NovelToon NovelToon
Menikahi Bintang Film Dewasa

Menikahi Bintang Film Dewasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Dark Romance / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / CEO Amnesia
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Vanilla Ice Creamm

Laura Rivas 22 tahun, seorang bintang film dewasa Spanyol dengan nama panggung Karen Monroe di L.A., diasingkan ke Portugal oleh calon kakak iparnya, Diego Torres, setelah skandalnya menjadi "gadis penghibur" Kartel Meksiko menghancurkan reputasi sosial kakaknya, Julia Rivas, dan membatalkan pernikahan Julia.

Asisten utama Diego, Pablo Reyes (32), ditugaskan mengurus Laura di pengasingan, namun Laura yang selalu bermasalah terus melanggar protokol keamanan. Untuk mengatasi kekacauan ini, Diego menyetujui keputusan drastis Pablo untuk menikahi Laura Rivas.

Pernikahan ini, yang mencakup perjanjian pra-nikah dengan klausul properti dan kewajiban kegiatan ranjang, bertujuan memberikan Laura status, perlindungan, dan memindahkan seluruh tanggung jawab pengawasannya ke tangan Pablo.

Awalnya hubungan intim sebagai tugas untuk pengamanan Laura agar tak liar, namun Pablo kecanduan pada kemahiran Laura di ranjang, mengubah "tugas" menjadi candu bak kokain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilla Ice Creamm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Mengakhiri Sandiwara

Dokter Ross menunjuk layar dengan senyum. "Ecco il bambino. Ini dia. Berdasarkan perkiraan siklus haid terakhir Nyonya Reyes, dan ukuran kantung kehamilan ini... Anda sudah memasuki lima minggu."

Lima minggu. Itu berarti dari inisiatifnya di ranjang dua bulan lalu.

Ia menoleh ke arah Laura, yang kini menatapnya dengan air mata di pelupuk mata, bukan air mata bahagia, melainkan air mata ketakutan akan penolakan yang ia sebutkan semalam.

"Lima minggu," ulang Pablo, suaranya sangat rendah.

Pablo melepas blazer cokelatnya dengan gerakan cepat, melemparkannya ke sofa. Ia kemudian melonggarkan kancing atas kemejanya. Ia terlihat jauh lebih berantakan dan tegang.

Laura duduk di tempat tidur, kakinya menekuk dan dipeluk. Ia menatap ke luar jendela, menghindari tatapan Pablo, menunggu keputusan.

Pablo berjalan ke minibar, menuangkan segelas air dingin, lalu berbalik.

"Aku akui, Nyonya Reyes, ini adalah kegagalan dari konsekuensi yang sangat mahal. Persentase yang kau sebutkan ternyata menjadi kenyataan."

Suara Laura bergetar. "Kau... kau ingin aku menyingkirkannya? Aku tahu kontraknya jelas. Kita bisa kembali ke Madrid dan tapi aku tetap akan mempertahankannya."

Pablo membanting gelas di meja samping, membuat Laura terlonjak. Ia menatap Laura tajam, namun tanpa amarah, melainkan intensitas yang menguasai.

"Jangan berani-berani kau menyelesaikan kalimat itu, Laura. Itu bukan solusi yang kuinginkan. Itu adalah solusi orang lain."

Ia berjalan mendekat, duduk di tepi kasur di hadapan Laura.

"Dengarkan aku baik-baik. Selama empat bulan, aku menganggapmu sebagai masalah yang harus kukendalikan untuk menjaga stabilitas perusahaan Diego. Aku takut pada konsekuensi politik dan sosial jika kau hamil. Aku takut pada hal-hal yang tidak kuketahui."

Laura menahan air mata.

"Termasuk takut pada 'darah kotor' yang kukatakan semalam."

Pablo menghela napas panjang. Ia meraih tangan Laura dan menggenggamnya kuat-kuat.

"Itu adalah omong kosong yang kuucapkan saat panik. Aku malu mengatakannya. Tapi itu bukan yang kurasakan. Aku tidak tahu mengapa aku menginginkanmu setiap malam, Laura. Aku tidak mengerti logika di baliknya. Tapi aku tidak akan lari dari konsekuensinya."

