Seoul tidak pernah tidur, tetapi bagi Han Ji-woo, kota ini terasa seperti sedang koma.
Di bawah gemerlap lampu neon Distrik Gangnam, Ji-woo duduk di bangku taman yang catnya sudah mengelupas, menatap layar ponselnya yang retak. Angin musim gugur menusuk jaket tipisnya yang bertuliskan "Staff Event". Dia baru saja dipecat dari pekerjaan paruh waktunya sebagai pengangkut barang bagi para Hunter (pemburu).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tutorial untuk Orang Kikir
ANTRIAN MASUK SURGA (PALSU)
Lokasi: Plaza Menara Ujian, Seoul.
Waktu: Hari Pertama Kemunculan Menara (The Day of Descent).
Ribuan orang memadati alun-alun di sekitar menara raksasa berwarna ungu neon itu. Tentara, Hunter profesional, hingga warga sipil yang nekat, semua ingin masuk. Rumor mengatakan di puncak menara ada "Harta Karun Abadi".
Di tengah kerumunan, Han Ji-woo (mengenakan kaos oblong putih polos yang dia dapat dari penjara) berjalan santai sambil mengunyah permen karet murah. Di belakangnya, Valerius dan Yuna mengikuti dengan setelan jas "Agensi Konsultasi" mereka yang rapi.
"Tuan Han," Valerius memindai menara dengan kacamata barunya. "Analisis awal menunjukkan struktur ini bukan materi fisik. Ini adalah Konstruksi Data Padat. Mirip dengan Server Mammon, tapi lebih... Game-like."
"Aku tidak peduli itu data atau beton," kata Ji-woo. "Yang penting, di mana pintu masuknya?"
Mereka sampai di gerbang utama. Ada sebuah gerbang cahaya biru (Portal) dengan tulisan hologram besar:
[ENTRANCE: FLOOR 1 - TUTORIAL]
[BIAYA MASUK: GRATIS]
Namun, di samping gerbang itu, ada seorang penjaga NPC (Non-Playable Character) berbentuk Kelinci Pink dengan jas tuksedo.
"Berhenti!" kata Kelinci itu dengan suara cempreng. "Masuk memang gratis. Tapi kalian wajib memiliki Starter Pack seharga 1 Juta Won!"
Kerumunan di depan marah. "Katanya gratis?!"
"Itu biaya administrasi!" jawab si Kelinci.
Ji-woo maju ke depan, menyingkirkan Hunter lain yang sedang protes.
"Hei, Kelinci. Aku tidak punya 1 Juta Won."
Kelinci itu menatap Ji-woo dari atas ke bawah. "Kalau begitu minggir, Miskin. Menara ini hanya untuk para elit yang siap berinvestasi."
Ji-woo tersenyum. Senyum yang membuat Kelinci itu mundur selangkah.
"Investasi, ya?"
Ji-woo menoleh ke Valerius. "Valerius, apa definisi 'Gratis' menurut hukum ekonomi?"
"Harga nol. Tanpa syarat tersembunyi. Jika ada syarat bayar, itu namanya False Advertising (Iklan Palsu)," jawab Valerius lantang.
"Dan apa hukuman untuk Iklan Palsu?"
"Gugatan dan penyitaan aset."
Ji-woo mengangguk. Dia mencengkeram telinga panjang Kelinci itu.
"Kau dengar pengacaraku? Kau melanggar hukum konsumen."
"Le-lepaskan! Ini area aman!" jerit Kelinci.
Ji-woo tidak memukulnya. Dia hanya... merogoh saku jas Kelinci itu.
SKILL: COPET LEVEL PENJARA (Diperoleh dari teman sel di Blok C).
Ji-woo menarik sebuah kartu akses emas dari saku Kelinci.
"Aku sita ini sebagai barang bukti."
Ji-woo menempelkan kartu itu ke gerbang portal.
BEEP.
[AKSES ADMIN TERDETEKSI. SELAMAT DATANG, VIP.]
Pintu gerbang berubah warna dari Biru menjadi Emas.
"Ayo masuk," ajak Ji-woo pada Yuna dan Valerius. "Kita dapat jalur VIP gratisan lagi."
Mereka bertiga melangkah masuk, meninggalkan si Kelinci yang menangis karena kartu aksesnya hilang.
HUJAN KOIN EMAS (BENCANA ALAM)
Lantai 1: Padang Rumput Koin.
Mereka diteleportasi ke sebuah padang rumput yang luas dan indah. Langitnya biru cerah.
Tapi ada yang aneh. Rumputnya bukan rumput biasa. Setiap helai rumput terbuat dari lembaran uang kertas hijau. Pohon-pohonnya berbuah koin emas. Sungai yang mengalir berisi perak cair.
