Hidup Anaya tidak pernah beruntung, sejak kecil ia selalu di jauhi teman-temannya, dirundung, di abaikan keluarganya. kekacauan hidup itu malah disempurnakan saat dia di jual kepada seorang CEO dingin dan dinyatakan hamil setelah melakukan malam panas bersama sang CEO.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Grace.
Farah menggandeng tangan Anaya, sementara angkasa jalan paling depan sambil mengayunkan botol minumnya.
Anaya berlari mengejar angkasa yang berada di depannya. "Udalanya cegar banget." Seru Anaya berlari kecil sambil merentangkan kedua tangannya.
Farah tersenyum melihat anak-anaknya tertawa lepas.
Namun, hatinya gelisah sejak tadi. Ia masih memikirkan mengenai lampu yang tiba-tiba menyala.
Angkasa menoleh ke belakang. "Ma, cepat." Panggil angkasa dari kejauhan.
Anaya melambaikan tangannya, "Ayo, ma...Aya mau lomba lali cama, Abang." Anaya menenteng Topi mininya sambil melompat-lompat kecil.
Farah tersenyum, menepis perasaannya. "Iya, mama datang."
Mereka mulai Joging kecil mengelilingi lapangan kecil dekat rumah. Farah senang, anak-anaknya riang, tak pernah kekurangan kasih sayang. Meski ia hanya seorang diri membesarkan Kedua anaknya, tapi ia selalu mengusahakan yang terbaik.
Mereka tumbuh kuat, bahkan lebih kuat darinya. Ia bersyukur memiliki mereka didalam kehidupannya.
~
Di sebuah rumah kayu sederhana yang berada di tengah desa, Jackson menatap layar laptop dengan senyum yang tak mampu ia sembunyikan.
Foto-foto Farah dan anak-anak terpajang jelas, dikirim oleh Andi, orang kepercayaannya.
Jackson selalu mengamati mereka, tak pernah melewatkan satu detik pun kehidupan mereka.
Hanya Farah yang mampu membuat hidupnya terasa hampa dan kehilangan arah.
Jackson mengusap rahang yang menegang, menahan perasaan yang sudah lama ia sembunyikan.
"kenapa dia terlihat lebih kurus?” tanyanya pelan pada diri sendiri.
Senyumnya samar dalam foto itu, rambutnya yang di ikat rapi, menunggu anak-anak bermain. Ada sesuatu di matanya—kelelahan yang tak pernah ia izinkan seseorang lihat. Hatinya terasa sakit melihat sorot mata itu, jelas menyimpan begitu banyak beban di dalamnya.
Jackson bertanya-tanya, apakah ia baik-baik saja? Bagaimana kehidupannya beberapa tahun belakangan ini?
Rasanya ia ingin menghapus jarak di antara mereka memeluk mereka, tapi dia hanya bisa menyimpan angan-angan itu sendiri.
Tiba-tiba pintu di ketuk.
Ia melirik sekilas, "Masuk." serunya datar.
Bayu masuk dengan wajah Panik, "Bos, Nona Grace sedang dalam perjalanan menuju tempat Nona Farah."
Sial! Rasanya seakan semua rencananya tiba-tiba berantakan.
Jackson segera bangkit dari kursi, mengacak rambutnya dengan frustrasi. "Apa maksud wanita itu datang ke sini? Apa yang dia inginkan dari Farah?" pikirnya.
Grace—wanita yang katanya tunangannya, padahal diantara mereka tidak pernah punya ikatan apa pun, apalagi pertunangan.
Jackson tidak tahu bagaimana kabar bohong itu bisa menyebar luas. Tapi saat ini, semua pikirannya hanya tertuju pada satu nama: Farah. Ia harus menemui Farah, segera dan tanpa pikir panjang.
Bayangkan saja, di tengah semua keributan ini, ia malah tidak peduli bagaimana berita itu beredar. Jackson hanya tahu satu hal: ia harus menemukan Farah, karena baginya, hanya dia yang penting sekarang.
