NovelToon NovelToon
Dikejar Guru Killer

Dikejar Guru Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Tamat
Popularitas:84.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lisa

Shana bersedia menjadi pengganti bibi-nya untuk bertemu pria yang akan di jodohkan dengan beliau. Namun siapa yang menyangka kalau pria itu adalah guru matematika yang killer.

Bagaimana cara Shana bersembunyi dari kejaran guru itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 30 Pesta tunangan

.......

.......

"Maaf," ujar Shana secepatnya.

"Maaf, maaf ... Jangan cuma bisa minta maaf dong." Perempuan itu membersihkan bajunya dengan kesal. "Enak aja minta maaf. Kamu tuh kalau enggak bisa kerja diam aja di rumah," tunjuk perempuan itu dengan wajah mengerut karena marah. "Matanya itu di pakai kalau jalan. Kerja beginian aja enggak becus."

Itu kalimat kasar yang panjang. Mulut perempuan ini terus mencaci tanpa henti seraya mendorong tubuh Shana. Hampir saja nampan berisi minuman itu tumpah jika ia tidak segera menahannya dengan kuat.

Tangan Shana mencengkeram nampannya dengan kuat. Ia menahan diri dari amarah. Dia yakin bukan hanya tersandung, tapi ini seperti disengaja.

Beberapa orang tersenyum geli melihat perempuan itu marah. Bukannya menenangkan, mereka justru membiarkan. Bahkan ada kode yang membuat Shana mengerti apa yang sedang terjadi. Ada yang juga merekam kejadian ini.

Apakah mereka sedang mengerjainya?

Sialan. Shana menahan amarah. Bisa di pastikan dia sedang dikerjai.

Shana meletakkan minuman di meja demi menjaga agar gelas itu aman. Lalu mendekat lagi pada perempuan dengan riasan sedikit berlebihan. "Maaf." Shana berucap lagi seraya membungkukkan badan. Dia harus tetap mengulang kata maaf demi membuat tamu tenang.

Ketua tim datang karena mendengar keributan.

"Ada keributan apa, Shana?" tanya ketua tim melihat baju tamu basah.

"Itu ..."

"Kamu siapa? Manajer? Pemilik cafe?" Belum tuntas Shana menjelaskan, perempuan itu langsung mengambil alih untuk bertanya.

Tentu saja ketua tim langsung menoleh pada tamu. Ia wajib merespon. "Saya ketua tim acara pesta kali ini."

"Oh, ketua tim? Bukan manajer? Kemana manajer atau pemilik cafe ini? Ada pegawainya yang enggak becus di sini." Bola mata perempuan itu memandang rendah pada Shana. "Dia sudah membuat baju ku basah. Padahal aku masih berpesta." Raut wajah perempuan menunjukkan kekesalannya.

"Maafkan atas kelalaian pegawai saya." Ketua tim membungkuk. Shana kesal melihatnya, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Juga tidak ingin acara kali ini kacau karena dirinya.

"Enggak hanya minta maaf dong. Sebaiknya viralin segera, biar semua orang tahu kalau cafe ini punya pelayanan yang buruk." Perempuan yang lain ternyata bersekongkol untuk menjatuhkan. Ada alasan sendiri mereka sengaja melakukan ini.

Tangan mereka makin yakin mengarahkan ponselnya ke arah Shana dan ketua tim.

"Turunkan hape kalian," ujar seorang perempuan yang baru datang dengan tegas, tapi tenang. Semua menoleh.

Sepertinya perempuan ini lebih tinggi status sosialnya daripada semua perempuan yang ada di sofa ini. Karena begitu perempuan itu bicara, semua ragu untuk melanjutkan merekam.

Shana merasa tidak asing. Otaknya berputar keras mencari sketsa wajah dalam memori ingatannya. Dia yakin wajah itu familiar.

Ah, itu selebgram terkenal. Cintya!

"Dia sudah membuat bajuku basah, Cintya," keluh perempuan tadi dengan menunjukkan gaunnya yang basah. Dia kesal. Bola mata perempuan itu melirik. "Sekarang kan kita masih berpesta. Juga lihatlah ... Pecahan kaca berserakan dimana-mana. Ini tidak menyenangkan."

