(Cerita dewasa🌶️)
Kisah ini, berawal dari kejadian di mana Silvia di kepun dan buru oleh keluarga besar seorang ketua Mafia, lalu mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya....
Kemudian ia diberih kesempatan kedua untuk hidup kembali, merasuki tubuh seorang menantu yang tak diinginkan....
Mau tau kisah selanjutnya?
yuk...silahkan mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25¹
(Visual outfit Antonio dan Silvia)
...🔥🔥🔥🔥🔥...
...Setibanya di gedung acara, sorot lampu kamera dan sapaan meriah para wartawan langsung menyambut mereka. Seketika, kegugupan menyeruak dalam diri Silvia....
"Sayang," panggil Antonio lembut, menggenggam tangannya.
"Eh? Iya, ada apa?" Silvia tersentak dari lamunannya, lalu menghadiahkan senyum manis pada Antonio.
"Ayo, kita turun," ajak Antonio seraya membuka pintu mobil. Ia keluar terlebih dahulu, lalu mengulurkan tangannya untuk menyambut Silvia.
...Pemandangan itu sontak menimbulkan kebingungan di antara para wartawan. Sambil menggenggam erat kamera masing-masing, tatapan penasaran mereka tertuju pada pintu mobil....
...Beberapa detik kemudian, Silvia meraih uluran tangan Antonio dan turun dari mobil. Momen itu seketika menjadi sorotan utama. Bagaimana mungkin Silvia, yang berstatus mantan menantu sekaligus asisten Antonio, kini hadir di pernikahan putra tunggal Antonio dengan mobil yang sama?...
"Tuan, apa hubungan Anda dengan mantan menantu Anda?" tanya seorang wartawan dengan nada penasaran.
Antonio tersenyum tipis, lalu meraih pinggang Silvia dan merangkulnya posesif.
"Dia adalah istri kedua saya," jawab Antonio dengan tenang.
Duar!
...Bagaikan ledakan petasan beruntun, suasana di depan gedung seketika riuh rendah oleh kilatan lampu kamera dan suara jepretan yang bertubi-tubi. Seolah jawaban Antonio sudah cukup mengklarifikasi segalanya, ia dengan santai menggandeng Silvia masuk ke dalam gedung mewah itu. Tepat pada saat yang sama, Leon dan Tamara tengah berdiri berhadapan, bersiap untuk mengucapkan janji suci pernikahan......
...Dengan langkah santai, Silvia dan Antonio menuju kursi paling depan dan duduk. Silvia kemudian tersenyum manis sambil melambaikan tangan ke arah Tamara dan Leon, yang balas menatapnya dengan ekspresi penuh kebingungan....
Kalian pasti bingung, kan? Begini saja sudah terkejut, bagaimana nanti," batin Silvia dengan senyum penuh arti.
Untuk apa si udik itu hadir di sini? Jangan-jangan—" pikiran Tamara berkecamuk dengan berbagai spekulasi.
"Permisi, Nona Tamara, waktunya kita mulai," tegur pendeta dengan sopan.
"Ah, iya," sahut Tamara dengan sedikit canggung.
...Tamara dan Leon pun mengucapkan sumpah pernikahan di atas altar. Meskipun pikiran mereka berkecamuk akibat kedatangan Antonio dan Silvia, upacara tetap berjalan hingga selesai....
"Silakan meminta restu kepada kedua orang tua kalian," ucap pendeta.
...Leon dan Tamara saling bertukar pandang dengan raut wajah bingung. Namun, mereka tetap melangkah turun dari altar dan mendekati Antonio dan Silvia dengan penuh tanda tanya. Antonio dan Silvia pun segera berdiri untuk menyambut mereka....
"Pa," ucap Leon seraya memeluk ayahnya.
"Selamat, Nak. Semoga pernikahanmu langgeng dan sejahtera hingga maut memisahkan kalian. Sekarang, mintalah restu kepada ibumu juga," ujar Antonio sambil melepaskan pelukannya.
