NovelToon NovelToon
Cermin Yang Retak

Cermin Yang Retak

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Hamil di luar nikah / Persahabatan / Romansa / Menyembunyikan Identitas / Trauma masa lalu
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Starry Light

Cinta adalah satu kata yang tidak pernah ada dalam hidup Ruby. Hati dan kehidupannya hanya ada rasa sakit, derita, amarah, kebencian dan dendam yang membara.
Sedangkan Kevin adalah satu nama yang tidak pernah masuk dalam daftar hidupnya.

Sayangnya kehadiran Kevin yang tanpa sengaja mampu menghidupkan rasa cinta dalam hati Ruby. Sekeras apapun Ruby menolak cinta itu, tapi hatinya berkata lain yang membuatnya semakin marah.
Cinta yang seharusnya indah namun membuat hidup Ruby semakin tersiksa. Ruby merasa telah mengkhianati Ibu dan prinsipnya untuk tidak akan jatuh cinta.

Akankah Ruby mengakui dan menerima cinta itu? Atau pergi dan menghilang membawa cinta yang semakin menyiksa hidupnnya?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 25

Pukul 22.10 Ruby meninggalkan apartemen nya, dengan mengenakan celana panjang dan hoodie yang menutup kepalanya, ia berjalan kaki menuju lounge hotel yang tak jauh dari apartemennya, di temani pekatnya malam dan udara yang dingin.

Begitu memasuki lounge, alunan musik slow dan cahaya lampu yang lembut sedikit membuat mood Ruby lebih baik. Musik itu seperti pelukan hangat yang membungkus dirinya. Wanita itu langsung duduk di bar stool yang ada di depan konter.

"Berikan aku negroni," kata Ruby pada seorang bartender.

Bartender itu tersenyum dan mulai membuatkan pesanan Ruby, dengan mencampurkan Gin, Campari, Sweet Vermouht dalam mixing glass yang diisi dengan es. "Kau sendirian?" tanyanya ramah, namun Ruby hanya melirik sekilas tanpa berniat menjawabnya.

Bartender itu tidak terkejut dan terus membuat minuman dengan profesional, setelah menuangkan minuman dalam glass rocks yang berisi es batu, dan menambah kulit jeruk sebagai hiasan, ia memberikan minuman berwarna merah itu pada Ruby.

Ruby mulai menyesap minuman itu dengan tangan menyangga kepalanya, merasakan pahitnya Campari dan manisnya Sweet Vermouht. Ia tidak ingin melibatkan perasaannya dalam hubungannya bersama Kevin, namun hatinya merasa kosong dan sedih setelah Kevin benar-benar pergi dari apartemennya. Sedangkan untuk mencegah, tentu saja tidak akan ia lakukan.

Ruby tertawa sumbang, ia menertawakan dirinya sendiri sambil menatap dalam gelas minuman, yang terlihat menyegarkan dengan warna merahnya. "Apakah aku terlihat menyedihkan?" tanya Ruby pada bartender yang duduk di depannya, dengan nada sedikit getir.

Bartender itu menggeleng pelan, dengan senyum yang lembut. "Kau terlihat mengagumkan," sahutnya pelan, suasana lounge yang tenang tidak memerlukan suara keras untuk bicara.

Ruby terkekeh mendengar jawaban bartender itu, dan untuk sejenak kesedihan di matanya sedikit terangkat. "Kau sangat pandai merayu rupanya." kata Ruby, sambil mengangkat alisnya dengan skeptis. Bartender itu hanya tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya. Sementara Ruby kembali menyesap minuman nya dengan perlahan. "Aku akan memberikan tips besar padamu, karena kau sudah membuatku tertawa." Ruby menatap kosong dalam gelas yang di genggamnya itu.

"Apa begitu menyenangkan melihat kelemahan orang lain?" tanya Ruby, tanpa mengalihkan pandanganya.

