NovelToon NovelToon
Candu Istri Klienku

Candu Istri Klienku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: N_dafa

"Jangan, Mas! aku sudah bersuami."
"Suami macam apa yang kamu pertahankan itu? suami yang selalu menyakitimu, hem?"
"Itu bukan urusanmu, Mas."
"Akan menjadi urusanku, karena kamu milikku."
"akh!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N_dafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

“Dasar licik! Jangan memeras saya terus! Anda datang-datang merusuh hidup saya. Kenapa jadi seolah-olah saya yang jadi pelaku? Apa salah saya sama anda, hah?!”

“Kamu mau tahu apa salahmu, hem?” Biantara mencolek dagu Ajeng, tapi Ajeng menepis cepat.

“Nggak usah pegang-pegang!”

“Baiklah, pertahankan galakmu itu sama semua orang. Lebih baik lagi, sama suamimu juga. Jadi, cukup aku saja yang menyentuhmu.”

“Sialan! Dasar laki-laki kurang ajar!” Saking emosinya, Ajeng hampir saja memukul Biantara.

Namun, lagi-lagi gerakannya terbaca mudah oleh lelaki itu. Biantara menangkap tangan Ajeng, lalu mencengkeramnya agar Ajeng tak lepas begitu saja.

“Aku suka perempuan pembangkang sepertimu.” Biantara terdengar menyindir. “Kamu tahu, apa yang membuatku tertarik sama kamu, hem?”

“Saya tidak peduli.”

“Aku akan tetap mengatakannya, meskipun kamu nggak peduli.”

“Lepas nggak? Saya gigit nih!”

“Ih, mau dong! Aku jadi ingat gigitanmu semalam.”

“Orang gila! Apa salah saya sama anda, Brengsek?”

“Salahmu, karena kamu terlalu menarik, sayang.”

“Itu bukan alasan. Banyak perempuan menarik di dunia ini.”

“Tapi, cuma kamu yang berhasil menarik perhatianku.”

“Omong kosong!”

“Kalau aku membual, aku tidak akan menidurimu semalam.”

Ajeng sontak memperhatikan sekelilingnya. Takut jika ada yang mendengar ucapan Biantara.

“Kamu pikir, aku laki-laki murahan yang bisa tidur sama siapa saja, hem?”

“Ya, memang itu yang saya lihat. Anda, laki-laki bajingan!”

“Ayolah, Baby! Jangan kasar bicaranya.”

“Lepaskan saya dulu!” Ajeng terus berusaha menarik tangannya yang sejak tadi belum dilepaskan Biantara.

“Ups, sorry, Baby. Aku terlalu senang menyentuhmu.” Dengan entengnya, Biantara melepaskan Ajeng.

“Dasar sinting!” Kesal wanita itu sambil mengusap pergelangan tangannya yang memerah. “Sekarang, gini aja, Pak. Apa yang Bapak inginkan dari saya? Saya lelah kalau Bapak seperti ini terus.”

“Kamu menantangku, Baby?”

“Ya. Sebutkan saja nominalnya? Anda mau saya bayar berapa?”

“Wow! Sombong sekali kamu, Cantik. Kamu terlalu meremehkanku. Padahal, kamu tahu kalau saya hentikan pasokan parfum ke tempatmu, kamu akan kalang kabut mencari pengganti yang belum tentu sesuai.”

“Licik!”

“Bukan licik, Baby. Tapi, itu taktik.”

“Tidak usah bertele-tele! Apa sebenarnya mau anda?”

“Ceraikan suamimu, dan kita akan menikah!”

“In your dream, Tuan!” Ajeng tersenyum sinis. “Jangan bilang, anda sudah mengincar saya sejak lama.”

“Ya. Tentu saja. Aku tertarik sama kamu sudah lama. Tapi, setelah mencicipi rasamu, dari yang hanya sebatas tertarik, aku jadi ingin memilikimu.”

“Dasar gila! Anda bisa mencari 10 wanita seperti saya sekaligus.”

“Aku tahu, Sayang. Tapi, mauku cuma kamu. Bagaimana? Kamu mau menerima tawaranku, hem?”

“Aku nggak pernah bermimpi hidup dengan anda. Jadi, jangan berharap lebih, Pak!”

“Kalau kamu masih terlalu mencintai suamimu yang tidak bisa adil itu, gimana kalau kamu jadi simpananku saja? Selain kamu bisa membalas suamimu yang mendua, aku juga akan memberimu banyak hal yang nggak kamu dapatkan dari Rendy.”

“Misalnya?” Tantang Ajeng.

