NovelToon NovelToon
Belinda

Belinda

Status: tamat
Genre:Romantis / Perjodohan / Cintamanis / Tamat
Popularitas:4.8M
Nilai: 5
Nama Author: DIANAZ

Verga Marchetti menyetujui pilihan ayahnya untuk menikahi putri salah satu relasi mereka. Belinda Antolini yang cantik, pendiam dan penurut. Namun di malam pernikahan, Verga menyadari istri barunya tidaklah sediam yang ia kira. Gadis itu penuh rasa ingin tahu, punya gairah yang besar, juga menikmati aktifitas pengantin baru sepenuh hati.

Kegembiraan dan kebahagiaan Verga tidak bertahan lama, karena keesokan hari ketika ia membuka mata, istrinya sudah pergi. Meninggalkan dirinya, juga pernikahan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DIANAZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Where is Belinda?

Benjamin membuka jas dan melempar benda tersebut sembarangan ke atas tanah. Dengan napas memburu ia melonggarkan dasi dan mulai menggulung lengan kemejanya sebatas siku.

Bola mata Benjamin memandang penuh amarah ke arah Vito yang terbaring di atas tanah diantara pohon jagung. Pria muda itu tidak bergerak, hanya gerakan dadanya yang naik turun dengan cepat yang memberikan tanda bahwa ia sedang berusaha memenuhi kebutuhan oksigen.

"Katakan alasan kenapa kau lari setelah melihatku!" seru Benjamin tegas.

Vito menoleh, memicingkan mata melihat sosok Benjamin yang tinggi menjulang. Ia berpikir keras saat berlari, alasan apa yang akan ia kemukakan. Setelah napasnya sedikit longgar, Vito mulai bicara.

"Saya ketakutan, Tuan. Anda tiba-tiba mengejar saya seperti seorang pemburu."

"Kenapa kau takut!? Kau duluan yang berlari menghindar ke arah ladang jagung."

"Saya bukan menghindar, Tuan. Saya masuk ke ladang jagung karena saya sakit perut! Saya perlu buang air kecil. Anda boleh tanya pada Ibu saya. Saya berjalan cepat-cepat, lalu ketika menoleh saya melihat Anda mengejar. Otomatis saya lari!" jelas Vito dengan kalimat cepat.

"Jangan beralasan, Vito. Kau berlari menghindariku!'

"Tidak! Bukankah tadi saya berhenti sendiri."

"Kau berhenti karena terjatuh dan sudah kehabisan napas!"

Vito terdiam, ia hanya melirik ke sosok Benjamin yang berkacak pinggang dan sedang menatap tajam ke arahnya.

"Berdirilah dan ikut aku, Vito! Aku hanya ingin menanyaimu tentang beberapa hal."

"Haishhh ... dada saya masih sakit! Jangan samakan tubuh saya dengan Anda, Tuan. Saya belum bisa berdiri," elak Vito.

Sesaat kemudian beberapa pohon tersibak di antara mereka. Muncul Roberto, lalu menyusul lagi Siena. Keduanya datang dan berdiri di dekat Benjamin, belum bicara, hanya menarik napas cepat. Memenuhi paru-paru mereka dengan udara.

"Sebenarnya kenapa kau lari, Vito?" tanya Roberto dengan nada heran beberapa menit kemudian.

"Betul. Tuan hanya ingin bertemu dan bicara denganmu. Kau aneh sekali," ucap Siena.

"Tuan Ben menakutiku, Bibi Siena. Aku menoleh dan melihat Tuan lari mengejarku. Tuan tidak terlihat seperti Tuan Ben yang biasa. Tuan terlihat sedikit mengerikan. Aku mengikuti insting dan langsung lari," ucap Vito dengan nada memelas.

"Ck! Sekarang berdirilah. Ikut kami ke mansion," perintah Siena.

"Ah, Bibi ... kakiku sakit sekali. Aku masih lemas dan-"

Ucapan Vito terhenti, karena sekali lagi pohon jagung tersibak. Muncul sosok Nyonya Linardy yang mendelik dan segera mendatangi Vito.

"Berdiri sekarang juga, Berandal Kecil! Apa yang sudah kau lakukan sampai Tuan mengejarmu begitu rupa!" Teriak Nyonya Linardy sambil menjewer telinga Vito dan menariknya berdiri. Karena tidak mau menahan sakit, Vito mengikuti tarikan ibunya agar telinganya selamat. Ia berdiri sambil mengernyit kesakitan.