Jeduar!
...Tamara dan Leon terkesiap, mata mereka membulat sempurna menatap Silvia. Namun, Silvia hanya membalas tatapan mereka dengan senyuman manis penuh kemenangan....
"Leon, tunggu apa lagi? Ayo cepat," desak Antonio.
"Ah, a-aa... baik," jawab Leon dengan kikuk. Ia segera melangkah mendekati Silvia, meraih tangannya, dan mencium punggung tangan wanita itu sebagai tanda hormat.
"Semoga rumah tangga kalian bahagia, Nak," ucap Silvia sambil mengusap lembut rambut Leon dan tersenyum lebar.
"I-iya, Ma," sahut Leon dengan nada gugup, lalu menoleh ke arah Tamara dan memberi isyarat agar istrinya itu melakukan hal yang sama.
Ish! Ogah sekali aku mencium tangan si udik itu, batin Tamara dengan jelas menunjukkan keengganannya.
"Leon," suara bariton Antonio terdengar tegas, menatap putranya dengan dingin.
...Leon mengangguk mengerti, lalu melangkah mendekati Tamara......
"Apa yang kamu lakukan, cepat salim tangan Silviana," bisik Leon.
"Apa yang kamu lakukan? Cepat cium tangan Silviana," bisik Leon mendesak.
"Aku tidak sudi mencium tangan si udik itu!" tolak Tamara dengan wajah cemberut penuh kejengkelan.
"Tamara, aku tahu kamu bingung, aku juga sama. Tapi lihatlah sekeliling kita, banyak orang. Aku akan bertanya nanti setelah kita pulang," bisik Leon sambil terus berusaha membujuk Tamara.
"Ehem!" deham Antonio, memberikan peringatan.
"Cepat!" desak Leon sambil menarik tangan Tamara dengan sedikit paksa mendekati Silvia.
"Wah... menantu Mama, akhirnya kita bertemu lagi seperti yang Mama katakan," ucap Silvia dengan penekanan, sambil tersenyum penuh kepuasan.
"I-iya, Ibu mertua," jawab Tamara sambil mengulurkan tangannya dan mencium tangan Silvia dengan canggung.
"Semoga langgeng sampai kalian menua, ya," ucap Silvia dengan nada penuh ejekan.
...Tamara hanya mengangguk kecil sambil tersenyum kikuk, lalu kembali ke altar bersama Leon....
"Sayang... aku cemburu melihat kamu menyentuh kepala Leon. Aku mau 'bermain' sekarang," bisik Antonio dengan suara berat bercampur gelisah di telinga Silvia, lalu menggigit kecil daun telinganya dengan gemas.
"Kamu ini, apa satu malam dan pagi ini belum cukup?" Silvia menatap suaminya dengan ekspresi tak percaya.
"Belum cukup, Sayang... Kalau bisa, aku ingin menelanmu hidup-hidup," bisik Antonio sambil mengeratkan pelukannya pada Silvia di hadapan para tamu.
...Merasa tak mampu mengendalikan gejolak birahi Antonio, Silvia pun melayangkan tatapan tajam yang menusuk ke arah suaminya. Seketika, Antonio menciut dan kembali bersikap normal....
Dari kejauhan, Tamara dibuat heran dengan sikap Antonio, ayah mertuanya. Selama ia berpacaran dengan Leon, baru kali ini ia melihat Antonio dalam mode bucin dan tampak takut pada seseorang.
Si udik itu pasti sudah memelet ayah mertuaku, batin Tamara sambil diam-diam mendengus kesal.
...Beberapa saat kemudian, para tamu beserta Antonio, Silvia, dan kedua mempelai meninggalkan gedung itu menuju lokasi lain untuk melaksanakan pesta resepsi pernikahan....
...Setibanya di gedung yang dimaksud, mereka pun masuk dan duduk di kursi paling depan. Silvia tak henti-hentinya menatap Tamara dengan senyum licik yang menghiasi bibirnya....
