Valda yang saat itu masih SD, jatuh cinta kepada teman dari perumahan seberang yang bernama Dera. Valda, dibantu teman-temannya, menyatakan perasaan kepada Dera di depan rumah Dera. Pernyataan cinta Valda ditolak mentah-mentah, hubungan antara mereka berdua pun menjadi renggang dan canggung. Kisah pun berlanjut, mengantarkan pada episode lain hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achmad Aditya Avery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konser Pertama
Suatu hari, ini kedua kali Amda mengusulkan untuk memberi nama. Setelah memberi nama untuk Mana Otak Genk, sekarang dia berniat memberikan nama pada band-nya. Kami mencari sekuat tenaga, sebuah nama yang pas. Bahkan mencari ke kamus-kamus bahasa Inggris.
Erdy dalam hal ini menjadi sangat aktif, setiap nama-nama keren dia sumbangkan. Salah satu contohnya Chicken to the Top dengan filosofi anak ayam yang mencoba menggapai puncak. Namun, setelah beberapa minggu kemudian, akhirnya Amda dan Erdy sepakat memberi nama band kami AVEOBA.
Tidak terasa ujian kenaikan kelas akan dimulai. Suatu hari Osa mengundang AVEOBA untuk tampil di acara perpisahan asrama setelah pembagian rapor nanti. Tentu saja dengan senang hati personel AVEOBA menerima tawaran itu, apalagi bagiku ini pengalaman pertama tampil di sebuah acara sebagai sebuah band, bahkan menjadi seorang vokalis.
Sebuah posisi yang sangat memberi pengaruh pada suatu band. Orang mungkin akan sering melihat vokalisnya. Jika vokalisnya jelek, kemungkinan personel lain juga akan dilihat sebelah mata oleh penonton, apalagi ini penampilan pertama kami. Sebisa mungkin harus memberikan penampilan terbaik.
Ujian kenaikan kelas selesai. Kami segera berlatih dan terus-menerus berlatih. Kami mulai mengatur jadwal yaitu latihan seminggu sekali. Kami harus menentukan lagu untuk pertunjukan pertama AVEOBA. Diputuskanlah untuk menyanyikan lagu The Changcuters yang berjudul Racun Dunia.
Entahlah, aku berpikir ini aneh, karena lagu untuk acara perpisahan setidaknya bertemakan tentang persahabatan. Aku coba untuk tidak peduli tentang hal itu. Kami berlatih dan berlatih. Kami juga menemukan lagu baru untuk dinyanyikan saat latihan di antaranya Kotak yang berjudul Masih Cinta serta The Changcuters yang berjudul Main Serong.
Rencananya kami ingin membawakan lagu Main Serong saat acara perpisahan asrama nanti bersama dengan lagu Racun Dunia. Kami berusaha sekeras mungkin berlatih menyanyikan kedua lagu itu.
Pembagian rapor tiba, sebagian besar murid telah menantikan acara istimewa ini. Pertanyaan mengenai nilai, peringkat, serta jurusan apa yang diambil nanti menjadi sebuah gosip yang menarik untuk dibahas.
Saat itu, hari Sabtu, Bu Zeni membuat pin bertuliskan nama masing-masing murid, lalu membagikannya ke seluruh murid X.3 sebagai tanda perpisahan karena tugasnya sebagai wali kelas X.3 sudah selesai. Hari itu benar-benar mengharukan, padahal masih kelas 1 SMA tapi seakan-akan sudah lulus SMA.
Acara selanjutnya adalah pembagian rapor. Beberapa murid ada yang berteriak dengan girang karena masuk jurusan IPA. Aku tidak begitu suka dengan perbedaan ini, padahal sama saja jurusan itu, yang berbeda hanya dari pelajarannya saja.
Amda, Helmi, Agit, Aba, Izal mereka semua masuk IPA. Sementara Erdy, aku, Aga, Ana masuk IPS. Jujur, bersyukur masuk IPS karena memang dari awal aku sedikit muak dengan pelajaran seperti fisika, biologi, kimia, dan lagi matematika yang rumornya lebih sulit dibanding IPS. Namun, tidak sudi rasanya jika IPS itu dianggap mudah apalagi buangan.
Banyak yang bilang IPA bisa masuk ke IPS dengan mudah, sedangkan IPS sulit untuk ke IPA bahkan hampir tidak mungkin. Banyak juga yang berpikir, jika masuk IPA, masa depan akan lebih terjamin karena banyak jurusan kuliah mau menerima orang-orang IPA dibandingkan IPS. Ada juga yang berpikir, IPA itu berisikan orang-orang yang pintar, orang-orang yang memiliki masa depan cerah dengan tingkat pengetahuan lebih banyak. Pola pikir macam apa itu?
