Tunangannya mengkhianatinya. Bukannya meratapinya, Dheandita atau yang kerap dipanggil Dhea memutuskan untuk membalas rasa sakit hatinya tersebut dengan menjadi ibu dari wanita yang telah merebut sang tunangan.
"Aku akan menggoda ayahmu dan menjadi ibu tiri mu. Lihat saja apa yang aku lakukan nanti padamu, Virya," ucap Dhea
Drake Adiwitama pria matang nan rupawan adalah ayah dari Virya. Dan Dhea akan membuat Drake menjadi suaminya.
Bagaimana cara Dhea menggoda sang pria matang. Akankah Drake tergoda dengan gadis muda yang usianya jauh dibawahnya itu?
Lalu, bagaimana tanggapan Virya dan Jayan melihat kedekatan Dhea dan Drake?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggoda 29
Ceklek
"Hai Om, selamat pagi. Kucel amat mukanya."
Dhea melangkah masuk ke ruangan Drake setelah mengetuk pintu dan disuruh masuk tentunya. Meski kadang dia ingin langsung masuk begitu saja, tapi Dhea merasa bahwa sopan santun harus tetap di jaga.
"Kamu to, Dhea. Ada apa pagi-pagi sudah kemari, hmmm?" Drake bersikap dengan sangat tenang. Dia bahkan mengusir ingatannya kemarin tentang bagaimana mereka berada di posisi yang dekat dan hasratnya ingin mencium gadis itu.
Drake tidak menyangka bahwa Dhea akan datang pagi ini. Dan wajah gadis itu terllihat biasa saja, padahal belum lama bertemu dengan calon mertua yang tidak jadi. Drake pikir Dhea akan tenggelam dalam pemikirannya karena kembali teringat tentang dirinya yang gagal menikah.
"Aku bawa sarapan buat Om. Om belum sarapan kan?" ucap Dhea sambil mengeluarkan kotak makanan dari goodie bag yang dia bawa.
"Mau kopi?" tanya Drake. Dia tidak menolak dan langsung beranjak dari kursinya menghampiri Dhea.
"Nggak Om, aku bawa jus kok. Buat Om juga nih. Lagian kali-kali lah nggak minum yang pahit. Hidup kita udah sering banget banyak yang pahit, jadi sesekali kita butuh yang manis juga. Bener nggak, Om," balas Dhea sambil mengedipkan sebelah matanya.
Dulu awal-awal Drake akan biasa saja setiap Dhea melakukan itu. Tapi akhir-akhir ini, dadanya selalu berdegup kencang jika gadis itu melakukannya.
Kedipan mata tersebut membuat dirinya merasa terpancing untuk mendekat dan menyentuh wajah Dhea.
Haaah
Drake menghela nafasnya panjang.
"Kenapa Om, kek nya berat banget yang lagi dipikirin. Apa ini soal persiapan pernikahan Virya? Apa Om mau aku bantu?"
Eh?
Mata Drake langsung mengarah kepada Dhea setelah gadis itu bicara demikian. Bagaimana bisa Dhea menawarkan bantuan kepada pernikahan mantan tunangan dan wanita lain? Sungguh Drake bingung dengan gadis itu.
"Jangan bercanda, jangan aneh-aneh. Aku nggak mungkin membuatmu semakin terluka oleh Virya dan Jayan?" ucap Drake. Dia mulai menyendok makanan yang disiapkan oleh Dhea dan memasukkannya ke dalam mulut.
"Apa wajahku kelihatan lagi bercanda, Om? Terus, apa menurut Om saat ini aku terluka?"
Drake membulatkan matanya saat wajah Dhea berada tepat di depannya. Hampir saja dia tersedak atas ulah Dhea.
Gluk!
Drake mengambil gelas yang berisi air putih dan menenggaknya, menghilangkan rasa yang tidak nyaman yang ada di pada tenggorokannya.
"Dhea haaah. Kenapa kamu selalu melakukan gerakan yang nggak terduga sih. Geser wajahmu itu, Dhea."
"Nggak mau tuh," balas Dhea. Satu sudut bibirnya terangkat melihat mata Drake yang sebisa mungkin memandang ke arah lain.
"Om, apa wajah ku beneran nggak enak di pandang? Kok Om nggak mau lihat sih,"ucapnya lagi. Entahlah, Dhea benar-benar senang menggoda pria itu sekarang. Melihat wajah Drake yang sedikit menghindar membuat Dhea ingin menguji sebanyak apa pria itu mengabaikannya.
"Dhea, kamu tahu kan kalau aku pria yang normal?" ujar Drake. Akhirnya Drake menatap wajah Dhea. Mata mereka kini saling bertemu.
"He hem, jelas aku tahu kalau Om itu normal. Kalau nggak normal, telinga Om nggak bakalan merah kayak gini kan pas aku ngedeketin wajah aku,"sahut Dhea.