[TUTORIAL DIMULAI]
[MISI: KUMPULKAN 1.000 POIN (KOIN) UNTUK NAIK KE LANTAI 2]
"Wah..." mata Yuna berbinar. Dia memetik sebuah apel emas dari pohon. "Ini emas asli, Bos! Kita kaya!"
"JANGAN SENTUH!" teriak Ji-woo.
Tapi terlambat. Saat Yuna memegang apel emas itu, sebuah notifikasi muncul di atas kepala Yuna.
[POIN: +50]
Lalu, apel itu berubah menjadi monster kecil bulat dengan gigi tajam. COIN MIMIC.
"Kiek!" Monster itu menggigit tangan Yuna.
"Aduh!" Yuna melempar monster itu.
Tiba-tiba, tanah bergetar. Ribuan "buah" di pohon dan "rumput" di tanah mulai bergerak.
Mereka semua adalah Mimic. Ribuan monster koin, uang kertas, dan batangan emas hidup.
"Ini bukan ladang harta," desis Ji-woo. "Ini ladang ranjau."
Monster-monster itu menyerbu.
Ji-woo memasang kuda-kuda.
"MISKIN PUNCH!"
Dia meninju seekor Coin Mimic hingga hancur berkeping-keping.
PYAR!
Monster itu meledak menjadi serbuk cahaya.
Tapi kemudian...
TING!
[SISTEM MENARA]
Monster Terbunuh!
Anda mendapatkan: 100 Poin Menara.
Saldo Poin Anda: 100.
Seketika, lutut Ji-woo goyah.
"Apa?!"
"Tuan Han!" Valerius berteriak sambil memukul monster dengan tas kerjanya. "Di menara ini, Kill \= Reward! Setiap kali Anda membunuh monster, Sistem Menara otomatis mentransfer Poin ke akun Anda!"
"Dan Poin itu dianggap Aset?!"
"Benar! Poin bisa ditukar dengan uang atau item! Jadi nilainya positif!"
Ji-woo panik. Dia baru membunuh satu monster dan langsung dapat aset. Tubuhnya mulai melemah 1%.
Di depan mereka, ada ribuan monster. Jika Ji-woo membunuh semuanya, dia akan punya jutaan poin, yang artinya dia akan lumpuh total dan mati dimakan uang receh.
"Sistem Gila!" umpat Ji-woo. "Biasanya game memberi XP (Experience), kenapa ini memberi Uang?!"
Seekor Piggy Bank Golem (Golem Celengan Babi) raksasa muncul dari dalam tanah. Di punggungnya ada slot koin.
"Oink! Oink! Nabung pangkal kaya!" raung Golem itu, menyeruduk ke arah Ji-woo.
Ji-woo menghindar dengan susah payah (kakinya agak berat karena saldo 100 poin tadi).
"Aku tidak bisa membunuhnya! Kalau aku membunuhnya, aku dapat Jackpot Poin dan langsung stroke!"
"Lalu bagaimana kita menyelesaikan misinya?!" teriak Yuna. "Kita butuh 1.000 Poin untuk lolos!"
Ji-woo melihat Golem Celengan itu. Dia melihat slot koin di punggungnya.
Ide gila (seperti biasa) muncul.
"Valerius! Yuna! Jangan bunuh monsternya! TANGKAP mereka!"
JUDI MELAWAN CELENGAN
"Tangkap?!"
"Ya! Kita tidak butuh poin dari membunuh! Kita butuh poin dari... Setoran!"
Ji-woo melompat ke punggung Golem Celengan Babi itu. Dia mencengkeram telinga keramiknya. Golem itu meronta-ronta.
"Yuna! Lempar Koin Mimic kecil itu padaku!"
Yuna, meski bingung, menangkap seekor monster koin yang sedang menggigit sepatunya, lalu melemparnya ke arah Ji-woo.
"Tangkap, Bos!"
Ji-woo menangkap monster koin itu di udara. Monster itu menggeram.
"Maaf ya, Kecil. Kau harus masuk tabungan."
Ji-woo menjejalkan monster koin itu masuk ke dalam Slot di punggung Golem Celengan.
KLONTANG!
Monster koin itu masuk ke dalam perut Golem.
Tiba-tiba, angka di atas kepala Golem itu berubah.
[SALDO GOLEM: 50]
"Valerius! Apa yang terjadi?!" tanya Ji-woo.
Valerius menganalisis cepat.
"Luar biasa! Golem itu berfungsi sebagai ATM Berjalan! Jika Anda memasukkan koin ke dalamnya, poinnya tidak masuk ke akun Anda, tapi tersimpan di dalam Golem!"
"Bagus!" seru Ji-woo. "Rencananya adalah: Kita isi perut babi ini sampai penuh, lalu kita paksa dia Muntah di gerbang keluar!"
Maka dimulailah kekacauan itu.