"Tapi kamu masih bisa berpesta bukan?" tanya perempuan bernama Cintya dengan tegas.

Perempuan itu bungkam mendapat kalimat seperti itu. Lalu menipiskan bibir kesal.

"Jangan membuat kacau pesta pertunangan teman kita Maya, juga jangan membuat masalah," ujar Cintya memberi nasehat. "Hapus video tadi dan lakukan kegiatan kalian seperti di awal." Kali ini nasehat untuk orang-orang di sekitar sofa.

Sepertinya ini bukan hanya saran, tapi seperti sebuah perintah. Karena ketika Cintya selesai bicara, semua langsung melakukan apa yang di katakan tadi. Mereka menurunkan ponsel dan kemudian menghapus video yang baru saja mereka rekam.

"Untuk kalian berdua, silakan kembali bekerja. Ini masalah sudah usai," ujarnya pada ketua tim dan Shana.

"Ah ya baik. Terima kasih." Ketua tim membungkuk badan lega. Tangan beliau memberi kode pada Shana untuk mendekat. "Sebaiknya minta maaf lagi," bisik beliau.

Shana tahu ini tidak menyenangkan, tapi dia tetap harus melakukannya.

"Maafkan atas kelalaian saya." Shana membungkuk untuk meminta maaf. Namun respon perempuan dengan baju basah itu hanya mencibir tipis.

Cintya yang sudah duduk bersila tangan melihatnya. Dia diam. Maya menipiskan bibirnya kesal. Sepertinya tidak ada pilihan lain selain menerima permintaan maaf pegawai cafe.

"Terserah," sahutnya malas. Akhirnya masalah baju basah usai. Hal yang di takutkan ketua tim sudah lenyap. Cafe mereka tidak akan terkena dampak sosial karena pelayanan yang buruk di depan publik.

"Bereskan pecahan kaca segera," perintah Cintya pada Shana.

"Baik." Shana bergegas mengambil alat bersih- bersih untuk menghilangkan pecahan kaca. Tidak menunggu lama pecahan kaca mulai bersih.

Cintya mengambil minuman di meja seraya menyandarkan punggungnya pada badan sofa.

"Kenapa kamu mengganggu pelayan cafe tadi?" tanya Cintya seraya menyeruput minuman yang ada di tangannya. Nada bicaranya sedikit dingin.

"Kamu tahu?" tanya Maya sedikit terkejut. Tubuhnya menjauh dari badan sofa.

"Tidak, tapi aku mengerti." Cintya menatap kawannya lurus-lurus seakan menelisik jauh ke dalam mata Maya.

"Aku hanya sedang kesal saja." Maya akhirnya mengaku setelah menghela napas.

"Dia mengganggumu?"

"Tentu saja tidak. Tidak mungkin orang biasa seperti dia berani menggangguku." Dengan pongah, Maya bicara. Cintya tersenyum tipis. Lebih tepatnya mendengus.

"Lalu?"

"Wajah pelayan itu membuatku marah." Maya mengatakannya dengan raut wajah geram. Cintya mengerutkan keningnya heran. Maya paham arti dari ekspresi Cintya. "Kalau lihat wajah pelayan tadi?" tanya Maya.

"Ya, tapi ..." Cintya berusaha mencari tahu di dalam kepalanya sendiri.

Maya mendengus. "Kamu tahu, dia mirip perempuan yang dekat dengan Daniel."

Cintya menatap wajah temannya lurus.

"Daniel teman Regas?" tanya Cintya masih dengan kerut di keningnya.

"Ya. Apa kamu tidak melihat wajah pelayan tadi?" Maya setengah memaksa.

"Ya. Aku lihat tadi, tapi tidak terpikir kesana." Cintya mengakui kalau dia tidak pandai menemukan kemiripan wajah seseorang.

"Melihatnya aku ingin marah. Maya sengaja menjauh dariku karena dekat dengan perempuan itu," ujar Maya geram.