Aku punya kado yang akan membuat kalian mengingatnya seumur hidup, batin Silvia sambil menyunggingkan senyum licik, matanya tertuju pada Leon dan Tamara yang sedang memotong kue pengantin.
...Selesai acara pemotongan kue, layar lebar menampilkan foto dan video momen-momen romantis kedua mempelai saat berpacaran. Namun, tiba-tiba......
Bukannya momen indah yang ditayangkan, layar lebar justru menampilkan adegan intim Tamara dan Jack sang mantan kekasih yang tengah beradegan panas mesra di sebuah hotel. Sontak, para tamu menjadi heboh dan saling berbisik sinis sambil menatap Tamara yang kini dilanda kepanikan dan rasa jijik.
"Cepat! Matikan!" raung Tamara histeris.
...Suara percakapan antara Jack dan Tamara terdengar jelas oleh seluruh hadirin(Di bab 5), termasuk Leon yang kini membeku di tempatnya, menatap tak percaya video panas antara Jack dan Tamara. Tak lama kemudian, seorang pelayan menghampiri Leon dan menyerahkan sebuah amplop. Dengan tangan gemetar, Leon segera membukanya....
...Seluruh tubuh Leon bergetar hebat saat membaca surat yang berisi bukti operasi keperawanan yang dilakukan Tamara. Dengan geram, Leon meremas surat itu, lalu berjalan mendekati Tamara......
Plak!
"Dasar pelacur sialan!" umpat Leon dengan penuh amarah, lalu menampar Tamara dengan keras di pipi kirinya.
...Kemudian, Leon berteriak histeris sambil mengobrak-abrik dekorasi acara pernikahan hingga porak poranda. Melihat putranya kalap, Antonio segera menghampirinya....
"Leon, cukup!" bentak Antonio sambil mencengkeram kerah baju putranya.
"Papa! Aku menikahi seorang pelacur, Pa! Cepat beri aku selamat! Hahahahah!" Leon tertawa histeris, suaranya sarat akan kepedihan dan kegilaan, air mata pun mengalir di pipinya.
"Leon, a-aku—"
Plak!
...Ucapan Tamara terhenti saat tubuhnya tiba-tiba diputar dan sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanannya. Seketika, ia terdiam, memegangi pipinya yang terasa nyeri, lalu menatap nanar ke arah pelaku yang tak lain adalah Silvia....
"Kau berani menamparku, udik?!" bentak Tamara dengan nada tak terima.
Plak!
"Itu untuk kakak ku."
Plak!
"Itu untuk penghinaan yang kau lakukan semasa hidup kakak ku."
Plak!
"dan Ini dariku."
PLAK!
...Silvia melayangkan tamparan bertubi-tubi ke wajah Tamara, membuat wanita itu tak sempat menghindar hingga akhirnya babak belur di tangan Silvia....
...Di sekeliling mereka berdiri banyak orang, namun tak seorang pun berani mendekat untuk menghentikan Silvia. Statusnya kini sebagai nyonya utama keluarga konglomerat Amores membuat semua orang ciut nyali....
"Tuan! Tolong selamatkan putriku!" teriak ibunda Tamara histeris, memohon pertolongan.
...Mendengar teriakan pilu ibunda Tamara, Antonio akhirnya bergegas menghampiri dan berusaha melerai Silvia yang tampak enggan melepaskan Tamara....
"Sayang, sudah cukup," bujuk Antonio sambil memeluk Silvia yang kini gemetar hebat karena luapan emosi.
...Kemudian, Antonio memberi isyarat kepada para pengawalnya. Para pengawal itu mengangguk mengerti, lalu mendekati Leon dan membawanya pergi. Menyusul dari belakang, Antonio menggendong Silvia ala bride style dan berjalan keluar dari gedung, meninggalkan pesta resepsi pernikahan yang berantakan itu....
(Bersambung)
Please Author,
jangan sampai Silvia/Silviana disekap atau dilecehkan sama di Pedro Blekok...