Dhea mengusap telinga Drake, membuat seluruh bulu kuduk pria dewasa itu merinding.
Drake memejamkan matanya, mencoba menahan gejolak yang muncul dalam dirinya.
Sentuhan tangan dari Dhea yang begitu lembut itu sungguh membuat dirinya kebakaran. Dia berusaha menahannya dengan sekuat hati. Namun nafas Dhea yang mengenai lehernya membuat Drake tak lagi bisa menahannya.
Hembusan nafas yang hangat, aroma parfum yang menguar, membuat Drake semakin kesulitan mengendalikan dirinya.
Sreet
"Dhe, kamu beneran buat aku kehilangan akal. Dari tadi aku udah nahan lho, tapi kamu mancing terus. Apa kamu nggak takut kalau aku kelepasan?"ucap Drake. Ia mendorong lembut tubuh Dhea hingga gadis tubuh gadis itu bersandar pada sofa. Tatapan mata Draka berubah. Ada kabut gairah di sana.
"Nggak, aku nggak takut sama Om. Karena aku bisa ngerasain kalau Om bukan lah pria jahat. Aku yakin Om nggak pernah sedeket ini sama cewek selama ini, dan aku jadi pengen lihat gimana Om Drake yang kelepasan itu,"sahut Dhea. Tangannya mengusap lembut wajah Drake. Dari wajah, tangannya terus turun ke bawah hingga menyentuh dada bidang milik Drake.
Gluph!
Drake kesulitan menelan saliva nya sendiri. Kini dirinya tak lagi bisa menahan. Dan entah sejak kapan Drake mendekatkan wajahnya pada Dhea. Sekarang jarak wajah mereka sangat dekat sampai-sampai bisa saling merasakan hembusan nafas masing-masing.
"Jangan nyesel Dhea. Setelah ini, jangan lari, karena aku nggak akan ngelepasiin kamu. Dan aku nggak akan bisa berhenti."
Cup
Hmmp
Mata Dhea terpejam, bibir Drake yang hanya tertinggal beberapa inci itu akhirnya mendarat sempurna pada bibirnya. Bukan sekedar kecupan namun sebuah ciuman yang dalam.
Drake menggigit bibir Dhea dengan perlahan sehingga mulut Dhea pun terbuka. Drake mulai memasukkan lidahnya, menjelajahi seluruh rongga mulut milik Dhea.
Drake mengangkat tubuh Dhea, yang semula ada di bawah kungkungannya kini menjadi berada di atas pangkuannya. Ia meletakkan kedua tangan Dhea di bahunya.
Ciuman yang begitu intens dan dalam, bahkan ruangan ber-AC itu terasa begitu panas sekarang.
Tak hanya berhenti pada ciuman, Drake menyesap leher Dhea. Sebuah lenguhan meluncur dari bibir gadis itu, membuat hasrat pria yang sudah sekian lama tidak mendapat sentuhan dari wanita itu semakin naik.
"Ughhhhh, Om," desis Dhea. Bibir basah Drake yang menempel pada leher dan tulang selangkanya membuat tubuhnya serasa panas.
"Aku sudah bilang kan, jangan nyesel. Dan jangan minta aku buat berhenti. Aku adalah orang yang akan menyelesaikan sesuatu yang sudah aku mulai,"ucap Drake. Dia melihat ke atas, dimana wajah Dhea berada.
Greeb
Drake memeluk Dhea, membenamkan kepalanya di dada gadis itu.
"Aku nggak nyesel kok Om, dan aku juga nggak akan lari dari Om," balas Dhea. Dia mengusap lembut kepala Drake.
Apa yang dikatakan Dhea itu bukanlah kebohongan. Dia tidak akan pernah menyesal ataupun lari. Dhea tidak pernah pergi dari apa yang telah dia mulai.
"Kenapa? Kenapa kamu nggak lari hmm?" Drake mengurai pelukannya. Dia menatap wajah gadis yang masih duduk di pangkuannya itu.
"Sekarang aku masih nggak tahu apa yang aku rasain ke, Om. Tapi yang jelas, saat kita jauh kemarin itu, aku ngerasa nggak tenang. Dan aku, aku ingin lebih mengenal Om dengan dekat. Apa yang aku lakukan sekarang, apa yang aku rasakan sekarang, bukan lagi untuk membalas rasa sakit ku kepada Virya dan Jayan. Aku, aku mungkin menyukai Om dengan sungguh-sungguh."
Degh!
TBC
Harusnya kamu malu lho Vir, ternyata selama ini kamu tinggal sama Drake yang bukan siapa2 kamu.
Makanya gak usah sombong gitu
untk jayan bingunglan kamu berharap tidak keluar dari rumah itu,,
dan sekarang kamu harus tau jika virya bukan anak kandung drake