Malam itu, suasana rumah Kinan begitu mencekam. Ayah tirinya, Dody, menariknya keluar dari kamar. Kinan meronta memanggil ibunya, berharap wanita itu mau membelanya.
Namun, sang ibu hanya berdiri di sudut ruangan, menatap tanpa ekspresi, seolah tidak ada yang bisa ia lakukan.
"Ibu... tolong, Bu!" Suara Kinan serak memohon, air matanya berderai tanpa henti.
la menatap ibunya dengan tatapan penuh harap, namun ibunya tetap diam, memalingkan wajah.
"Berhenti meronta, Kinan!" bentak ayah tirinya sambil mencengkeram tangan nya lebih keras, menyeretnya keluar menuju mobil tua yang menunggu di halaman...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Selanjutnya!" suara Madam Sonia terdengar lantang, memanggil nama Kinan.
Dengan langkah berat dan hati penuh ketakutan, Kinan di paksa naik ke panggung. Lampu terang menyilaukan matanya, membuatnya nyaris tak bisa melihat wajah-wajah di seberang.
Namun, ia merasakan tatapan tajam mereka, tatapan penuh keinginan yang membuat tubuh nya semakin kaku. Madam Sonia berdiri di sampingnya, tersenyum penuh kemenangan.
"Hadirin sekalian," kata Madam Sonia dengan suara penuh percaya diri,
"inilah yang kalian tunggu. Perkenalkan namanya Kinan, gadis desa yang masih suci. Masih muda, wajah cantik alami, kulit putih bersih. Primadona kita malam ini."
Tatapan para lelaki di sana tak beranjak dari Kinan, seolah terpaku oleh kecantikannya yang polos dan ketakutan yang terpancar dari sorot matanya.
Senyuman malu-malu dan ekspresi takut Kinan justru semakin memicu ketertarikan mereka, menjadikannya semakin tak ternilai di mata mereka.
"Lelang kita buka," lanjut Madam Sonia, suaranya menggelegar di seluruh ruangan,
"mulai dari angka 100 juta."
Suasana langsung riuh, dengan suara-suara tawaran yang semakin tinggi setiap detiknya.
“Dua ratus!" seru salah satu lelaki di pojok ruangan.
"Dua ratus lima puluh!" sahut yang lain dengan semangat.
Kinan merasa tubuh nya lemas, ingin berteriak namun suaranya seolah tercekat di tenggorokan. la hanya bisa berdiri di sana, terjebak dalam sorotan dan tatapan yang menghancurkan harga dirinya.
Tiba-tiba, seorang pria di barisan depan mengangkat tangan nya. Dengan suara rendah tapi penuh otoritas, ia berkata, "Satu Milliar. Saya ingin dia menjadi istri muda saya."
Ruangan mendadak hening. Semua orang menoleh ke arahnya, terkejut oleh tawaran fantastis tersebut. Madam Sonia tersenyum lebar, matanya berkilat penuh kegembiraan, sementara Kinan hanya bisa menatap kosong ke arah pria itu, merasa dunianya hancur lebih dalam.
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Keesokan paginya, Kinan duduk di kursi belakang mobil yang di kendarai sopir, Madam Sonia duduk di sebelah Kinan. Pandangannya kosong, tangan nya bergetar halus sementara pikiran nya terperangkap dalam rasa takut dan ketidakpastian.
Sepanjang perjalanan, Madam Sonia hanya tersenyum puas, sesekali melirik Kinan dengan tatapan tajam yang tak memberi ruang bagi pembangkangan.
Mobil berhenti di depan sebuah gedung apartemen mewah.
"Kita sampai," kata Madam Sonia, membuka pintu mobil dan memberi isyarat kepada Kinan untuk ikut masuk.
Di lobi, mereka di sambut oleh petugas keamanan yang langsung mengarahkan mereka ke lift. Kinan nyaris tak bisa merasa tenang, setiap langkah menuju apartemen pria yang membelinya seolah membawa ia semakin dekat ke dalam jurang yang tak berdasar.
Begitu tiba di lantai atas, Madam Sonia mengetuk pintu apartemen dengan nomor sesuai yang di berikan oleh pemenang lelang Kinan tadi malam.
Nampak wanita paruh baya yang menyambut mereka dengan senyum tipis dan gestur tenang, mengisyaratkan agar mereka masuk.
"Silahkan masuk, nyonya. Tuan Aryo sudah memberitahu bahwa akan ada tamu yang datang siang ini."
Tatapan nya wanita itu tertuju lurus ke arah Kinan, memperhatikannya dengan senyuman manis. Namun madam Sonia menolak masuk, dia berkata masih banyak urusan.
