NovelToon NovelToon
Perfect Love Revenge

Perfect Love Revenge

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Mengubah Takdir
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Sinopsis

Rania, seorang gadis desa yang lembut, harus menanggung getirnya hidup ketika Karmin, suami dari tantenya, berulang kali mencoba merenggut kehormatannya. Belum selesai dari satu penderitaan, nasib kembali mempermainkannya. Karmin yang tenggelam dalam utang menjadikan Rania sebagai pelunasan, menyerahkannya kepada Albert, pemilik sebuah klub malam terkenal karena kelamnya.

Di tempat itu, Rania dipaksa menerima kenyataan pahit, ia dijadikan “barang dagangan” untuk memuaskan para pelanggan Albert. Diberi obat hingga tak sadarkan diri, Dania terbangun hanya untuk menemukan bahwa kesuciannya telah hilang di tangan seorang pria asing.

Dalam keputusasaan dan air mata yang terus mengalir, Rania memohon kepada pria itu, satu-satunya orang yang mungkin memberinya harapan, agar mau membawanya pergi dari neraka yang disebut klub malam tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 4

Rania terbangun. Seluruh persendiannya terasa nyeri, warisan dari kelelahan fisik dan emosional yang ia alami semalam. Aroma asing, perpaduan parfum maskulin mahal, whisky, dan ketakutan,masih melekat samar di kulitnya. Ia memaksa dirinya bangkit. Pagi itu, setelah sekian lama, ia membutuhkan pembersihan diri, bukan sekadar mandi, tetapi ritual untuk membasuh kenangan buruk yang melekat.

Ia melangkah masuk ke kamar mandi mewah yang terletak di dalam kamar. Air hangat yang membasuh tubuhnya terasa seperti sungai yang menyucikan, menghilangkan sisa-sisa kegelapan klub malam Albert.

Setelah menyegarkan diri, Rania keluar. Ia hanya mengenakan sehelai handuk putih tebal yang melilit erat, menutupi lekuk tubuhnya yang rapuh namun indah. Rambut hitam legamnya yang basah jatuh menutupi bahu.

“Rania!”

Suara berat, tegas, dan menuntut itu menggelegar dari kamar sebelah. Itu adalah suara Airon.

“Iya, Tuan!” sahut Rania, memaksakan suaranya terdengar lantang sambil bergerak cepat.

Dengan langkah tergesa, ia menuju kamar Airon. Pintu kamar Airon sedikit terbuka, memperlihatkan siluetnya yang tegap di tengah ruangan.

“Dari mana kamu! Dari tadi saya memanggil kamu!” Airon berbicara dengan nada marah yang terpendam, matanya menatap tajam ke arah Rania yang baru muncul.

“Maaf, Tuan. Tadi saya sedang mandi, makanya saya tidak mendengar panggilan Tuan,” ucap Rania, menundukkan pandangan. Ia takut sekali. Kehadiran Airon yang dominan selalu terasa mencekik.

Namun, di tengah kemarahannya, mata tajam Airon menangkap suatu pemandangan yang tiba-tiba melumpuhkan logikanya. Rania, hanya dibalut handuk, basah, dan rapuh. Keindahan alami tubuhnya yang tersembunyi itu kini tersaji polos, membangkitkan sisi liar dalam diri Airon.

“Kemari,” panggil Airon. Suaranya berubah, serak, berbisik, namun mengandung perintah mutlak.

Rania menurut. Ia mendekati Airon dengan langkah pelan, wajahnya tertunduk, berharap bumi menelannya.

“Arkkk! Tuan!” pekik Rania, tertahan.

Dalam gerakan yang secepat kilat, Airon mencengkeram dan menarik kuat ujung handuk yang melilit di tubuhnya. Kain itu jatuh ke lantai marmer tanpa suara.

Sontak, Rania berusaha menutupi bagian tubuhnya yang terbuka dengan kedua tangan. Namun, usahanya sia-sia. Tubuh mulus dan indah miliknya kini terpampang jelas, membangkitkan gelombang gairah yang bergejolak dalam diri Airon.

Rania hanya bisa menunduk malu, wajahnya memerah sempurna, merasakan panas menjalari setiap inci kulitnya yang terpapar.

“Kamu membangkitkan saya, Rania,” bisik Airon. Ia mendekat, suaranya kini dalam dan memberatkan, berbisik tepat di telinga Rania.