Bukan pertarungan, tapi Panen Raya.
Ji-woo (yang masih cukup kuat karena poinnya cuma 100) berlarian menangkap monster-monster kecil. Yuna memunguti uang kertas yang mencoba kabur. Valerius menggiring batangan emas dengan payungnya.
Mereka memasukkan semuanya ke dalam slot Golem Celengan Babi.
Masuk! Masuk! Masuk!
Golem itu semakin gemuk dan berat. Gerakannya melambat.
"Oink... Oink... Kenyang..." keluh Golem itu.
[SALDO GOLEM: 950]
"Sedikit lagi!" teriak Ji-woo. "Cari satu lagi!"
Tapi monster-monster kecil sudah habis (semua sudah masuk perut babi atau kabur ketakutan).
Hanya tersisa mereka bertiga dan Babi Raksasa itu.
"Kurang 50 poin..." desah Yuna. "Kita tidak bisa lewat."
Ji-woo menatap saldo poin pribadinya sendiri: 100 Poin (dari kill pertama tadi).
Dia harus membuang 100 poin ini agar kembali miskin total, sekaligus memenuhi kuota Golem.
"Hei, Babi," Ji-woo menepuk perut keramik Golem itu. "Kau terima transfer digital?"
Golem itu mengangguk. Matanya berkedip menampilkan QR Code.
"Transfer!" perintah Ji-woo.
TING!
[TRANSFER SUKSES]
Dari: Han Ji-woo.
Ke: Piggy Bank Golem.
Nominal: 100 Poin.
SALDO ANDA: 0 POIN (KEMBALI MISKIN & KUAT).
SALDO GOLEM: 1.050 POIN (OVERLOAD).
KRETEK...
Perut keramik Golem itu retak. Dia terlalu kenyang.
"Oink... Meletus..."
"LARI KE GERBANG!" teriak Ji-woo.
Mereka bertiga lari menuju portal keluar di ujung padang rumput.
Tepat saat mereka melompat masuk ke dalam portal...
BOOOOM!
Golem Celengan Babi itu meledak di belakang mereka. Ribuan koin dan item berhamburan laksana hujan emas. Para peserta lain yang baru masuk tutorial bersorak gembira memunguti remah-remah itu.
Tapi Ji-woo tidak peduli.
Dia mendarat di Lantai 2 dengan selamat, sehat, dan yang paling penting: Saldo Nol.
Bab 73 : TOKO YANG MEMAKSA MEMBELI
Lantai 2: The Shopping Mall of Doom.
Mereka sampai di sebuah ruangan yang mirip lobi mal futuristik. Di tengah ruangan, berdiri sebuah patung pedagang goblin yang memegang timbangan.
[SELAMAT DATANG DI REST AREA]
[PERATURAN: ANDA TIDAK BOLEH MEMBAWA POIN KE LANTAI BERIKUTNYA]
[SILAKAN BELANJA SAMPAI HABIS]
Ji-woo tertawa. "Peraturan macam apa ini? Ini surga bagiku! Aku memang tidak punya poin!"
Tapi tiba-tiba, sebuah kalung besi muncul di leher Ji-woo, Yuna, dan Valerius.
Kalung itu memiliki layar digital yang menampilkan angka: 0.
Suara sistem berbunyi:
[PENALTI KEMISKINAN TERDETEKSI]
[Peserta dengan 0 Poin dilarang naik ke Lantai 3.]
[SOLUSI: Silakan ambil PINJAMAN (Loan) dari Sistem Toko.]
Ji-woo melongo. "Apa?"
Seorang Goblin Kasir muncul dari balik meja.
"Halo, Tuan! Karena Anda miskin, kami mewajibkan Anda mengambil Pinjaman Lunak sebesar 10.000 Poin untuk belanja perlengkapan. Bunganya ringan kok, cuma 50% per jam."
Ji-woo menatap Goblin itu horor.
Musuh di menara ini bukan monster fisik.
Musuhnya adalah Jebakan Finansial (Predatory Lending).
Jika dia mengambil pinjaman, dia dapat 10.000 Poin.
Poin itu aset. Dia akan lumpuh.
Jika dia tidak mengambil, dia tidak bisa naik lantai.
Jika dia mengambil lalu belanja sampai habis... dia punya Utang.
Mata Ji-woo berbinar.
"Tunggu... kalau aku belanja sampai habis, aku punya Utang?"
"Betul," kata Goblin Kasir.
"Dan Utang adalah Aset Negatif?"
"Secara teknis, ya."
Ji-woo menyeringai lebar, membuat Goblin Kasir itu merinding.
"Pak Goblin, saya mau pinjam."
"B-berapa?"
"Kasi saya limit maksimal. Saya mau borong satu toko ini... lalu saya akan bakar barangnya."