"Kinan, mulai hari ini, kamu akan tinggal di sini sebagai milik pak Aryo. Jangan coba-coba kabur, atau aku akan menghabisi keluargamu di kampung." Kata madam Sonia dengan suara rendah, nyaris berbisik.
"Baiklah, kalau begitu aku harus pergi. Bi...tolong jaga Kinan ya!"
Kinan merasa nyalinya menguap, seolah ruangan itu menghisap udara dan membuatnya sulit bernapas. Di samping nya, Madam Sonia menepuk bahunya ringan, seolah menyuruhnya untuk patuh dan menerima nasibnya.
"Pastikan kamu menurut dan memuaskan pak Aryo" bisik Madam Sonia sebelum beranjak pergi, meninggalkan Kinan yang masih berdiri mematung di apartemen milik Aryo, yang akan menjadi majikannya sekarang.
Kinan memasuki kamar luas yang di tunjukkan oleh Mbok Sumi. Wanita paruh baya itu tersenyum ramah, dia langsung menunjukkan dan menjelaskan semua fasilitas yang ada di kamar Kinan.
"Non Kinan ini lemari baju, semua isinya adalah milik mu. Kamu bebas menggunakannya kapan saja dan semua tas, sepatu, serta perhiasan yang ada di rak lemari ini bisa kamu pakai."
Kinan yang melihat semua isi di dalam lemari itu pun melongo, karena baju-baju, tas, bahkan perhiasan yang berada di lemari itu sangat bagus.
Lalu Kinan bertanya dengan polosnya, "Mbok ini semua siapa yang nyiapin? ini buat saya mbok?"
"Iya Non, ini semua untuk non Kinan pakai. Semua ini di persiapkan oleh asisten Tuan Aryo. Tuan yang meminta untuk menyiapkan semua perlengkapan non Kinan selama tinggal di sini," ucap Mbak Sumi menjelaskan kepada Kinan.
"Non Kinan bisa beristirahat dulu. Nanti malam Tuan Aryo akan datang untuk menemuimu," kata Mbok Sumi lembut sambil menutup pintu.
la hanya mengangguk, masih mencoba mencerna semua yang di lihatnya. Ketika Mbok Sumi sudah keluar, Kinan segera mandi, membiarkan air hangat meresap di kulitnya, menghapus rasa lelah yang menumpuk.
Setelah selesai, ia merebahkan diri di kasur empuk itu, memejamkan mata dan perlahan tenggelam dalam keheningan. Tak butuh waktu lama, kantuk pun merengkuhnya, dan ia tertidur dalam mimpi yang tenang.
Hari mulai gelap saat Kinan terbangun. Perut nya terasa kosong, dan rasa lapar memaksanya untuk bangkit. Ia mengenakan salah satu gaun santai yang tersedia di dalam lemari, lalu keluar dari kamar dan menuju dapur.
Sepi, tidak ada Mbok Sumi di sana. Kinan membuka kulkas dan melihat berbagai bahan makanan tertata rapi. la berpikir untuk memasak sesuatu yang sederhana demi mengisi perutnya.
Saat sedang asyik memilih bahan, tiba-tiba Mbok Sumi datang, tersenyum ramah sambil bertanya, "Cari apa, Non?"
Kinan sedikit tersentak, tapi segera tersenyum. "Aku lapar, Mbok. Aku ingin masak sesuatu untuk makan malam."
"Oh, Non Kinan lapar? Maaf, tadi Mbok melihat Nona tidur dengan nyenyak, jadi mbok nggak berani membangunkan non Kinan untuk makan siang. Tadi Mbok sudah masak non, kalau non mau makan, mbok akan menyiapkan untuk non Kinan," ujar Mbok Sumi sambil segera mengambil beberapa piring.
"Mbok sudah masak sop daging, tumis sayur dan beberapa lauk. Mungkin Non bisa coba dulu? Soalnya mbok belum tahu makanan kesukaan Non, jadi masaknya yang seadanya dulu. "lanjut mbok Sumi.
Kinan tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Mbok. Itu sudah lebih dari cukup."
Mbok Sumi pun menyajikan makanan di meja, dan Kinan segera duduk, menikmati hidangan hangat yang terasa begitu nikmat di tengah suasana malam yang sunyi.
Lalu Kinan bertanya pada Mbok Sumi, "mbok nggak makan?"
Mbok Sumi menggeleng pelan sambil menjawab, "Udah Non, Mbok tadi sudah makan duluan. Non Kinan tenang saja, kalau lapar, non Kinan bisa manggil Mbok Sumi. Mbok pasti akan masakin buat non Kinan. Tuan Aryo tadi sudah berpesan, kalau Non Kinan tidak boleh kelaparan selama di sini."
tunggu klnjutannya,klw bisa up bnyak ya thor
lanjutkan kk..bgus crtanya ini