Ia mengangkat tangan Laura ke bibirnya, mengecup punggung tangannya dengan mata tertutup sejenak.

"Lima minggu. Anak ini adalah hasil dari keinginan yang selalu kuambil, dan aku akan bertanggung jawab penuh. Dia tak bersalah."

Pablo menatap lurus ke mata Laura, nada suaranya berubah menjadi pengakuan yang jujur.

"Kau takut anakmu akan ditolak, Laura? Tidak akan. Dia keturunan Reyes, dan dia anakku. Aku tidak akan meninggalkan apa pun yang menjadi milikku. Pernikahan ini bukan lagi sandiwara yang kita jalankan untuk Diego. Kau istriku, dan sekarang, kita adalah sebuah keluarga."

Air mata Laura akhirnya jatuh. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Pablo, memeluk pria itu erat-erat

"Terima kasih, Pablo."

"Sekarang, berhentilah menangis, dan kau akan menjadi ibu dari anakku. Ini adalah berita yang jauh lebih baik daripada yang diminta Diego. Sekarang, ayo kita makan siang. Aku perlu mencari tahu makanan Italia apa yang baik untuk ibu hamil. Ini adalah proyek baru kita."

Di sebuah restoran kecil nan elegan, tak jauh dari hotel, suasana makan siang terasa jauh lebih tenang, diwarnai rasa lega yang menggantung. Pelayan menyajikan hidangan untuk Laura: Tortellini in Brodo, yaitu pasta kecil berisi daging yang disajikan dalam kuah kaldu hangat dan bening. Hidangan berkuah itu tampak lezat dan cocok untuk meredakan rasa mualnya.

Laura menatap kaldu menunya, lalu mengangkat pandangannya ke Pablo.

"Jadi, semalam itu siapa?" tanya Laura, memegang sendoknya. "Kenapa kalian membahas Mallorca?"

Pablo menyesap air mineralnya. Ekspresinya menjadi kaku, kembali ke mode pria yang membangun benteng emosional.

"Dia adalah Sabrine. Mantan kekasihku dua tahun yang lalu," jawab Pablo datar. "Waktu itu, beberapa jam setelah ibumu meninggal dan kau memintaku ke suite-mu. Dia mengirim pesan dan mencoba menghubungiku beberapa kali. Tapi aku tak membalasnya."

Laura sedikit terkejut dengan kejujuran Pablo, dan juga dengan timelinenya.

"Kenapa? Bukankah waktu itu kita..." Laura menghentikan kalimatnya, merujuk pada malam-malam awal di mana mereka pertama kali terikat secara fisik.

"Dia mengkhianatiku," potong Pablo. "Dia menikah dengan pria lain yang jauh lebih kaya di Rotterdam. Seorang asset manager yang setingkat di atasku."

Pablo mengangkat bahu, seolah itu adalah fakta bisnis yang sederhana. "Aku tidak membalasnya karena aku tidak berhubungan dengan orang yang memiliki loyalitas yang cacat yang disebabkan oleh uang."

"Oya soal anak, Aku... kenapa aku ingin mempertahankannya, Pablo, seandainya kau tetap tidak menginginkan anak ini. Meskipun kita harus bercerai. Ucapanku tadi soal kembali ke Madrid untuk me-review kontrak kita."

"Aku akan membesarkannya sendiri jika hal itu terjadi. Hidupku sudah banyak kesalahan, aku tak akan mengulangi kesalahan yang sama meski aku harus kehilangan semua kenyamanan darimu."

Pablo meletakkan garpunya di piring, bunyi dentingnya lembut.

Ia meraih tangan Laura yang tergeletak di meja dan menggenggamnya. Kali ini, sentuhannya tidak lagi bersifat meyakinkan.

"Laura, tatap aku. Aku tahu kau serius. Dan aku mendengar setiap kata tentang ketakutanmu akan penolakan," Suaranya kini benar-benar lepas dari kekakuan yang selama ini menjadi tamengnya.

