
Bahkan ketika di meja makan pun Naiya yang biasanya tersenyum hangat kepada Bi Nur saat ini hanya diam tak bersuara sedikitpun. Tentu saja hal itu membuat Bi Nur bertanya-tanya.
"Kamu kenapa? Sakit?"
Naiya yang mendengar itu pun sontak menggelengkan kepalanya.
"Kalau gak sakit kok lesu seperti ini?" tanya Bi Nur khawatir.
"Naiya gak apa-apa kok, Bi," jawab Naiya dengan senyuman yang terpaksa. Ia sebenarnya tak ingin membuat Bi Nur merasa terabaikan. Tapi kali ini moodnya benar-benar tak bisa diajak kerja sama.
"Ini buat Kak Shaka, ya?" tanya Naiya mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Iya, sini biar Bibi antar ke meja makan. Sudah ditunggu Nak Shaka sepertinya," Bi Nur mengambil gelas yang berisi kopi panas untuk Shaka namun dengan cepat Naiya mencegahnya.
"Biar aku aja, Bi!" sahut Naiya.
"Ya sudah. Hati-hati, ya. Panas itu," ucap Bi Nur.
Naiya mengangguk kemudian berjalan menuju ke meja makan dimana Shaka sedang fokus mengecek email perusahaan sebelum berangkat. Pria itu sudah rapi dengan setelan jasnya untuk berangkat ke kantor.
"Ini kopinya, Kak."
"Letakkan di situ!" ucap Shaka tanpa menoleh ke arah Naiya dan masih sibuk dengan ponselnya.
Belum sempat Naiya meletakkan gelas berisi kopi panas itu di atas meja, disaat yang bersamaan tangan Shaka refleks terangkat untuk mengusap telinga sebelah kanannya yang terasa gatal. Membuat gelas kopi yang masih berada di tangan Naiya tersenggol hingga jatuh.
Pyar!!!
-o0o-
Makasih ya yang udah nungguin cerita ini. Love u all (◍•ᴗ•◍)❤
.
.
To be continued