Pembagian rapor yang melelahkan itu akhirnya selesai juga. Pikiranku kali ini, fokus pada pertunjukan pertama band AVEOBA di perpisahan asrama. Tinggal seminggu lagi, acara itu akan berlangsung.
Tidak terasa, padahal rasanya baru kemarin bergabung dalam band ini, tapi ternyata sudah cukup lama. Sekitar sembilan bulan yang lalu. Kami berlatih lebih keras dan fokus dari biasanya. Namun karena faktor waktu dan biaya, kami hanya berlatih dua kali dalam seminggu.
Lagu yang kami fokuskan yaitu Racun Dunia, Main Serong, serta Kotak yang berjudul Masih Cinta. Namun, kami lebih banyak memantapkan Racun Dunia, karena lagu inilah yang akhirnya menjadikan AVEOBA memiliki aliran musiknya.
Tanpa terasa acara perpisahan asrama tiba. Kami diundang tepatnya pada malam hari karena acaranya sangat lama. AVEOBA baru akan tampil sekitar jam 11 malam nanti. Kami sudah berada di sini sejak sebelum Magrib.
Kami berunding, tentang lagu yang akan dibawakan nanti. Amda ingin menampilkan dua lagu, yaitu Racun Dunia dengan Masih Cinta atau Racun Dunia dengan Main Serong. Akhirnya Amda memutuskan untuk memilih pilihan kedua. Sebenarnya aku sudah hafal liriknya tapi entah kenapa tidak terlalu yakin akan membawakan lagu tersebut dalam acara ini.
Serangkaian acara terlewati, kami mulai mengantuk. Mencoba untuk santai sebisa mungkin. Terutama aku yang sering lupa dengan lirik lagu. Aku terus mendengarkan lagu Racun Dunia sampai hafal ketukan-ketukan dengan teramat detail karena ini lagu pertama yang akan dinyanyikan, harus benar-benar maksimal.
Akhirnya giliran kami tampil. Nama AVEOBA terdengar sangat indah dan megah saat disebutkan oleh pembawa acara. Seakan-akan ini sebuah konser besar yang memukau. Aku mulai dengan sapaan yang penuh semangat dan sedikit grogi.
“Selamat malam semuanya. Kami dari AVEOBA akan membawakan sebuah lagu dari The Changcuters yang berjudul Racun Dunia. Masih semangat semuanya?”
Penonton menjawab dengan antusias, “Masih!”
Mereka amat bersemangat. Ini awal yang bagus. Aku melihat ke belakang, Amda sedang sibuk mengatur efek gitarnya. Celaka, apa salam pembukanya terlalu cepat?
Aku mencoba tenang dan mengalihkan pandangan kepada gitar serta efek yang sedang diatur oleh Amda. Lama sekali, dalam hati aku merasa gelisah. Tahu begini, salam pembukaannya mungkin nanti saja setelah semuanya siap.
Lima menit kemudian, semuanya siap, wajah Amda sepertinya sedang tidak enak. Mungkin beberapa masalah teknis tadi membuatnya sedikit kesal. Aku menarik napas dan kembali menyapa penonton. “Oke semuanya! The Changcuters dengan Racun Dunia!”
Aku menyanyi dengan lancar. Sesampainya di pertengahan lagu, nada gitar dan drum seperti kurang pas. Aku mencoba untuk menutupinya dan tidak peduli tentang itu. Kata ‘racun’ yang diulang-ulang saat itu hingga lima belas kali mulai menyatukan nada drum dan gitar kembali.
Aku mulai berteriak di tiga kata ‘racun’ yang terakhir dan kami mulai masuk bagian akhir dari lagu ini. Entakan drum terakhir selesai dilakukan oleh Osa. Aku menghirup napas panjang dan berteriak, “Terima kasih semuanya!” lalu pergi turun dari panggung.
Setelah kami selesai bernyanyi, band lain datang termasuk Uky, yang begitu populer saat itu. Kami menikmati lagu mereka sambil makan malam gratis. Kata Osa, kita bisa menyanyikan lagu lagi setelah ini. Amda tidak setuju, alasannya karena efek gitar kurang bagus sehingga membuatnya bad mood.
Kami menunggu acara selesai, setelah kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing. Aku benar-benar lega saat itu. Beban yang membuat gelisah setiap malam berakhir sudah. Sesampainya di rumah, aku langsung merebahkan tubuh di tempat tidur, saking lelahnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...