"Aw, aw ... Bu, jangan keras-keras. Aw!' teriak Vito.

Benjamin menaikkan kedua alisnya melihat Vito yang langsung berdiri dengan sedikit terbungkuk di samping ibunya.

"Tuan Ben, saya minta maaf. Anda sampai harus berpanas-panas mengejar Berandal ini. Saya akan mengantarkannya ke mansion Antolini sekarang juga. Demi kenyamanan Anda, Anda bisa menanyai anak ini di mansion," ucap Nyonya Linardy pada Benjamin.

"Ibu ... Bu, lepaskan ...." rengek Vito.

Benjamin menatap Vito dengan wajah penuh kemenangan, lalu beralih menatap Nyonya Linardy dengan penuh terima kasih.

"Terima kasih, Nyonya Linardy. Saya setuju saran Anda. Mansion pasti lebih nyaman untuk bicara."

"Mari, Tuan. Kita pulang ke mansion," ucap Siena yang sudah memungut jas yang dilempar Benjamin.

Benjamin mengangguk, melangkah pergi diikuti Siena, Roberto, lalu Nyonya Linardy yang tidak melepaskan telinga Vito.

"Bu ...." rengek Vito lagi.

"Jangan merengek! Kau membuat kekonyolan apa sebenarnya! Kau akan menerima hukuman lebih dari rasa sakit di telingamu ini jika ternyata kau berbuat jahat!" omel Nyonya Linardy.

Di barisan depan, Benjamin tersenyum lebar. Ia merasa sudah bisa melihat Belinda di depan wajahnya.

Kau mungkin bisa menipu orang lain dengan wajah dan alasan-alasanmu, Vito. Tapi aku tidak ... aku berani memastikan kalau kau tahu tentang Belinda yang melarikan diri ... Belinda ... sebentar lagi, Bel. Waktumu bersenang-senang hampir habis.

Vito akhirnya menurut setelah sang ibu melepas telinganya ketika ia berjanji tidak akan lari. Nyonya Linardy ganti menggenggam tangan Vito dan menyeret langkahnya agar berjalan lebih cepat mengikuti Benjamin.

Haish ... aku akan melakukan sebisaku, Bel ...tapi aku pesimis kau bisa menikmati kebebasanmu lebih lama ... kau salah jika menyangka keluargamu akan diam saja setelah tahu kau hilang.

Perjalanan ke Mansion terasa sangat singkat bagi Vito. Ia mengatur ekspresi wajahnya agar terlihat biasa. Mereka dibawa masuk ke ruang tamu mansion.

"Siena, layani para tamu kita. Nyonya Linardy, bisakah aku bicara dengan Vito berdua saja di ruang Itu," tunjuk Benjamin ke arah sebuah pintu. Ruangan dimana ia atau ayahnya menemui para pengurus lahan ketika sedang berkunjung. Kunjungan yang hanya terjadi ketika mereka menjenguk Belinda.

"Tentu, Tuan. Ayo, Vito! Pergi ke sana!" perintah Nyonya Linardy pada putranya.

Benjamin masuk bersama Vito. Ben memilih duduk di belakang sebuah meja kerja.

"Duduk," perintah Ben.

Vito menelan ludah, nada suara tuannya itu berubah drastis. Tadi, di depan ibunya, Siena dan Roberto, Tuan Ben terdengar ramah, namun sekarang suaranya terdengar dingin.

"Kemarikan ponselmu."

Vito tidak bergerak. Ia hanya memandang datar ke arah Benjamin.

Benjamin mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada seseorang. Tak berapa lama, muncul seorang pria yang masuk ke ruangan itu.

"Periksa dia, ambil ponselnya," perintah Ben.

Pria tersebut mendekati Vito.

"Mau apa kau! Jangan coba-coba!"

Namun, penolakan Vito hanya angin lalu. Dengan mudah pria itu menelikung lengannya, lalu merogoh kantong celananya.

"Saya bawa ini, Tuan," ucap pria tersebut pada Benjamin.

Setelah Benjamin mengangguk, pria itu pun berlalu keluar dari ruangan.

"Sekarang ... jawab satu pertanyaanku, Vito. Hanya satu ...."

Benjamin melihat rahang Vito mengeras. Ekspresi keras kepala terlihat jelas di wajahnya.

Ben menyeringai, ia jadi sedikit bersemangat menakuti pria muda itu.