Sebenarnya, panggilan itu hanyalah untuk menyuruh Rania membuatkan kopi. Namun, daya pikat tubuh polos yang dilumuri air itu, serta kepolosan yang membalut ketakutannya, terlalu kuat untuk diabaikan. Rencana pagi Airon hancur, digantikan oleh naluri primal.

Sore harinya, Airon, sang pengusaha tegas, telah berubah menjadi Airon, putra kesayangan keluarganya.

Mobil Porsche Panamera hitamnya berhenti di depan rumah yang megah. Istana yang sesungguhnya.

“Aduuuh, sayangnya Mama. Kenapa tidak bilang kalau kamu akan pulang?”

Desita, ibunda Airon, menyambutnya dengan pelukan yang hangat dan tulus. Wajah dingin Airon seketika melembut, terpancar kehangatan yang jarang ia tunjukkan.

“Airon hanya sebentar, Ma,” ujar Airon, mencium pipi Desita.

Mereka berjalan masuk ke dalam rumah. Dinding-dindingnya dihiasi ukiran klasik, pilar-pilar kokoh menopang langit-langit yang tinggi.

“Mama akan suruh Bibi masak makanan kesukaan kamu. Kita makan sama-sama, ya,” kata Desita, menggandeng Airon.

“Hai, Ron. Tumben ingat pulang,” sapa Airish, adik kembar Airon.

“Jadi, kamu tidak suka kalau aku pulang?” tanya Airon, melempar senyum kecil.

“Bukan tidak suka, aku malah senang. Jadi, Mamamu itu tidak lagi akan datang malam-malam ke kamarku, hanya untuk minta dihibur karena kangen sama anak laki-lakinya,” ujar Airish bercanda, melirik Desita.

“Mamaku, ya mamamu juga,” balas Airon.

“Iya, tapi kayaknya dia lebih sayang ke kamu, deh, daripada aku,” protes Airish, yang langsung mendapat cubitan sayang dari Desita.

“Nah, tuh, kan, Ron. Aku dicubit sama Mama. Kamu mana pernah digituin, palingan dipeluk sama dicium,” Airish memanyunkan bibirnya.

“Aduhh, sini Mama cium dan peluk,” Desita merentangkan tangan. Airish menyambutnya dengan tawa.

Ketiganya larut dalam kehangatan keluarga. Momen-momen seperti ini langka, karena Airon yang terlalu sibuk, memilih menyendiri di apartemennya.

Di meja makan, hidangan mewah kesukaan Airon tersaji.

“Airon, kamu ingat anak Tante Shelly yang kuliah di Aussie itu?” tanya Desita, membuka percakapan serius.

“Tante Shelly?”

“Iya, Tante Shelly, teman arisan Mama itu.”

“Iya, Airon ingat. Dia kenapa, Ma?”

“Anaknya Tante Shelly akan pulang bulan depan. Kamu temani dia, dong,” pinta Desita.

“Lihat nanti, deh, kalau Airon tidak sibuk,” jawab Airon, memberikan jawaban normatif.

“Anaknya cantik, kok, Ron. Aku sudah survey. Dari satu sampai seratus, dia itu dapat angka sembilan puluh,” kata Airish.

“Kok cuma sembilan puluh? Mama juga sudah lihat fotonya, anaknya cantik sekali,” protes Desita.

“Mah, yang punya kecantikan sampai seratus sempurna itu cuma Airish. Karena cuma Airish yang paling cantik di dunia!” sahut Airish, yang membuat Desita dan Airon tertawa.

Airish adalah cerminan Airon dalam versi feminin, wajah mulus, kulit seputih susu, dan mata cokelat yang memesona.

“Kok kamu tidak menginap, sih?” tanya Desita, matanya memelas.

“Besok aku harus ke kantor pagi-pagi, Ma. Ada meeting dengan klien. Kalau di apartemen kan dekat, jadi aku tidak perlu buru-buru,” jelas Airon. Padahal, ia hanya ingin segera kembali ke vila, memikirkan Rania yang ditinggalkannya sendirian dan kemungkinan belum makan.

“Kok buru-buru? Kamu kan bosnya. Kamu yang punya perusahaan,” kata Desita.

“Iya, tapi Airon kan harus profesional, Ma. Untuk contoh karyawan,” sahut Airon, yang membuat Desita akhirnya menyerah.

“Tidak profesional pun para karyawan itu tidak akan berani macam-macam ke dia, Ma. Mama tahu julukannya itu Bos Berdarah Dingin. Semua karyawan takut sama dia,” celetuk Airish.