Bartender itu menghela napas dalam-dalam sebelum menjawab, dengan mata menunjukkan empati. "Bukankah semua orang punya kelemahan? Setiap orang pernah berada di titik terendahnya, yang paling penting adalah jangan menyerah." kata-kata bartender itu terdengar bijak, untuk sejenak Ruby termenung, namun kemudian Ruby tersenyum sinis dan menggelengkan kepalanya.

"Kau percaya keberuntungan?" tanya Ruby sambil menatap bartender, dengan mata penasaran.

Bartender itu menggelengkan kepalanya dengan mantap. "Tidak, aku lebih percaya pada diriku sendiri dan kemampuan yang aku miliki. Aku tidak pernah menggantungkan hidupku pada sesuatu yang tak pasti, seperti keberuntungan." jawabnya, Ruby mengangguk pelan dan menyesap minumannya hingga tandas, sambil memikirkan kata-kata bartender itu.

Bartender itu mengambil ponselnya hendak mengetikkan sesuatu. "Jangan menghubungi nya," ucap Ruby menghentikan jari bartender itu. "Aku tidak akan mabuk, jadi kau tidak perlu mengatakan apapun padanya." sambung Ruby, bartender itu mengangguk

Setelah cukup lama Ruby minum dan duduk sendirian, wanita itu beranjak dan mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar minumannya. "Terimakasih," ucap bartender itu tersenyum. "Lain kali, jika kau butuh teman bicara, datanglah kesini. Namaku, Jason." Jason mempertahankan dirinya.

Ruby hanya mengangguk kemudian pergi begitu saja, ia bukan tipe orang yang suka beramah tamah dan berteman lalu menceritakan sisi lemah nya. Hanya sesekali Ruby mau berbicara dan bercerita dengan orang asing, dengan harapan tidak bertemu dengan orang itu lagi.

....

Satu tahun berlalu sejak pertengkaran Ruby dan Kevin, keduanya masih tidak bertegur sapa, meskipun setiap hari bertemu di kampus. Ruby menjalani hari-harinya seperti biasanya, sedangkan Kevin semakin kecewa karena Ruby terlihat baik-baik saja, padahal ia berharap jika Ruby akan terlebih dulu menyapa atau sekedar basa-basi, nyatanya tidak sama sekali.

Kevin rindu sikap manis dan manja Ruby saat mereka masih tinggal bersama, ia tidak suka dengan sikap Ruby yang semakin jauh dan asing. Padahal ia sangat teramat mengenal Ruby luar dalam dengan begitu baik, mengingat itu membuat Kevin semakin kesal. Kesal karena rindu, dan kesal karena selalu ingin menyapa Ruby terlebih dahulu.

"Hai," Alika tersenyum manis melihat Kevin keluar dari kelas. "Kenapa sih? Mukanya bete banget," Alika berjalan sambil merangkul lengan Kevin.

Kevin mendesah pelan. "Lagi suntuk aja," sahut Kevin, pandangannya lurus ke dapan melihat Ruby yang memang berjalan di depan mereka.

"Gimana kalau kita hang out?" usul Alika semangat, gadis itu memang selalu energik.

Kevin menggelengkan kepalanya pelan. "Sekarang aku gak bisa." Kata Kevin membuat Alika cemberut. "Gimana kalau liburan nanti, kita pergi berlibur?" sambung Kevin menyadari perubahan wajah kekasihnya.

Alika kembali tersenyum lebar. "Ide bagus, memang mau berlibur kemana?" gadis itu kembali antusias.

"Rahasia, nanti kamu juga akan tahu." Kevin mengacak-acak rambut Alika, membuat sang empunya melotot.

"Ishhh! Kebiasaan." Alika mencubit pinggang Kevin. Mereka berjalan sambil bergurau, membuat beberapa pasang mata iri melihatnya. "Kamu mau langsung ke kantor?"

"Iya, kamu gak apa-apa kan, pulang sendiri?" sebenarnya Kevin bisa saja mengantar Alika lebih dulu, tapi pria itu enggan melakukannya.

Alika tersenyum lembut sebelum menjawab. "Gak apa-apa kok, lagian aku juga mau jalan-jalan bentar sama teman-teman." kata Alika berbohong.