“Uang, kemewahan, bahkan se-ks. Bukankah kamu sudah lama tidak tersentuh suamimu, hem? Daripada kamu tertekan sendiri karena Rendy nggak mau cerai, lebih baik kamu nikmati saja hidup denganku.”

Ajeng tak langsung memberontak seperti sebelum-sebelumnya. Wanita itu diam dengan pikiran bekerja keras.

“Bagaimana, sayang? Kamu boleh berpikir dulu kalau mau.”

Karena pertanyaan itu, Ajeng mengerjap.

Tidak! Tidak! Dia bukan tipe pendendam hanya karena karena nafsu sesaat.

Dia harus logis. Terlena karena tawaran Biantara belum tentu membuat hidupnya baik-baik saja selamanya. Apalagi, Biantara benar-benar sudah menunjukkan siapa dirinya.

Seorang lelaki pemaksa, suka memanfaatkan orang lain demi kesenangan sesaat, dan lebih gilanya lagi, tidak tahu malu seperti laki-laki brengsek lainnya di luar sana.

Lagi pula, hubungan yang dimulai hanya karena ketertarikan se-ks, tidak akan berjalan lama. Biantara bisa membuangnya kapan saja setelah Biantara mendapatkan orang baru yang menurutnya lebih baik.

Ajeng juga tidak berniat melakukan hubungan saling menguntungkan hanya karena sebatas pelampiasan saja.

Bukankah, kalau dia lepas dari Rendy, lebih baik dia sendiri saja? Ingat pepatah yang mengatakan ‘No Man, No Cry’. Banyak kok wanita yang bahagia tanpa laki-laki di dunia ini.

Apalagi, Ajeng sudah bisa dikatakan punya materi meskipun tak sebanyak Biantara. Jadi, tujuannya memang murni ingin mengambil dulu apa yang seharusnya menjadi miliknya.

Hanya itu!

Ya, hanya itu tujuan Ajeng sekarang. Pasalnya, mengharapkan Rendy pun, dia sudah tidak mau meskipun hatinya masih diisi oleh lelaki itu.

“Nggak mau! Saya nggak mau. Saya cuma bisa bayar anda sebagai kompensasi karena sudah menolong saya semalam.” Ajeng mencoba berbicara baik-baik.

Meskipun dia tahu jika sebenarnya yang dikatakan oleh Biantara tentang ‘mati jika tidak dilampiaskan’ itu berbohong, tapi Ajeng mengakui kalau dia malas berpikir logis karena pengaruh obat hingga semalam menurut-menurut saja.

Jadi, dia juga mengakui kesalahannya.

“Aku tidak butuh uangmu. Aku punya yang seperti itu, tidak ternilai. Bahkan, kalau kamu mau, aku akan memberimu.”

Ajeng memejamkan matanya erat-erat. Rasanya, sudah benar-benar habis kesabarannya menanggapi Biantara.

Muak! Ya, dia muak sekali.

“Jadi, apa yang Bapak mau dari saya, selain menjadi istri dan simpanan?” Dia berusaha menekan suaranya agar tidak meletup-letup lagi.

Pikirnya, siapa tahu lelaki itu juga bisa diajak bicara baik-baik.

“Tidak ada.” Sahut enteng Biantara.

Ajeng menatap ke arah tempat pembicaraan mereka tadi. Sepertinya, sudah cukup lama dia menghilang dari Rendy dan timnya, tapi belum beraktivitas di toilet.

“Ya sudah.” Ada hembusan nafas berat, seberat keputusannya yang akan Ajeng ambil. “Bapak mau hubungan yang seperti semalam lagi kan?”

“Ya. Bisa dibilang begitu.” Biantara tersenyum remeh.

“Saya akan layani Bapak dua kali lagi, tapi jangan pernah menekan atau mengancam saya lagi! Dan yang paling penting, jangan pernah ikut campur urusan saya, apapun itu!”

1
Yunita aristya
ren2 nanti Ajeng sudah pergi baru tau rasa kamu. mau liat kamu nyesal dan jatuh miskin gara2 istri muda mu yg suka foya2😁😂
Nana Colen
luar biasa aku suka sekali karyamu 😍😍😍😍😍
Yunita aristya
lanjut kak
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
Nana Colen
benar benar ya rumput tetangga lebih hijau 🤣🤣🤣🤣
Nana Colen
dasar laki tak tau diri 😡😡😡😡
Yunita aristya
lanjut
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤
Fitri Handriayani: lanjut
total 1 replies
Nana Colen
iiiih kesel bacanya dongkol sama si ajeng.... cerai jeng cerai banyak laki yang kaya gitu mh 😡😡😡😡
Keisya Oxcel
penasaran
Yunita aristya
lnjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!