Mikayla Zaneta bertemu lagi dengan Nicholas Jayandru, mantan pacarnya waktu SMA yang sudah menenggut kehormatannya.
Tapi laki laki itu sudah bertunangan, dan sebentar lagi akan menikah
Mikayla membencinya. Semudah itu Nicholas mendapatkan pasangan, sedangkan Mikayla sudah insecure. Ngga mungkin ada laki laki yang mau menerimanya yang sudah tidak virgin lagi.
Semoga suka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Laki laki prospek yang lain part 2
"Kalian hanya berempat?"
Mikayla tersenyum.
"Iya."
Ketika Ringgo pamit akan pulang, Mikayla mengantarnya sampai keluar kamar adiknya.
"Papa kamu lagi kerja? Saya belum pernah ketemu," tanya Ringgo lagi.
"Papa saya sudah meninggal," jawab Mikayla apa adanya.
"Ooh... Maaf." Wajah Ringgo menunjukkkan penyesalan.
Mikayla tersenyum lagi.
"Santai saja."
"Sejak kapan? Boleh dijawab boleh engga, kok."
Mikayla tersenyum lagi.
"Sejak aku lulus kuliah."
"Oooh....."
Hening.
"Pasti berat, ya?" ucap Ringgo dengan tatapan setengah menerawang. Ditinggal pencari nafkah d iusia semuda ini dan pasti langsung mengambil peran sebagai tulang punggung keluarga
"Biasa aja. Aku juga udah dapat kerja, jadi ngga ada yang berubah dalam kehidupan kami."
Padahal bohong banget. Begitu papanya meninggal, kehidupan mereka langsung jumpalitan seratus delapan puluh derajat.
Tapi Mika ngga mungkin mengatakan yang sebenarnya pada orang yang baru dia kenal.
Sedangkan pada Alea, Nala dan Rumi saja yang sudah empat tahun dia kena saja, Mika ngga pernah menceritakan kehidupan pribadinya.
Ringgo terus menatap wajah Mikayla. Seolah tanpa beban.
"Adik adik kamu sudah kuliah?"
"Sekarang Samira kuliah di kedinasan. Kalo Okta mau ikut utbk bulan depan."
"Selesai kuliah langsung kerja, dong. Hebat."
"Aturannya memang gitu. Kalo dilanggar harus bayar denda," canda Mikayla dengan senyum terulas di bibirnya.
Ringgo tertawa pelan
"Ooh.... Otak pintar memang keturunan, ya," puji Ringgo tulus dan kagum setelah tawanya reda.
"Masih banyak yang lebih pintar," senyum Mikayla santai, seolah pujian itu tak membuatnya terbang ke langit ke tujuh.
Pintar kalo ngga hoki percuma juga. Banyak juga yang lebih pintar dari adiknya tapi belum dikasih rejeki lolos sekolah dinas.
Mungkin rejeki anak yatim, batin Mikayla tersenyum.
Tapi jauh berbeda dengan nasibnya saat ini. Kerjaan selalu oke, tapi malah di pindah ke perusahaan yang bosnya menyebalkan.
Lhooo, malah nyerempet ke hal yang lain, batin Mikayla meralat.
Selalu saja wajah menyebalkan Nicho terbayang di pelupuk matanya.
Ingat Mika, laki laki itu mau menikah!
Ringgo masih tersenyum menatap wajah tenang Mikayla.
"Saya salut ada kakak seperti kamu, yang sangat sayang dengan adik adik dan mamanya."
Mika hanya tersenyum saja.
"Kalo gaji di perusahaan kamu masih kurang, tawaran saya masih berlaku. Saya pulang dulu, ya," senyum Rimggo penuh makna, kemudian berbalik pergi meninggalkan Mikayla yang masih tertegun mendengar ucapannya
Beberapa langkah kemudian laki laki itu berbalik.
"Aku serius dengan tawaranku, Mika." Senyum Ringgo sangat lebar sebelum berjalan lagi menjauh.
Beneran serius? Mikayla masih menatap punggung laki laki itu sampai lenyap dari pandangannya.
Tanpa keduanya tau, Nicholas mendengar dengan jelas kalimat kalimat terakhir yang diucapkan Ringgo.
"Enak aja mau sabotase pegawai orang lain," dengus Nicholas pelan dengan hati dongkol.
Tapi.dia tetap meneruskan niat dan langkahnya untuk menjenguk Okta.
*
*
*
"Bang Nicho," seruan riang Okta mengejutkan Mikayla yang sedang membelakangi pintu kamar rawat inap adiknya.
Setelah Ringgo pulang, agaknya tadi Mikayla kurang rapat menutup pintunya hingga dia tidak mendengar ada orang yang melebarkan pintu itu
"Halo jagoan," sapa Nicholas dengan senyum lebarnya yang dibalas cengengesan Okta.
"Tante," sapa Nicholas sambil menyalim tangan mama Mikayla yang tersenyum lembut padanya.