Kevin tersenyum lega karena Alika selalu mengerti dan tidak banyak menuntut. "Kalau gitu aku duluan, kabarin aku kalau sudah sampai rumah." ucap Kevin, Alika hanya mengangguk dan melihat tubuh Kevin mulai menjauh.

"Huhhhh." Alika membuang napas kasar, meskipun sudah bertahun-tahun pacaran dengan Kevin, tapi ia merasa jika Kevin belum benar-benar membuka hatinya.

Alika melihat Ruby duduk di taman kampus, sudah lumayan lama dirinya tidak ngobrol dan bercerita pada Ruby. Selain karena beda jurusan, perbedaan jadwal mereka juga menjadi penghalang.

Alika mengembangkan senyumnya dan menghampiri Ruby. "By," panggilnya, namun tidak ada reaksi. "By, hello." Alika menyentuh pundak Ruby, baru gadis itu menoleh kearahnya. "Hai," sapa Alika memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Ruby melepaskan earphone nya, Alika kini mengerti, kanapa Ruby tidak menjawab panggilan nya. "Hai," Ruby tersenyum tipis. "Lo belum pulang?" tanya Ruby.

Alika menggeleng dan duduk disebelahnya. "Lo sendiri kenapa belum pulang?" Alika balik bertanya. Ia tahu jika Ruby sudah tidak ada kelas lagi, karena Kevin saja sudah pergi ke kantor.

"Masih pengen disini." sahut Ruby melihat Alika seperti ingin mengatakan sesuatu. "Lo baik-baik aja kan?"

Alika menatap Ruby sekilas, lalu pandangannya lurus kedepan. "By, menurut lo, wajar gak sih kalau pacaran bertahun-tahun tapi Lo gak pernah di apa-apain." Ruby terdiam. "Maksud gue, dicium, atau ciuman gitu." jelas Alika.

Ruby masih diam, ia tentu paham dengan apa yang di maksud Alika. "Gue gak pernah pacaran," kata Ruby berbohong. Padahal ia sudah melakukan lebih dari sekedar ciuman dengan Kevin, yang tak lain pacar Alika.

Alika meringis mendengar jawaban Ruby. "Eh, gue lupa." kata Alika. Karena sepengetahuan nya, Ruby memang tidak pernah pacaran dengan siapapun. Jangankan pacaran, bahkan Ruby tidak pernah dekat dengan pria manapun.

*

*

*

*

*

TBC

1
kalea rizuky
heran ruby ne di nikahin g mau jd kek lacur aja
kalea rizuky
berasa kurang Thor cpet kasih flashback ruby dendam ke siapa al atau kevin
Starry💫: Hallo Kk, terimakasii sudah mampir🤗
Alurnya memang sedikit lambat ya, tapi nanti ada part dimana semuanya akan terbuka. Terimakasih sudah bersedia meninggalkan kritik dan saran di kolong komentar☺️ Semoga KK dan keluarga sehat selalu 😇😇😇
total 1 replies
kalea rizuky
males deh klo. teka teki bengini Thor uda sejauh ini g ada flasback ruby jg kek murahan
kalea rizuky
aduhh by kok di kasih kevin sih virgin qm
kalea rizuky
lo akan kehilangan ruby klo lo serakah kevin
kalea rizuky
flasback nya mana Thor haduh
kalea rizuky
kevin playboy akut kasian ruby
kalea rizuky
lah kevin kok gt
kalea rizuky
np hidup nya ruby kayak rumit sih
kalea rizuky
klo bagus q kasih bunga/Tongue/
kalea rizuky
.masih jd teka teki
MommyRea
cuma berani mengira ngira aja Thor... nanti nya di Ruby juga cinta sama Kevin... hanya Ruby ada dendam apa ya Thor sama Kevin ?
Starry💫: Ikuti terus kisah merekaaa😆😆😆
total 1 replies
MommyRea
hadir Thor... permintaan othor di kabulkan.😊😊
Starry💫: Terimakasih 🤗🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!