"Kau bisa merebutnya kembali jika mau." Cintya mengatakannya dengan enteng.

"Seperti Regas yang masih terus menempel padamu?" tebak Maya.

Cintya tersenyum tipis dan angkuh. Seperti itu adalah sebuah hal kecil untuknya. Namun juga sebuah alasan untuk menyembunyikan perasaan dia sebenarnya.

***

Vino akhirnya tahu kalau suara pecahan tadi berasal dari gelas yang dibawa Shana dari orang lain. Setelah urusan mejanya beres, ia mencoba mencari gadis itu. Saat itu dia melihat Mia.

"Vino?" tanya Mia terkejut. Sepertinya dia juga tidak melihat keberadaan Vino ketika briefing pelaksanaan pesta ini.

"Shana mana?" tanya dia cemas.

"Di toilet." Mia menunjuk letak toilet di belakang.

"Terima kasih." Vino pun bergegas ke belakang.

Di belakang, Shana tengah membersihkan sampah pecahan gelas tadi.

"Bisa aku bantu, Shan?" tanya Vino. Kepala Shana bergerak ke asal suara. Dia menghela napas sejenak ketika tahu yang bertanya adalah Vino.

"Tidak." Shana menjawab dengan singkat. Ini memutuskan obrolan yang di mulai oleh Vino. Kembali setelah menjawab Vino, gadis itu kembali merapikan sampah pecahan tadi.

"Kamu enggak apa-apa?"

"Seperti yang kamu lihat." Shana menjawab tanpa menoleh. Ia merapikan alat kebersihan. Keengganan masih terasa pada tingkah Shana, tapi Vino masih terus menerima.

"Setelah mendengar suara pecahan tadi, aku ingin segera mencari kamu, tapi aku enggak bisa karena mejaku banyak orang. Syukurlah kalau tidak apa-apa." Vino terdengar begitu lega. Ia pun melangkah pergi meninggalkan Shana yang termangu.

"Apa dia bodoh? Bukannya sikapku sudah jelas kalau tidak suka di dekati sama dia." Shana menghela napas lelah.

.

.

Ig @lady_ve.01

1
Chalimah Kuchiki
nah nah pak guru mulai yaaa.. 🤭
Andriani
thanks ya kk. udah double up. love you.
Andriani
wih... Vino. semoga ketahuan deh HP Shana di tangan mu. kasihan Shana mesti beli HP baru lagi.
Andriani
wkwkwkw... Shana... pak Regas pengen kenal dekat ma dirimu.
@mb4®§useeee
Di kode pak Regas tu Shan, alsn Daniel marah besar klo maen ke rumah Shana,... bilang aja pak mau maen ke rmh laen hari, sptnya pak Regas mulai nyaman sm Shana tu... ihiiiirrr... kejar teruslah Pak Guru...
Kasandra Kasandra
double up kak
Mundri Astuti
bisa aja pak Regas interogasinya 🤣🤣🤣
Chalimah Kuchiki
akhirnya selesai kesalahpahaman ini..
Chalimah Kuchiki
pria dewasa emang gini peka bgtt ya ampunnn
Chalimah Kuchiki
nah gitu dong putus . kan enak kedepannya pdkt nya 🤭🤭
Chalimah Kuchiki
hiii bapak bapak satu ini bikin baperr anak gadis dehhh 🤭🤗🤗
Andriani
lega udah ya Shana, pak Regas juga udah plong semua udah terjawab kan apa yg menjadi teka teki Shana deh.
Kasandra Kasandra
lanjut double up kk
Ezy Aje
asyik lumayan puas bacanya
Erie Hayami
alur ceritanya di kampus tp kok manggilnya guru ya
Lady Ve: Bukan di kampus kak, tapi sekolah menengah. Terima kasih sudah membaca😊
total 3 replies
Andriani
wkwkwkw
Andriani
mana ya HP Shana??
Andriani
kartu pelajar tetap sama wali kelas ya... yg sabar ya Shana
Andriani
mulai ada titik terang ya pak Regas... 😍
Andriani
sukses ya thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!