Samira tersenyum walau jelas di wajahnya tergambar kebingungan
Pilih siapa ini? Bang Nicho atau bang Ringgo?
"Halo calon asn?"
Samira tertawa garing, tapi sepertinya Nicholas tampak ngga terlalu memperhatikan.
Mikayla sekarang menatapnya tanpa ekspresi.
Beda sekali saat bersama Ringgo?
Masa cepat banget sukanya, decihnya dalam hati. Ngga terima.
"Kamu mau kuliah apa nanti, Okta?" tanya Nicholas untuk mengalihkan perasaan galaunya.
"Aku masih bingung, bang. Maunya tetap balapan. Tapi yang ada sirkuitnya, bukan yang di jalanan," kekeh Okta tapi hanya sebentar, karena setelahnya dia meringis. Samira memukul lagi kakinya yang bermasalah.
"Sakit tau. Gimana aku bisa sembuh kalo disiksa terus," sungutnya sambil mengelus kakinya yang terada nyeri.
Nicholas dan mama Mika-Astari tertawa berderai.
Nicholas melirik Mika yang terlihat tersenyum agak lebar.
"Kamu serius mau jadi pembalap?"
"Becanda, bang. Aku hanya masih bingung mau kuliah apa. Otakku ini pas pasan buat belajar," aku Okta jujur.
"Alasan, bang. Dia tuh memang males banget pegang buku. Baru belajar ngga sampai lima menit, udah tidur," lapor Samira kesal.
Tawa Nicholas makin berderai, Okta yang sedang dikata kata-i Kakaknya Samira juga sama berderai tawanya dengan Nicholas
Laki laki itu melirik lagi ke arah Mikayla karena mendengar suara tawa gadis itu.
Hati Nicholas anehnya merasa damai mendengarnya.
Delapan tahun ngga pernah bertemu, setelah bertemu mereka tidak pernah berada dalam suasana menyenangkan. Selalunya bertengkar. Terutama dia, yang selalu memancing kemarahan Mika.
Salahnya juga bingung berkomunikasi dengan Mika.
Sekarang sudah jelas Ringgo menyukai Mika.
Dia juga akan menikahi perempuan lain demi memperluas bisnis keluarga.
Mereka benar benar akan menjadi orang lain.
Kadang Nicho masih menyesali, kenapa Mika ngga langsung hamil aja saat itu.
*
*
*
"Pantas saja kamu rajin jenguk papi di rumah sakit," decak maminya-Nastiti saat melihat kedatangan putranya-Nicholas.
"Memang harus rajin, dong, mam," kilah Nicholas santai.
Setelah pergi dari ruang rawat inap Mikayla, Nicholas mengarahkan kakinya ke tujuan utama. Ruangan papinya.
"Mami tau kamu dari mana," tuduh Nastiti-mami Nicholas tajam. Dia sudah mendapatkan laporan dari pengawalnya yang dimintainya mengawasi putra semata wayangnya.
Nicholas menghentikan langkahnya. Mereka sekarang berada di luar ruangan papinya
"Mami memata mata-i Nicho?"
"Ya. Dan mami kaget melihatmu masih perhatian dengan dia."
Nicholas terdiam.
"Kamu yang dia putuskan, mami ingatkan kalo kamu sudah lupa. Jangan memalukan diri kamu sendiri dengan mengejar perempuan yang sudah membuang kamu!"
Nicholas menghembuskan nafas panjang.
"Apa yang mami katakan di pantri? Mami mengancam Mika?".Nicholas mengalihkan topik. Be gonya lagi dia belum sempat melihat rekaman cctv itu.
Maminya mendelikkan matanya.
"Masih saja membelanya," ejek maminya dengam wajah kesal, tapi dalam hati lega karena Nicho tidak mendengar ucapannya waktu itu.
"Mami heran dengan kamu. Harusnya kamu segera memecatnya, bukan malah membiarkan dia semakin dekat dengan kamu," lanjutnya lagi.
"Mika bekerja, mam. Tidak ada motif lain."
"Kamu aja yang ngga tau niat terselubungnya. Mami capek ngomong sama kamu." Wanita paruh baya itu memutar bola matanya kesal. Dia berlalu ke dalam kamar suaminya.
Kenapa mami sangat membenci Mika?
Hanya karena dia diputuskan?
Nicholas menghembuskan nafas kasar sebelum memasuki ruangan papinya.
Hidup lagi capeknya di buat tertekan ama Mantan dan Mama Mantan
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
Mika klu punya saudara kelakuan'nya begitu mending end aja
Menyala lah Oma suci
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
semoga aja bener si nyonya adalah anak yatim piatu yg kere ,yg ga punya keluarga, karna kebaikan Oma suci dan suami, jadi si nyonya di pungut jadi menantu
kepo abis, di tambah lagi ngegibahin bos Nicko lancar banget, ga ada jaim jaimnya.😂😂😂
Untuk Mika sama siapa saja oke asal dia dan keluarganya bahagia.