Transmigrasi Ke Tubuh Istri Protagonis Pria

"Dad, aku ingin meminta bantuan mu. " ucap seorang gadis pada daddy nya.

"Apa itu. " tanya pria itu penasaran.

Tidak biasanya, anak gadis nya meminta bantuan nya, karena biasanya dia bisa melakukan semua nya sendiri.

"Aku sudah bertemu dengan Athena. " ucap gadis itu pada daddy nya.

"Oh, benarkah, bagaimana kondisi nya, sudah lama daddy tidak melihat nya. " ucap pria itu tersenyum kecil.

"Dia masih seperti dulu, hanya saja, ternyata kehidupan nya tidak baik setelah aku pergi. " ucap gadis itu.

"Maksud kamu apa, Maya. " ucap pria itu bingung.

"Sahabat ku, sudah menikah, dan suaminya adalah Anak dari tuan Hendrik Atmaja. " ucap gadis itu datar.

"Apa?, eh, bukannya dia melamar sekertaris nya, baru-baru ini? " bingung pria itu.

"Iya, dan sekarang Athena, sedang hamil dan mengandung anak laki-laki itu. " ucap gadis itu lagi.

"Ya ampun, malang sekali Athena. " ucap pria itu.

"Aku ingin daddy, mencari tau tentang latar belakang, sekertaris Ares Atmaja. " ucap gadis itu.

"Emm, apakah kamu tau sedikit tentang dia. " tanya pria itu pada anak nya.

"Ada, dia bernama Bella, anak angkat keluarga Bagaskara. " ucap Gadis itu.

Pria itu terkejut mendengar itu, namun tak lama dia mengangguk pelan, ah seperti nya keluarga Bagaskara memancing kemarahan anak nya.

"Baiklah, segera daddy akan cari tau tentang dia. " ucap pria itu tersenyum kecil.

"Terima kasih dad. " ucap gadis itu tersenyum.

'em, siapa lagi selanjutnya. 'Batin gadis itu terkekeh pelan.

***

Seorang gadis duduk di sebuah bangku taman dengan motor milik nya, di sisi nya, dia mengambil minum milik nya dan meneguk nya.

Mata nya menatap kosong ke arah depan, di mana hanya terdapat sebuah danau yang sepi dan hening.

Pikiran nya berkelana pada kejadian hari ini, dimana dia melihat sikap orang yang selalu dia jadikan kambing hitam, mulai berbeda.

Dia menatap jari nya, yang di bungkus oleh plester dengan motif beruang di setiap sudut nya.

Sudut bibir nya terangkat sedikit, saat melihat itu, hati nya kembali di buat menghangat saat ini.

"Kekanakan." lirih gadis itu sambil menatap dalam plaster itu.

Dia menghela nafas nya dalam, meneguk habis minuma nya, dan menaiki motor milik nya, untuk pulang ke rumah.

Hari sudah sore, dan awan sudah bergemuruh ribut, menandakan hujan akan segera turun.

Dia menjalan kan motor sport nya, dengan kecepatan tinggi, hingga beberapa menit di perjalanan, dia akhirnya sampai.

Di sebuah mansion besar, milik keluarga nya, gadis itu masuk dan memarkirkan motor nya.

Dia menatap pintu mansion yang terbuka lebar, mata nya langsung mendatar melihat itu.

Dia berjalan masuk dengan pelan, melewati pintu, dan terus berjalan melewati banyak nya barang yang pecah di atas lantai.

Gadis itu menatap datar pemandangan di depannya, dia melihat seorang wanita yang sedang berteriak-teriak pada seorang pria yang duduk di kursi roda.

"Dasar tidak berguna, karena ulah mu, kita hampir bangkrut. " teriak wanita itu marah.

Gadis itu mengepalkan tangannya mendengar itu, tatapan nya menajam saat melihat pria itu hanya diam menunduk tidak berdaya.

Plak.

"Bicara! Apa kau bisu! " teriak wanita itu.

Gadis itu tidak bisa menahan amarah nya lagi, dia membanting helm nya ke lantai dengan keras.

Brak...

Bunyi benturan itu, mengalihkan perhatian wanita dan pria itu, mereka terlihat terkejut pelan melihat keberadaan gadis itu.

Gadis itu berjalan mendekati kedua orang tua nya, dan berdiri di depan pria yang duduk di kursi roda itu.