"Dan kau harus tahu satu hal: Aku tidak akan pernah menolakmu. Tidak akan pernah."

"Kau melihat kesalahan pada dirimu di masa lalu, tetapi yang kulihat saat ini adalah seorang wanita yang, ketika dihadapkan pada ketidakpastian terbesar, memilih komitmen dan tanggung jawab. Kau memilih untuk mempertahankan anak ini, bahkan jika harus mengorbankan keamanan yang baru saja kau dapatkan dariku."

"Kamu begitu kuat, Laura. Dan itu adalah alasan mengapa aku tahu bahwa anak ini... akan dibesarkan dengan baik."

"Tidak akan ada perceraian. Kau adalah istriku. Anak ini, seperti yang kukatakan, aku akan melindungi kalian."

"Terima kasih, Pablo. Julia benar, kamu pria yang baik dan bertanggung jawab."

.

.

Pulang ke hotel dan berenang di kolam renang hotel, keduanya menikmati musim panas dengan hati yang hangat. Minuman dingin dan snack baru saja tersaji di meja.

"Kapan akan kau kabarkan pada Diego, soal ini?." Tanya Laura menyesap mocktail non-alkohol.

Pablo mengambil satu potong stroberi dari piring snack di depannya. Ia menoleh ke arah Laura, wajahnya santai di bawah sinar matahari Roma, jauh dari ketegangan di rumah sakit.

"Nanti, saat kita tiba di Madrid," Pablo menyesap minumannya.

"Tidak melalui telepon? Bukankah itu akan memperlambat beritanya?"

Pablo tersenyum tipis, "Aku akan memberikan kejutan dan ini adalah kejutan yang harus disampaikan secara langsung."

Ia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Laura yang bebas.

"Biarkan dia berpikir bahwa dia mengirimi kita 'hadiah' agar dia senang, tentu saja."

1
VIC
wah ada lagi laura & pablo
VIC
wah iya ada ilustrasi visualnya... good job👋
Park Nana
bagus laura, tapi harusnya arah mukanya kalau itu mantan si pablo 😌
Vanilla Ice Creamm
Hai semua... bantu klik icon jempolnya ya kalau kalian suka,
terima masih sudah hadir sebagai silent readers 😍🙏
VIC: selalu jempol buatmu 👋
total 2 replies
Vanilla Ice Creamm
Hai semua... aku up setiap hari ya, minta tolong klik Like dan ulasannya ya... boleh banget lho kritik, saran dan komentarnya, agar author makin semangat menulisnya.
Vanilla Ice Creamm
Hai semua... minta dukunganan like & koment utk saran ya readers.
dan... akhirnya /hr 5 bab selama 4 hari done!
Yolanda
langsung baca
Park Nana
suka sama karakter cewe2 rebel ini....
Park Nana
dari judulnya, ibarat makanan itu.. "menggugah selera" lebih ke kategori romance yg dikemas dg cerita yang ada tujuannya, bkn soal hubungan fisik semata.
dari karakter Laura, Laura ini blak-blakan dan grusa grusu ya... cocok sm karakter Pablo yg disiplin spy lbh terarah.
Vanilla Ice Creamm: hai terima kasih sdh mampir
total 1 replies
Bengkoang Studio
Anjay, dah pada mateng usianya 😌
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025
salfok Julia uda hamil gede disini 🤗
Vanilla Ice Creamm: eh iya dong, di GN kan ada perjanjian sm diego utk hamil.. sdikit mengambil rulenya Christiano Ronaldo & Georgina Rodriguez
total 1 replies
Enjel
Selamat atas karya pertama author kesayanganku yang pindah kemari.. jangan ragu utk baca karya kak vanilla
Vanilla Ice Creamm: terima kasih ud mampir ya, kak
total 1 replies
Enjel
wah laura... laura... emang perlu banget sih ya laki-laki itu diminta ketegasannya dari awal... jgn ksh kendor💪
VIC
penasaran deh
VIC
good job, mi vida
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!