“Tapi kamu sering-sering pulang, ya, Nak,” pinta Desita.

“Nah, kan. Aku tidak dianggap lagi,” sindir Airish, memeluk Desita.

“Kamu ada juga kadang Mama seperti tidak ada, habisnya sibuk terus sama butik,” balas Desita.

Setelah berpamitan dan mencium pipi Desita, Airon pergi. Ia bilang akan kembali ke apartemen, tetapi mobil Porsche Panamera miliknya melaju menuju vila tersembunyi tempat Rania berada.

Mobil mewah itu terparkir sunyi di depan vila.

“Rania!” panggil Airon, langkahnya memasuki ruang tengah yang kosong.

“Iya, Tuan,” sahut Rania dari lantai atas.

Dengan langkah terburu, Rania menuruni tangga, menghampiri Airon yang berdiri di bawah. Ia mengenakan kaus kebesaran, pakaian satu-satunya.

“Nih, kamu makan dulu. Belum makan, kan, dari siang,” Airon menyerahkan bungkusan makanan.

“Terima kasih banyak, Tuan,” kata Rania, mengambil bungkusan itu dengan kedua tangan.

“Makan di dapur,” perintah Airon.

Rania menurut. Ia membawa bungkusan itu ke dapur, mengambil piring. Ia duduk dan membuka bungkusan itu. Isinya: ayam goreng crispy dan burger yang terlihat lezat. Makanan mewah yang hanya ia lihat di layar kaca tetangga saat di desa, makanan yang belum pernah ia santap seumur hidupnya.

“Tuan tidak makan?” tanya Rania, melihat Airon masuk ke dapur untuk mengambil minum.

“Tidak, saya sudah makan tadi,” sahut Airon dingin.

Airon kemudian memperhatikan pakaian Rania.

“Kamu tidak punya baju lain?” tanyanya.

“Saya cuma punya satu baju ini, Tuan. Saat Tuan Albert membawa saya, saya tidak sempat membawa baju-baju saya. Saya langsung dipaksa masuk ke mobil Tuan Albert,” Rania menjelaskan dengan mata polos.

Cemas, Rania mencium-cium pakaiannya. “Apa saya bau, Tuan?”

“Tidak,” sahut Airon singkat.

Airon memandang Rania sejenak, gadis yang tengah makan dengan lahap, matanya berbinar melihat makanan biasa yang terasa luar biasa baginya. Airon tahu, ia harus memberinya pakaian. Bukan sekadar pakaian, tetapi kain mahal yang layak menutupi harta miliknya yang baru.

1
Dew666
💎💎💎💎💎
Bintang Nabila
bagus sih ini. kita kayak nonton drama, aku bisa bayangin adengannya. untuk author keren sih
Lingga Ganesa
mantappuuuuuu thorrrrrrr
Ririn Wati
Good novel thor
Syifa Nabila
Keren sih ini
Bestreetg
karya author is the best
Lela Alela
🥳🥳🥳🥳🥳🥳
Delisa
Bagus banget jalan ceritanya kak author
Delisa
Bagus banget jalan ceritanya kak author
partini
ya kalau dah merasa kamu sebagai asisten ya harus menjaga dong ,be smart don't be stupid lah Edgar
masa tangan kanan ga punya rencana 🤦🤦
Ariany Sudjana
apapun yang terjadi Rania, tetap percaya sama Airon, apalagi sudah ada calon pelakor hadir di kantor
Ariany Sudjana
puji Tuhan, hubungan Rania dan Airon sudah lebih baik dan mereka saling mencintai 😄
partini
ko sama Thor
Ariany Sudjana
ini gimana sih penulisnya, bab 21 dan 22, kok sama isinya? hanya sedikit beda di akhir
Ariany Sudjana
semoga Rania tetap sabar yah mendampingi Airon, apalagi sekarang pelakor murahan sudah muncul, pasti akan selalu meneror Riana
Ariany Sudjana
foto itu foto masa kecil Airon dan Rania yah?
partini
ini Casanova patah hati karena wanita weleh 😂😂😂😂
partini
apa Arion Suka lobang sana sini yah 🙄agak lupa TK kira dia frustasi Karnena di tinggal cewenya
partini
pawangnya di temukan kuntinya berdatangan 😂😂😂
Mayya
Best sih menurut aku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!