Benjamin berdiri, menuangkan segelas anggur dan menyodorkannya ke atas meja di hadapan Vito. Ia sendiri duduk di atas meja tepat di dekat gelas tadi, lalu menaikkan lebih tinggi gulungan lengan kemejanya sebelum bersedekap.

"Aku akan menggambarkan apa yang akan aku lakukan pada keluargamu jika kau tidak menjawab satu pertanyaan dariku."

Vito mendongak, kedua bola matanya berkilat menatap Benjamin.

"Nyonya Linardy dan juga dua adik perempuanmu akan kubawa keluar dari pulau ini. Seumur hidupmu ... kau tidak akan pernah bertemu lagi dengan mereka," bisik Benjamin dengan sedikit membungkuk agar terdengar jelas oleh Vito.

Wajah Vito seketika menjadi pucat. Ia mengira ia akan dipukuli sampai pingsan. Ia berpikir mau berpura-pura pingsan pada pukulan pertama agar bisa cepat lolos dan dilepaskan.

"Kau akan terkurung selamanya di pulau ini ... kebebasanmu akan hilang ...."

Vito menelan ludah, sekarang ia menunduk. Menatap ke arah gelas berisi anggur di hadapannya.

"Satu lagi ... aku bisa menyuruh orang-orangku untuk mengebiriimu ... kau tidak akan merasakan kesenangan yang satu itu selamanya." Benjamin membisikkan kalimat itu tepat di telinga Vito. Ketika ia menegakkan punggungnya kembali, ia hampir saja tertawa.

Wajah Vito tidak bisa lebih pucat lagi, sekarang sorot mata keras kepala yang tadi bercokol di kedua bola matanya telah berganti dengan tatapan syok, Ben yakin Vito memahami dengan sangat baik isi ancamannya tadi.

"Ba-bagaimana ka-kalau saya sebenarnya tidak punya jawaban dari pertanyaan Anda, Tuan?" tanya Vito. Ia mulai gelisah dengan bayangan yang ada di kepalanya setelah mendengar ancaman Ben.

"Aku mencarimu, karena aku sangat yakin kau punya kunci jawabannya ...." Ben berdiri dari tempat duduknya di pinggir meja. Ia melangkah menuju jendela, bersedekap memandang pemandangan di luar. Menunggu Vito memutuskan apakah akan bekerja sama atau tidak.

"Mmm ... sebenarnya apa yang ingin Anda tanyakan, Tuan?" Vito menelan ludah, menatap ke arah punggung tuannya.

Benjamin berbalik, dengan senyum kecil tersungging di bibir ia menjawab pertanyaan Vito.

"Dimana Belinda?" tanya Ben dengan nada sangat dingin, berbanding terbalik dengan senyum di wajahnya.

NEXT >>>>>

**********

From Author,

Jangan lupa dukung Belinda dengan tekan like, love, bintang lima, Vote dan komentar. Sebelumnya author mengucapkan terima kasih banyak.

Salam. DIANAZ.

1
Siulin Randa
hebat
Nofriyanti Vivi
haduhhh lgi mnikmati bln madunya..ehhh trnyta seprti mlmbng tingginya dan jtuh kedasr bwh..ohhhh
Anny
Kecewa
Anny
Buruk
🌛Dee🌜
kangen karyamu kak🥹🙏💜
Retno Dwi
stetlah sekian purnama nengok Nt. ternyata kak dianax blm ada novel baru
Ran Aulia
😥😥😥😥
Ran Aulia
Luar biasa buagus kak 👍👍👍👍😍😍😍😍

suka sekali gaya tulisan kak Di, enak dibaca, detail seolah kita melihat bukan membayangkan ❤️❤️❤️❤️❤️

terima kasih ya kak , ditunggu karya2 selanjutnya 😍😍😍😍
Suhantiani
bikin satu novel tentang Alana thor
Kios Flio
bagus bagus bagussssssssss
Kios Flio
kenapa kok gk dibawa ke gudang seh...
Kios Flio
peka banget km mas suami...meleleh kan jadinyaa..
Kios Flio
recomendasi..alur cerita keren beda dg lainnya, bahasa apik, bintang 5 susah
Kios Flio
astagahh so sweet banget
JandaQueen
ah, abang mh tidak peka.. 😆
JandaQueen
mathew kaah?
JandaQueen
haishhhyyyy.... 🤣🤣
JandaQueen
tampaknya belinda sdg berdrama, berkompromi dg situasi. moga ke depan kau bisa berlaku sesuai keinginan hatimu...
JandaQueen
start reading
Misdina Ningsie Panggabean
gadis yang malang 😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!