~
Tepat sebelum Grace sampai kepada Farah, Jackson menarik tangannya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Jackson Dingin.
Grace menatap heran, bagaimana jackson bisa ada disini?
Grace menarik tangannya kasar dari cengkraman jackson. "Ingin bertemu dengan jalang itu!" Ucapnya sambil menunjuk ke arah Farah disana.
Rahang Jackson mengeras mendengar itu, ia melirik ke arah Farah yang sedang bermain dengan anak-anak.
Ingin sekali ia menampar wajah Grace saat ini juga. berani sekali dia bicara seperti itu mengenai Farah.
Ia menahan emosi nya, kalau menarik Grace masuk ke mobil.
Tepat saat mereka masuk ke dalam mobil, Farah menoleh. Dahinya mengernyit heran. "Perasaan kaya ada orang deh?" gumamnya.
"Ada apa, ma?" tanya Angkasa.
Farah menggelengkan kepalanya, tersenyum. "Tidak apa-apa, sayang." Ucapnya sambil mengusap lembut rambut putranya.
"Ayo pulang," ajak Farah.
Farah mengajak anak-anak pulang untuk mandi. Ia juga mau Melihat toko sebentar.
Si kembar berlari kecil sambil tertawa. Namun, pikiran Farah masih tertuju pada lampu jalanan yang tiba-tiba menyala.
Farah menatap lampu itu sekali lagi, sinarnya masih terang meski matahari sudah mulai naik.
"Aku harus segera tanya sama, Dimas." gumamnya dalam hati.
~
Tanpa banyak bicara Jackson langsung mengantar Grace ke bandara. Wajah wanita itu merah padam, sepanjang perjalanan dia mengoceh namun tidak di gubris oleh Jackson.
Tapat mobilnya berhenti didepan bandara, anak buah Jackson membukakan pintu untuknya.
"Turun," Ucap Jackson datar tanpa menoleh ke arahnya.
"Tidak mau!" Grace menolak.
Jackson menatapnya tajam, "Jangan menguji kesabaranku. Cepat turun!"
Mata mereka bertemu, dadanya naik turun. "Aku ngak mau pulang kalau kamu ngak pulang!" Suaranya sedikit meninggi.
Grace menatap tajam ke arah Jackson, napasnya memburu. "Lagian kamu ngapain sih disini? Didesa yang kumuh ini?" pertanyaan Grace membuat Jackson semakin emosi.
"Bukan urusanmu! Sekarang turun dari mobilku."
"Jack. Aku ini calon istri—"
Namun, sebelum ia selesai berkata, memotong cepat, "Aku tidak pernah mengakui hubungan ini! Dan satu lagi... aku sudah punya calon istri, dan pasti itu bukan kamu!"
Perkataan itu menghantamnya seperti pukulan keras, membuat jantungnya serasa berhenti.
Tangannya terkepal kuat, mencoba menahan amarah dan sakit yang membara.
"Apa semua ini gara-gara wanita jalang itu, ha? Kau tidak lihat? Dia sudah punya dua anak, dan aku yakin, sudah entah berapa laki-laki yang menyentuhnya."
Jackson menatapnya dengan mata membara, tangannya mencengkeram dagunya sampai putih.
"Jangan asal bicara tentang Farah! Atau aku akan hancurkan mulutmu itu."
Tubuhnya gemetar hebat, ketakutan dan sakit itu merayap masuk tanpa bisa ia halau.
"Kau mau tahu anak siapa yang dia lahirkan?" bisiknya dengan suara yang nyaris serak. "Itu anakku."
Matanya melebar, seolah dunia berhenti berputar sejenak. Di dalam hatinya, segalanya runtuh; kenyataan itu terlalu berat untuk kuterima begitu saja.
Ia menggelengkan kepalanya, "Tidak....itu tidak mungkin." Gumamnya lirih.
singgah balik di halamanku 😍 baca novel pertamaku yg berjudul "AKU DAN ADIK TIRIKU"😍
terima kasih sebelumnya