"Bisakah anda berhenti! " tekan gadis itu datar.

"Apa maksud mu, Dinda. " tekan wanita itu marah.

"Bisakah ibu berhenti, menyakiti ayah! "Teriak gadis itu marah, dia adalah Dinda.

"Aku muak melihat semua ini! " teriak Dinda lagi.

Plak.

"Berani kamu berteriak pada ibu, Dinda. " ucap wanita itu marah.

Wajah Dinda tertoleh saat mendapatkan tamparan dari ibu nya itu, dia meludah saat merasa sudut bibir nya berdarah karena tamparan itu.

"Kenapa aku tidak bisa berteriak! Sedang kan ibu sendiri melakukan nya pada ayah! " tekan Dinda marah.

"apa kau juga buta, ibu marah karena ayah mu tidak berguna!." tekan wanita itu.

"Lalu apa ibu amnesia!." tekan Dinda marah.

"Ibu tidak ingat berjuang ayah selama ini! Ibu tidak ingat bagaimana ayah memperlakukan kita selama ini, setidaknya ingat lah semua itu! " tekan Dinda tajam.

Wanita itu terdiam mendengar itu, tangannya mengepal erat, dengan nafas memburu.

"apa!, Ibu lupa! Tentu saja, lupakan semua itu, karena bagi ibu, ayah dan aku tidak berguna!. " tekan Dinda lagi.

"Ibu, hanya memikirkan semua kegagalan ini dan menyalahkan nya pada ayah!, apa ibu ingat kenapa ayah bisa cacat hah! " teriak Dinda pada wanita itu.

"Semuanya karena ibu! Semua karena ibu! " teriak Dinda dengan mata berkaca-kaca.

Pria yang dari tadi mendengar kan pertengkaran anak dan istri nya, memegang pelan tangan Dinda, menenangkan anak nya itu.

"nak, sudah, jangan bertengkar dengan ibu mu, dia hanya sedang merasa tertekan. " ucap pria itu menangkan anak nya.

"Tertekan!, kenapa setiap dia tertekan, selalu menyalahkan ayah! " ucap Dinda marah.

Pria itu menggeleng pelan pada anak nya, dia tau anak nya marah, tapi dia mengerti kenapa istri nya melakukan semua itu.

Semua karena salah nya, semenjak kecelakaan itu, dirinya jadi cacat, dan istri nya yang menggantikan dia di perusahaan.

Istri nya, di paksa untuk bertanggung jawab atas perusahaan nya, dia menanggung tanggung jawab besar di sana.

"Kenapa, ayah hiks." ucap Dinda menangis.

Dia terduduk dan memeluk kaki ayah nya, yang berada di kursi roda, tangisan nya pecah saat ini.

Sudah hampir 2 tahun dia menahan semua ini, dia selama ini banyak diam, melihat bagaimana dengan perlahan keluarga nya mulai hancur.

"Kenapa ayah diam, kenapa! Kenapa ayah menerima semua perlakuan ibu! " ucap Dinda dengan memukul pelan tangan ayah nya.

"Sayang, jangan seperti ini ya, semua salah ayah, ibu hanya lelah. " ucap pria itu mencoba menenangkan anak nya.

"Ibu egois. " ucap Dinda marah.

"Dia adalah manusia paling egois yang pernah Dinda kenal. " ucap Dinda marah.

Dia berdiri dan menatap wanita yang sial nya adalah ibu nya itu tajam, wanita itu hanya diam, tapi jika di lihat dengan seksama, matanya berkaca-kaca.

"Jika ibu tetap mempertahankan ego ibu, jangan salah kan aku, membawa ayah pergi dari kehidupan ibu! " tekan Dinda tajam.

Setelah mengatakan itu dia pergi menuju kamar nya di lantai atas, meninggal kan orang tua yang terdiam di lantai bawah.

Wanita itu jatuh terduduk, bahu nya bergetar pelan, di susul suara isak tangis yang amat pelan.

Pria itu menatap sendu istri nya, dia mendekati istri nya, dan mengusap kepala wanita itu pelan.

"Maaf, mas. " lirih wanita itu.

"Semua bukan salah mu, ini salah mas, maaf karena mas memberikan beban berat pada mu. " lirih pria itu pelan.

***